
Di sela-sela kesibukan mengemas daging-daging yang dibeli Pak Parjo, Mas Untung setengah berbisik berkata, “Pak Parjo, ada kawan yang mau menyalurkan daging-daging murah. Dagingnya bagus-bagus, Pak. Harganya bisa miring sampai 50 persen dari harga di sini. Lumayan, kan. Bisa ngirit-ngirit modal. Kalo bapak mau, saya bisa langsung antar ke warung bapak nanti abis shubuh.”
Selintas Pak Parjo sempat terkejut, tetapi ia langsung tersadar. Ia menimpali sambil tersenyum, “Ah, yang bener aja Mas Untung. Mana ada penjual daging yang bisa tekan harga sampai 50 persen.”
Dengan cara-caranya yang lihai, akhirnya mas Untung mampu membuat Pak Parjo setuju membeli barang-barang restan itu, mengingat modalnya semakin menipis jika ia belikan daging-daging segar harga pasar.
Singkat cerita, Pak Parjo berbisnis warung nasi seperti biasa. Hari demi hari pendapatannya semakin bertambah. Ini berkat pasokan daging murah restan restoran hotel. Modal tidak banyak terkuras, tetapi keuntungan berlipat-lipat. Pak Parjo tidak sadar daging-daging yang ia jual, meski sudah dimasak dengan campuran beragam bumbu dan menjadi hidangan yang beraneka tetap saja mengandung resiko penyakit yang laten.

Akhirnya mereka melapor ke Polisi. Setelah menerima laporan itu, Polisi melakukan penyelidikan. Ternyata ditemukan bahan-bahan makanan yang sudah kadaluarsa di warung nasi Pak Parjo dalam jumlah banyak. Bahan-bahan itu siap dimasak dengan aneka menu. Pak Parjo pun kemudian digelandang ke sel tahanan Polsek.
Kejadian ini, tidak luput dari perhatian Gali yang naluri jurnalistiknya telah terasah. Gali juga kadang-kadang makan di warung nasi Pak Parjo. Tiba-tiba saja ia merasa mual dan ingin muntah ketika mengingat makanan-makanan pak Parjo. Ia kemudian bertanya-tanya di dalam hati, “ Kenapa, ya. Orang mau melakukan itu? Demi untung yang tidak seberapa ia tega membuat orang menderita. Hmm… akhirnya dia juga ikut menderita. Kalo gitu gue mesti ke Ustadz neh… Buat diskusiin fenomena ini.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar