Kamis, Desember 31, 2009

Khidmah Mengejar Cinta Wali Mursyid

Tatap Muka Pemangku Manaqib Jakarta Selatan dan Pengurus Korwil DKI Jakarta

Sejumlah lima puluh orang ikhwan-akhwat TQN Suryalaya yang juga para pemangku manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jaylani qs yang berlokasi di perwakilan Jakarta Selatan telah berkumpul di Wisma Lintang Jl. Taman Kemang Raya No. 20 Jakarta Selatan pada Sabtu 12 Januari 2009 yang lalu. Mereka hadir di tempat tersebut dalam rangka memenuhi undangan Korwil DKI Jakarta pada acara Tatap Muka Pemangku Manaqib dan Pengurus Korwil DKI Jakarta.

Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka menggali potensi ikhwan-akhwat TQN Suryalaya di Jakarta Selatan sekaligus sosialisasi program-program Korwil DKI Jakarta. Wilayah perwakilan Jakarta Selatan mendapat kesempatan pertama karena pertimbangan wilayah dan jumlah lokasi manaqib yang cukup banyak dibanding wilayah-wilayah lain, baru kemudian menyusul empat wilayah perwakilan lainnya.

Kegiatan diawali dengan pembacaan Tanbih dan Tawassul, selanjutnya Ketua Korwil DKI Jakarta, Ust. Wahfiudin memaparkan Visi Misi pengurus Yayasan Serba Bakti Korwil DKI Jakarta. Dalam paparannya Ketua Korwil menegaskan kontrak dasar Ikhwan-akhwat TQN Suryalaya terhadap Abah adalah Murid dan Mursyid, kewajiban Murid melaksanakan prinsip-prinsip dasar ajaran Mursyid. Pangersa Abah Anom dalam hal ini sebagai Wali Mursyid Thariqah Qadiriyah Naqsyabandiyah memberikan prinsip-prinsip dasar ajarannya, yakni Mandi, Shalat dan Dzikir. Untuk meneladani aplikasi ajaran Pangersa Abah ini bisa dilihat dalam pembinaan korban-korban penyalahgunaan narkoba.

Lalu dalam rangka mewadahi pembinaan ikhwan akhwat TQN Suryalaya yang semakin banyak dan menyebar di berbagai pelosok tanah air, Pengersa Abah mendirikan Yayasan Serba Bakti. Disusul kemudian pendirian kantor koordinator wilayah dan perwakilan di berbagai daerah. Pada intinya Pengurus Yayasan Serba Bakti adalah pelayan ikhwan. Jika ada Pengurus yang macet (tidak bergerak) maka perkembangan ikhwan pun menjadi macet. Karena itu untuk personel pengurus dituntut memiliki kapabilitas dan loyalitas yang lebih dibanding ikhwan lainnya.

Demikian pula para wakil talqin yang diangkat oleh Pangersa Abah, tugas utama mereka adalah menyebarkan ajaran Pangersa Abah, membina ikhwan-akhwat TQN Suryalaya, menyiapkan kader-kader muballigh dan mempromosikan kader-kader muballigh yang siap untuk bergerak di medan dakwah masing-masing.

Memperhatikan hakikat ‘kontrak dasar’ antara para ikhwan-akhwat dan Pangersa Abah Anom adalah hubungan antara Murid dan Mursyid, dimana murid wajib tunduk dan patuh kepada Mursyid sebagai pembimbing ruhaniah menuju kedekatan kepada Allah SWT, maka jika ada yang bakal ’merusak’ terhadap kontrak dasar ini, siapapun atau apapun bentuknya kalau perlu ‘disingkirkan’.

Lalu berkaitan dengan program pembinaan ikhwan-akhwat TQN Suryalaya, fokus pengurus Korwil DKI Jakarta adalah penataan kembali kegiatan-kegiatan TQN Suryalaya di Jakarta agar lebih eksis. Terutama dalam rangka menyambut HUT Suryalaya yang ke 105 pada tanggal 5 September 2010 yang akan datang.

Beragam program telah digelontorkan oleh Korwil DKI Jakarta, antara lain Kursus Dasar Tasawuf untuk ikhwan-akhwat baru, Pelatihan Dasar Internet untuk pengurus Korwil dan Perwakilan DKI Jakarta, Manaqib wilayah di Jakarta Islamic Center, Safari Qurban pada Idul Adha 1430 H di Bayongbong Garut dan Taraju Tasikmalaya, Penyelenggaraan kursus-kursus tasawuf di berbagai daerah seperti yang akan dilakukan sepulang pertemuan dengan pemangku manaqib di Jakarta Selatan ini.

Program terdekat yang akan dilakukan oleh Korwil DKI Jakarta adalah Kursus Tasawuf Tingkat Dasar Angkatan 26 di TQN Center Rawamangun, Safari Dakwah di Rangkasbitung, Peringatan Tahun Baru Islam di Pesantren Yatim Bahrul Ulum, Haflah Milad Pangersa Abah Anom diisi dengan kegiatan Khitanan Massal dan Santunan untuk Yatim, Dhuafa dan Lansia Jompo di Kalibaru Cilincing Jakarta Utara serta Pelatihan Manajemen Organisasi untuk Pengurus Inti Korwil dan Perwakilan DKI Jakarta.

Dalam forum ini Goes Noeg, salah seorang ikhwan di wilayah perbatasan antara Jakarta Selatan dan Tangerang menuangkan idenya dalam rangka membantu pendanaan Korwil DKI Jakarta. Goes Noeg yang selama ini dikenal sebagai pelukis, pada pertemuan kali ini menyumbangkan dua buah lukisan berjudul ISTIQOMAH yang memiki harga dasar masing-masing Rp. 25 juta. “Ini harga dasar, jika dilakukan penjualan dengan cara lelang harganya bisa lebih tiggi dari harga dasar ini. Dua lukisan ini saya serahkan ke Korwil DKI Jakarta, setelah itu terserah Korwil bagaimana cara penjualannya. Adapun dana hasil penjualan dua lukisan ini silakan digunakan untuk kegiatan-kegiatan Korwil DKI Jakarta,” tukas Goes Noeg.

Dalam kesempatan itu pula, Goes Noeg berazzam akan menyumbangkan lukisannya dalam sebulan satu buah lukisan dalam rangka membantu pendanaan kegiatan-kegiatan Korwil DKI Jakarta. Kemudian secara resmi Goes Noeg menyerahkan dua buah lukisan tersebut kepada Ketua Korwil DKI Jakarta disaksikan oleh peserta pertemuan.

Forum pertemuan ini juga memperkenalkan susunan sementara Pengurus Perwakilan Jakarta Selatan yang masih dikomandani oleh Ust. H. Mursidi MM.

Di akhir pertemuan Ketua Korwil DKI Jakarta menegaskan agar seluruh ikhwan-akhwat di Jakarta Selatan sama-sama meningkatkan potensi yang sudah dimiliki dan menjalin sinergi dalam berkhidmah kepada Mursyid untuk terciptanya kondisi ikhwan-akhwat TQN Suryalaya yang mencintai Mursyid dan dicintai Mursyid. (han)

Rawamangun, 31 Desember 2009


Senin, Desember 28, 2009

Peringatan Asyura 1431 H dan Haflah Milad Pangersa Abah

Pagi tadi, sekitar pukul 08.00-10.30 Korwil DKI Jakarta dan Pewakilan Jakarta Utara menggandeng Jakarta Medical Center melaksanakan peringatan Asyura 10 Muharram 1431 H dan Haflah Milad Wali Mursyid Thariqah Qadiriyah Naqsyabandiyah Syekh Ahmad Shahibul Wafa Tajul 'Arifin (Pangersa Abah Anom) pada usia ke 95 tahun.Acara tersebut dilaksanakan di Masjid Al Mu'tamar, Kalibaru Cilincing Jakarta Utara.

Beberapa kegiatan dalam peringatan tersebut adalah khitanan massal untuk anak-anak dari keluarga tidak mampu, Pemberian santunan untuk anak-anak yatim/piatu, keluarga dhuafa dan lansia jompo. Pada awalnya panitia merencanakan peserta santunan sebanyak 180 orang, tetapi kenyataannya peserta santunan membludak kurang lebih dua kali lipatnya. Untung donatur utama telah siap sedia dari awal, sehingga semua peserta santunan yang hadir pada saat itu mendapatkan amplop santunan yang besarnya bervariasi antara 50.000 - 200.000. Besaran nominal ini hanya pihak penyantun yang mengetahui. Sedangkan anak khitan rencananya 30 orang namun yang hadir sekitar 20-an, maklum ada yang masih takut-takut.Selain dikhitan mereka juga mendapatkan bingkisan dari donatur utama.

Kegiatan serupa pernah dilakukan di tempat ini juga, sekitar bulan Juli 2009 yang lalu. Hal ini menyiratkan kepedulian ikhwan Thariqah Qadiriyah Naqsyabandiyah atas problem-problem sosial masyarakat. Mudah-mudahan kegiatan seperti ini bisa terus dilaksanakan di masa-masa yang akan datang.

Korwil DKI Jakarta berterimakasih atas kepedulian para donatur yang telah membantu kesuksesan acara ini. Terutama pihak Jakarta Medical Center yang dikomandani oleh ibu dr. Lucky dan keluarga besar wisma lintang atas bantuan drop susu juara sebanyak 10 karton. Semoga Allah SWT membalas semua amal baik para donatur. Juga ikhwan-akhwat TQN perrwakilan Jakarta Utara atas waktu dan tenaganya, yang dikomandani oleh Bapak Maksum Saputra dan Haji Mulyo Putro serta seluruh jajarannya. Keep Action, bro....!!! (han)


Rabu, Desember 23, 2009

Cahaya Memendar dari Lasem

Pada Tanggal 19-20 Desember 2009 Ketua Korwil DKI Jakarta melakukan perjalanan dakwah di Semarang dan Tuntang, Salatiga, berbarengan dengan itu Sekretaris Korwil DKI Jakarta memenuhi tugas dakwahnya di tanah kelahiran sang istri tercinta di Lasem Kabupaten Rembang Jawa Tengah. Sang Sekretaris diundang untuk memberikan tausiyah di hadapan ibu-ibu majlis ta’lim di Desa Gedong Mulyo, Lasem.

Sementara itu di Lasem, telah banyak komunitas ikhwan-akhwat TQN Suryalaya yang tengah berlatih mengaplikasikan ajaran mursyid tercinta KH Ahmad Shahibul Wafa Tajul ‘Arifin. Seperti biasa, ketika pulang kampung Sekretaris Korwil menyempatkan diri untuk hadir di tengah-tengah komunitas ini dalam rangka melakukan pembinaan.

Setelah memimpin dzikir khataman yang rutin dilakukan setiap malam ahad di rumah salah seorang penggerak TQN Suryalaya di Lasem, Sekretaris Korwil DKI Jakarta memberikan tausiyah berhubungan dengan teknis pelaksanaan dzikir harian, yakni dzikir jahri dan khofiy.

“Pancaran Cahaya dzikir (Nuurudzdzikri) senantiasa biasa dihasilkan apabila pelaksanaan dzikir dilakukan secara berjamaah. Dalam dzikir berjamaah, ada saja ikhwan yang kondisinya sedang down diiringi rasa malas yang luar biasa, ada juga yang sedang bersemangat. Aura positif akan senantiasa terpancar dari ikhwan yang bersemangat sehingga ikhwan yang sedang down itu secara otomatis ikut bersemangat.

Selain itu kualitas ruhaniah murid senantiasa meningkat manakala khidmahnya pada Mursyid terus terjaga. Salah satu bentuk khidmah murid pada Mursyid adalah dengan seringnya melakukan dzikir secara berjamaah. Bentuk lain khidmah adalah melestarikan dan membumikan ajaran-ajaran tasawuf Mursyid dengan cara mengajak lebih banyak lagi calon ikhwan untuk talqin dzikir”,
begitu papar sang Sekretaris.

Berkenaan dengan itu, Sekretaris Korwil DKI Jakarta kembali memompa semangat ikhwan TQN Suryalaya di Lasem untuk membuat gerakan-gerakan agresif dalam rangka rekrutmen calon-calon ikhwan. Kemudian terjadilah diskusi yang panjang mengenai wacana ini.

Diakui, Lasem terkenal sebagai kota santri. Pesantren-pesantren banyak berdiri di Lasem terutama di sebelah Timur (wetan). Ada Pesantren-pesantren peninggalan KH. Maksum, KH. Baedlawie, KH. Masduki, KH. Mansur dan lain-lain. Kesemua tokoh di atas adalah nama-nama terkenal dalam kancah penyebaran dan pelestarian nilai-nilai agama Islam di era 50 hingga 70an. Kini, rata-rata pesantren-pesantren tersebut dikelola oleh generasi ke-3 sampai ke-4.

Lain di Timur (wetan) lain lagi di Barat (kulon), hampir dipastikan keberagamaan Islam di Lasem Kulon berbeda 180 derajat dari Lasem Wetan, meskipun ada satu pesantren di Lasem Kulon yang letaknya agak ke utara dan dekat dengan pantai, keberadaannya tidak membawa dampak positif terhadap kehidupan beragama masyarakat Lasem Kulon.

Bisa dikatakan, masyarakat Lasem Kulon lebih sekuler dibanding Lasem Wetan. Salah satu penyebabnya adalah masuknya para pendatang Tionghoa yang sudah terkristenisasi oleh misionaris penjajah Belanda sejak ratusan tahun lalu. Gereja-gereja dan kelenteng-kelenteng jumlahnya lebih banyak di Lasem Kulon, Sekolah-sekolah Kristen dan Katolik berdiri berjajar di pinggir jalan utama Lasem Kulon. Miris, banyak anak-anak muslim yang disekolahkan oleh orangtua mereka ke sekolah-sekolah itu dengan alasan kualitas, tanpa memperhitungkan dampak aqidah di masa depan. Lebih mengkhawatirkan lagi, terjadi proses kristenisasi secara halus melalui pernikahan beda agama dan alasan-alasan ekonomi klasik.

Mempertimbangkan fenomena-fenomena sosial ini, gerakan kembali membumikan tasawuf dan tarekat di Lasem merupakan wacana solutif dalam rangka memperkecil dampak asimililasi budaya tionghoa pada masyarakat Lasem. TQN Suryalaya di Lasem berusaha untuk menjadi pelopor terjadinya transformasi keberagamaan masyarakat Lasem. Langkah awalnya adalah berusaha mensosialisasikan problem-problem sosial ini ke tokoh-tokoh masyarakat dan alim ulama setempat.

Maka keesokan harinya, Sekretaris Korwil DKI Jakarta didampingi oleh salah seorang ikhwan TQN Suryalaya di Lasem bersilaturahim kepada GUS QAYUM, salah seorang ulama kharismatik yang disegani masyarakat Lasem. Beliau adalah cucu KH. Kholil yang dilahirkan di desa Gedong Mulyo, Lasem Kulon. Usianya masih terbilang muda, warga Lasem meyakini GUS QAYUM memiliki khawariqul ‘adah (Keluarbiasaan). Salahsatu contohnya, ketika orang-orang lain belajar ilmu agama kepada ayahandanya, KH Mansur, beliau tidak pernah tertarik. Namun pada satu kesempatan ada salah seorang murid senior KH Mansur sedang memberikan tutorial kepada murid-murid juniornya, GUS QAYUM mendengar kekeliruan dalam cara mengajarkan, saat itu juga ia sanggah dan mengoreksi kekekiruan itu. Uniknya, GUS QAYUM mengajar dengan berkali-kali mengeluarkan istilah-istilah bahasa asing (bahasa Inggris) padahal sebelumnya GUS QAYUM tidak pernah duduk di bangku sekolah formal.

Diskusi hangat pun terjadi setelah sekretaris Korwil DKI Jakarta memperkenalkan diri. Bahasan utama mengenai dakwah Islam di Jakarta dan Lasem. GUS QAYUM dan Sekretaris Korwil DKI Jakarta saling bertukar informasi mengenai iklim dakwah di dua kota. Di sela-sela diskusi, Sekretaris Korwil DKI Jakarta memohon ijin untuk bergabung dalam kegiatan dakwah GUS QAYUM dan berkenalan dengan jamaah di Lasem pada masa-masa yang akan datang sambil membawa tim dakwah dari Ibukota. Alhamdulillah, dengan senang hati GUS QAYUM mempersilakan tim dakwah dari Jakarta untuk turut bergabung dalam kegiatan-kegiatan dakwahnya.

Biasanya, jika GUS QAYUM kedatangan tamu pada saat pengajiannya dilaksanakan, tidak sungkan beliau akan langsung mempersilakan tamu itu untuk berbicara di depan jamaahnya. Kesempatan ini sangat penting apabila tim dakwah dari Jakarta atau Suryalaya yang menjadi tamunya dan menggunakannya untuk memperkenalkan TQN Suryalaya. Mudah-mudahan wacana ini cepat terwujud. Insya Allah.

Malam Senin, Sekretaris Korwil DKI Jakarta berbicara di depan jamaah Majlis Ta’lim ibu-ibu Desa Gedong Mulyo. Kurang lebih 150 orang hadir pada acara selamatan aqiqah warga Lasem yang sedang menjalani pendidikan di Akademi Kepolisian. Tema yang dibahas adalah cirri-ciri leadership Rasulullah SAW sebagai bekal Taruni tersebut menjalani pendidikan dan tugas-tugasnya setelah lulus dari Akademi Kepolisian.
Sebelum kembali ke Jakarta pada keesokan harinya, Sekretaris Korwil DKI Jakarta menyempatkan diri bersilaturrahim melalui handphone dengan KH Asrori Kholil, wakil talqin TQN Suryalaya di Bojonegoro. Tidak disangka ternyata beliau sedang berada di kediaman kakak iparnya KH Hamid Baedlawie di Lasem. KH. Hamid Baedlawie adalah keturunan langsung KH. Baedlawie, salah satu dari tiga serangkai pemuka agama Islam di Lasem pada era 50-70an, dua lainnya adalah KH. Maksum dan KH. Masduki. Seakan tertimpa durian runtuh, Sekretaris Korwil DKI Jakarta dengan segera memohon untuk bermuwajahah sekaligus berdiskusi mengenai perkembangan TQN Suryalaya di Lasem.

Permohonan disetujui, dengan segera Sekretaris Korwil DKI Jakarta memacu kendaraan ke kediaman KH Hamid Baedlawi yang berjarak hanya tiga kilometer dari Gedong Mulyo. Setibanya di Pondok Pesantren Al Wahdah (ponpes asuhan KH Hamid Baedlawi), KH Asrori Kholil sedang dipijit oleh salah seorang santri Ponpes Al Wahdah. Percakapan akrab pun segera terjadi. Maklum keduanya sudah saling mengenal lama. Pembicaraan yang tadinya hanya sekadar basa-basi meningkat pada persoalan serius mengenai perkembangan TQN Suryalaya.

Sekretaris Korwil DKI Jakarta mengusulkan untuk menggunakan pengaruh besar KH Hamid Baedlawie di kalangan masyarakat Lasem dalam rangka promo TQN Suryalaya. KH. Asrori Kholil menyetujui usulan tersebut, namun harus dengan cara yang elegan. Beliau mengusulkan membuat sebuah seminar mengenai tasawuf yang dihadiri para praktisi tasawuf dari TQN Suryalaya diantaranya Ust. Wahfiudin atau KH. Jejen Zaenal Abidin dan lain-lain serta melibatkan ulama kharismatik setempat semisal KH. Hamid Baedlawie. Berikan kesempatan beliau berbicara mengenai tasawuf sesuai versinya sambil beliau juga mendengarkan tasawuf dan thariqah ala TQN Suryalaya melalui wakil-wakil talqin TQN Suryalaya. Sebuah usulan yang bagus. Mudah-mudahan wacana ini bisa terealisasi.

Kemudian KH Asrori Kholil mengajak Sekretaris Korwil DKI Jakarta untuk menemui KH Hamid Baedlawie di ruangannya. Tidak lama menunggu, KH. Hamid Baedlawie keluar menemui mereka. Ulama kharismatik itu sudah tampak sepuh. Posturnya yang sangat tinggi, warna kulit yang putih bersih, rona wajah yang selalu tampak ceria dan memancarkan aura ketentraman menambah kesan beliau sebagai orang yang sangat dimuliakan. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Sekretaris Korwil DKI Jakarta untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya dari kata-kata hikmah yang keluar dari lisan beliau.

Sungguh anugerah yang sangat luar biasa. Perjalanan dakwah di Kota Lasem memang sudah ditakdirkan oleh Allah SWT. Dari waktu ke waktu, skenario Allah SWT berjalan tidak disangka-sangka. Mudah-mudahan perjalanan ini memperoleh berkah dan bermanfaat untuk kemaslahatan umat pada umumnya dan perkembangan TQN Suryalaya pada khususnya.(han)

Meruya-Rawamangun, 23 Des 09



Kamis, Desember 03, 2009

Pagi Dua Sapi Malam Dua Dzikir

Safari Kurban TQN Suryalaya Korwil DKI Jakarta

Tepat ba’da Shalat Jum’at, 10 Dzulhijjah 1430 H tim Safari Kurban TQN Suryalaya yang dipimpin langsung Ust. Wahfiudin bertolak dari Ibukota Jakarta menuju Kampung Pamalayan Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut. Rencananya Tim akan bermalam di Kawasan Kota Garut agar pagi-pagi sekali bisa hadir di Kampung Pamalayan untuk melakukan penyembelihan hewan kurban dua ekor sapi yang masing-masing berbobot sekitar 700 kg.

Kedua ekor sapi tersebut adalah hewan kurban sebuah keluarga dermawan di Jakarta yang diamanahkan kepada Ust. Wahfiudin (Ketua Korwil Jakarta sekaligus Pimpinan Dompet Dhuafa Rawamangun) untuk disalurkan kepada warga yang sangat membutuhkan. Pekurban sangat ingin penyembelihannya dilakukan langsung oleh Ust. Wahfiudin, karena itu pula beliau bersama keluarga besarnya datang lebih awal dan menyempatkan diri hadir pagi-pagi sekali ke kampung yang berjarak kira-kira 25 kilometer dari arah selatan kota Garut.

Kampung Pamalayan berada di kaki bukit Cikuray pada ketinggian kira-kira 1800 meter di atas permukaan laut. Untuk masuk ke kampung tersebut tim Safari Kurban harus melalui Jalan Bayongbong yang mulus dan rata, tetapi saat berbelok menuju kampung tersebut, tim segera berhadapan dengan jalan desa yang bergelombang dan sangat terjal. Sudut kemiringan antara 30-60 derajat. Sebuah medan yang jarang ditemukan di Ibukota. Biasanya banyak jalan di perbukitan dibuat berkelok-kelok untuk memudahkan pengendara mencapai tujuan terutama kendaraan yang memilki beban berat. Namun jalan desa di kawasan ini hampir sebagian besar dibuat lurus dan menanjak tajam. Sebuah ujian berat bagi sopir-sopir yang baru masuk ke kawasan ini.

Warga kampung Pamalayan sangat gembira sekaligus terharu. Mereka tidak menyangka sebelumnya akan mendapatkan penyaluran hewan kurban berupa dua ekor sapi yang besar-besar ini. Sempat timbul sikap pesimis, rasanya tidak mungkin dua ekor sapi yang masing-masing berbobot 700-an kg hadir di tengah-tengah mereka dan akan mereka konsumsi dagingnya setelah disembelih.

Atensi warga sangat tinggi, layaknya warga di desa-desa nusantara. Setelah menyaksikan prosesi penyembelihan oleh Ust. Wahfiudin terhadap dua ekor sapi tersebut, warga yang tergabung dalam panitia pemotongan bergotong royong menguliti sapi yang telah disembelih. Pisau-pisau kecil tajam menari-nari lincah diantara bagian dalam kulit yang melekat erat pada lapisan luar daging dan genggaman kokoh lengan-lengan berotot penyamak musiman yang setiap hari akrab dengan pacul, parang dan golok di sawah dan ladang.

Selesai dikuliti, perlahan jeroan sedikit demi sedikit dikeluarkan dari dalam perut sapi sang pembawa berkah. Tinggallah daging yang penuh gizi yang masih melekat pada tulang-tulang besar dan kekar. Kapak dan golok kini lebih banyak berperan mengganti pisau-pisau kecil untuk memotong dan membelah tulang-tulang. Lalu daging-daging segar berona merah darah mulai dilepaskan dari ikatan kuat tulang belulang. Daging-daging tersebut dipotong-potong sesuai ukuran yang diperlukan.

Giliran petugas distribusi bekerja cermat. Daging-daging dan tulang-belulang yang telah dipotong sedemikian rupa dipilah-pilah dan dikelompokkan dalam gundukan-gundukan sejumlah calon penerima daging kurban yang telah terdaftar. Lalu gundukan-gundukan daging dan tulang itu dimasukkan ke -dalam kantong-kantong plastik untuk selanjutnya dibagikan kepada warga. Menjelang Ashar pekerjaan pun selesai. Alhamdulillah panitia tersenyum puas, warga penerima daging kurban menyeringai bahagia.
Belakangan diketahui, penerima daging kurban adalah sebanyak 560 kepala keluarga yang tergabung dalam tiga Rukun Kampung (RK) di Desa Pamalayan.

Diketinggian puncak bukit, perlahan kabut mulai menampakkan diri. Menebal. Semilir dingin angin pegunungan mulai menusuk-nusuk pori-pori. Sementara itu hari mulai gelap. Mentari segera undur diri, menghilang dibalik ufuk berganti gerimis ringan membasahi bumi Pamalayan. Warga mulai bersiap untuk menghadiri tausiyah yang akan diberikan oleh Ust. Wahfiudin selepas Isya nanti di Masjid.

Tim Safari Kurban kembali tiba di Pamalayan sekitar pukul 19.40 WIB setelah istirahat beberapa jam di penginapan. Kendaraan Elf bertuliskan Thariqah Qadiriyyah Naqsyabandiyyah Pesantren Suryalaya Korwil Jakarta membawa duabelas kru berikut ketua tim, Ust. Wahfiudin. Di Masjid sejumlah 300-an warga Pamalayan tengah menanti. Sebagian besar berbalut baju hangat untuk menangkal serangan udara dingin dan guyuran gerimis.

Pengajian dimulai setelah perlengkapan multimedia sempurna terpasang. Pembawa acara yang juga tokoh muda Pamalayan membuka pengajian dengan campuran bahasa Sunda dan Indonesia. Selang beberapa menit lantunan ayat suci Al Qur’an terdengar dari lisan merdu qari’. Suasana begitu khusyu’.

Tiba giliran ketua panitia pemotongan dan penyaluran hewan kurban memberikan sambutan. Beliau berterimakasih yang tak terhingga atas kedermawanan pekurban dan kerelaan Tim Safari Kurban dalam memfasilitasi semua nikmat yang mereka terima pada hari itu. Semua karunia besar ini berkah dan anugerah dari Allah SWT yang dijembatani oleh salah satu warga Pamalayan yang sedang belajar berkhidmah pada Ust. Wahfiudin, yaitu saudara Setiawan (pembawa acara).

Atas nama warga Pamalayan, beliau berterimakasih kepada Ust. Wahfiudin karena salah satu warganya diberikan kesempatan menikmati pendidikan tinggi dan memperoleh wawasan luas di Ibukota. Semoga ia memberi manfaat untuk warga Pamalayan pada umumnya.

Dalam tausiyahnya Ust. Wahfiudin langsung membawa mustami’ pada kondisi talqin dzikir. Subhanallah, ‘gerakan Allah’ mengalir bagaikan air. Semua Allah telah mengatur. Kini tigaratusan warga Pamalayan telah memperoleh bibit dzikir yang ditanamkan pada qalbu-qalbu mereka berikut kepala desa dan tokoh-tokoh masyarakat yang hadir pada momen indah ini. Sedu sedan perindu Sang Malik menyeruak dibalik hening prosesi talqin dzikir sirri. Sedu sedan yang mulai beralih menjadi isak tangis jiwa-jiwa yang harap-harap cemas akan Rahmat dan ancaman azab-Nya.

Setelah itu Ust. Wahfiudin memaparkan teori dzikir yang langsung menembus ke dalam qalbu. Dzikir yang menggunakan metode. Dzikir yang berafiliasi dengan para pembawa pesan dan warisan Rasulullah Muhammad SAW. Dua jenis dzikir yang akan membawa para pengamalnya ‘terbang’ ke haribaan Sang Maha Pencipta, wushul ilallah. Dzikir yang nyata terdengar suara dan terlihat gerak bibir menyebutnya, yakni dzikir Jahr dan dzikir yang tersembunyi, hanya hati nurani yang mengingat-ingatnya, yakni dzikir sirri/khofiy.

“Tuntas sudah amanah kami sampaikan,” tukas Ust. Wahfiudin. “Tadi pagi amanah pertama telah kami selesaikan, yakni menyampaikan dua ekor sapi untuk warga Pamalayan dari seorang dermawan di Jakarta. Profesinya adalah dokter dan bukan hari ini saja kedermawanannya dibuktikan. Beberapa kegiatan kami yang lalu beliau juga donaturnya. Hari ini beliau sedang beribadah haji. Mudah-mudahan berliau beroleh haji yang mabrur. Dan malam ini amanah kedua telah kami sampaikan pula, yakni dua jenis dzikir, dzikir jahri dan dzikir khofiy. Amanah dari guru kami, Wali Mursyid Thariqah Qadiriyyah Naqsybandiyyah Yang Mulia KH. Ahmad Shahibul Wafa Tajul ‘Arifin atau yang terkenal dengan Abah Anom. Amanah pertama untuk kenikmatan jasmani dan amanah kedua untuk kenikmatin ruhani. Setelah ini harap amalkan secara istiqomah amanah yang kedua. Karena sesungguhnya inilah hakikat kedatangan tim kami ke Pamalayan”, lanjut beliau.

Waktu telah menunjukkan pukul 22.00 WIB ketika Ust. Wahfiudin menutup paparannya. Untuk para warga beliau membagikan selebaran dzikir harian TQN Suryalaya untuk diamalkan. Lalu beliau menutup pengajian dengan do’a untuk kesejahteraan dan keselamatan seluruh muslimin dan muslimat, khususnya warga Pamalayan Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut. (han)

Selasa, Desember 01, 2009

Penyaluran Hewan Kurban

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Laailaahaillallahu Allahu Akbar Allahu Akbar Walillaahilhamdu. Gema takbir bersahut-sahutan dari satu mushola ke mushola lainnya, dari satu masjid ke masjid lainnya selepas Ashar pada hari kamis, 9 Dzulhijjah. Besoknya, Hari Raya Idul Adha 1430 H bertepatan tanggal 27 November 2009 dirayakan berbarengan oleh sebagian besar warga Indonesia. Ormas-ormas besar agama Islam seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah dan lainnya telah menyepakati waktu pelaksanaan Hari Raya Kurban sejak penetapan tanggal 1 Dzulhijjah 1430 H pada sidang isbat yang diselenggarakan Departamen Agama RI.

Kesibukan begitu terasa di kantor Dompet Dhuafa Rawamangun yang seatap dengan kantor YSB Korwil Jakarta pada H-1 . Dering telepon berulangkali terdengar. Sebagian besar dari pekurban yang menkonfirmasi dana yang telah mereka transfer ke nomor rekening panitia Tebar Hewan Kurban (THK) Dompet Dhuafa Rawamangun. Sebagian ada yang menanyakan berapa rupiah yang harus mereka keluarkan untuk berkurban 1 ekor kambing atau 1 ekor sapi. Sebagian ada yang menanyakan lokasi kantor berikut rute yang harus mereka tempuh untuk bisa sampai ke kantor tersebut guna menyampaikan dana kurban secara langsung.

Di salah satu sudut kantor, Ust. Wahfiudin pimpinan Dompet Dhuafa Rawamangun yang juga Ketua Korwil Jakarta menggelar rapat singkat dan terbatas dengan panitia THK DD Rawamangun dan sebagian pengurus Korwil Jakarta. Agenda rapat membahas lokasi penyebaran hewan kurban hasil kerjasama DD Rawamangun dan Korwil Jakarta.

Setelah mempertimbangkan beberapa hal dan mengkonfirmasi permohonan lokasi pemotongan hewan kurban dari beberapa ikhwan TQN diputuskan menyalurkan hewan-hewan kurban ke Kalibaru Cilincing Jakarta Utara 4 ekor kambing, Kampung Sawah Bekasi 3 ekor kambing, Ciomas Bogor 1 ekor kambing, Kp Lembah Abang Cikarang 2 ekor kambing, Kampung Pamalayan Garut 2 ekor sapi dan Kampung Taruju Tasikmalaya sapi seekor dan kambing 2 ekor.

Kampung Kalibaru Cilincing Jakarta Utara adalah daerah minus. Sebagian besar penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan. Profesi orang dewasa di kawasan ini mayoritas nelayan tradisional. Ada beberapa menjadi pedagang kecil-kecilan, tukang ojek, pekerja buruh pelabuhan Tanjung Priok dan pekerja-pekerja sektor non formal lainnya. Ada juga yang menjadi pegawai negeri sipil tetapi tidak banyak jumlahnya. Karena kondisi perekonomian yang minim ini, hampir dipastikan sangat jarang penduduk yang mampu menyisihkan sebagian pendapatannya untuk berkurban. Pertimbangan ini menjadikan alasan 4 ekor kambing Kurban kerjasama DD Rawamangun dan Korwil Jakarta dikirimkan ke Kampung Kalibaru untuk dipotong dan disalurkan dagingnya.

Kawasan Kampung Sawah Bekasi terkenal dengan wilayah kristenisasi yang sangat gencar dilakukan oleh kelompok misionaris Kristen. Tidak hanya pemuka agamanya, bahkan penduduk sekitar yang biasa-biasa saja mampu melakukan usaha kristenisasi dengan berbagai cara. Sebagian besar keberhasilan usaha kristenisasi ini dilakukan dengan iming-iming pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.

Dalam rangka meminimalisir gerakan kaum misionaris, 3 ekor kambing dikirimkan oleh DD Rawamangun dan Korwil Jakarta ke kampung sawah. Panitia Pemotongan dan Penyaluran hewan kurban melaporkan ada sekitar 150-200 orang pengamal dzikir TQN Suryalaya di kawasan ini. Ini momentum tepat untuk sosialisasi dakwah Islam melalui tasawuf yang dipraktekkan oleh KH Ahmad Shahibul Wafa Tajul Arifin dan Pesantren Suryalayanya. Juga sebagai bukti kepedulian ikhwan TQN Suryalaya terhadap problem sosial umat.

Kampung Lemah Abang Cikarang menjadi salah satu tujuan penyaluran hewan kurban karena kawasan tersebut tergolong daerah tertinggal. Di kawasan tersebut tinggal seorang da’i aktivis dzikir TQN Suryalaya yang pengalaman dakwahnya dimulai sejak beliau menjadi murid KH. Abdullah Mubarak bin Nur Muhammad hingga kini. Da’i itu adalah Ust. Nurhasan. Beliau sering bertandang ke kawasan Kemoyoran Jakarta Pusat untuk membina ikhwan-akhwat TQN Suryalaya di Kemayoran.

Di Ciomas Bogor satu ekor sapi disalurkan. Penerimanya adalah sebuah yayasan anak yatim piatu yang dikelola oleh salah satu karyawan Badan Pengelola Masjid Istiqlal Jakarta. Pa Zuhdi yang telah berkhidmah sebagai pengatur soundsystem Masjid Istiqlal selama lebih tigapuluh tahun menyisihkan sebagian waktu luangnya untuk mengelola yayasan ini. Semoga satu ekor kambing yang dipotong dan dibagikan untuk anak-anak yatim membawa berkah yang agung untuk pekurban.

Kampung Pamalayan kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut menjadi tujuan penyaluran dua ekor sapi yang dikurbankan atas nama sebuah keluarga dokter yang sangat dermawan di Jakarta. Amanahnya dua ekor sapi itu harus disembelih oleh Ust. Wahfiudin, maka pantia THK DD Rawamangun dan Korwil Jakarta memutuskan untuk mengadakan safari kurban ke kawasan tersebut.

Kawasan Pamalayan merupakan salah satu daerah terkena gempa pada September 2009 yang lalu. Ada beberapa rumah penduduk dan bangunan sekolah yang hancur dan roboh. Meski telah ada bantuan dari beberapa donator seperti BAZNASDA Jawa Barat dan salah satu televisi swasta nasional berupa sembako dan bantuan medis, namun belum mampu mengobati derita yang tersisa akibat gempa.

Profesi penduduk Pamalayan sebagian besar petani, rata-rata hanya mampu mengenyam pendidikan formal hingga SD dan SMP. Jarak yang cukup jauh dari ibukota kabupaten dan sarana transportasi yang kurang memadai menjadi hambatan utama perkembangan kawasan ini.

Daerah terakhir yang menjadi tujuan penyaluran hewan kurban adalah kawasan kampung Taraju Kabupaten Tasikmalaya. Taraju terletak 48 km dari ibukota Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat. Kawasan ini juga terkena gempa di Jawa Barat September 2009 yang lalu, bahkan cukup parah. Kiranya penyaluran satu ekor sapi dan dua ekor kambing ke kawasan ini mampu mengurangi beban derita yang dialami oleh para korban gempa bumi.(han)