Rabu, Desember 23, 2009

Cahaya Memendar dari Lasem

Pada Tanggal 19-20 Desember 2009 Ketua Korwil DKI Jakarta melakukan perjalanan dakwah di Semarang dan Tuntang, Salatiga, berbarengan dengan itu Sekretaris Korwil DKI Jakarta memenuhi tugas dakwahnya di tanah kelahiran sang istri tercinta di Lasem Kabupaten Rembang Jawa Tengah. Sang Sekretaris diundang untuk memberikan tausiyah di hadapan ibu-ibu majlis ta’lim di Desa Gedong Mulyo, Lasem.

Sementara itu di Lasem, telah banyak komunitas ikhwan-akhwat TQN Suryalaya yang tengah berlatih mengaplikasikan ajaran mursyid tercinta KH Ahmad Shahibul Wafa Tajul ‘Arifin. Seperti biasa, ketika pulang kampung Sekretaris Korwil menyempatkan diri untuk hadir di tengah-tengah komunitas ini dalam rangka melakukan pembinaan.

Setelah memimpin dzikir khataman yang rutin dilakukan setiap malam ahad di rumah salah seorang penggerak TQN Suryalaya di Lasem, Sekretaris Korwil DKI Jakarta memberikan tausiyah berhubungan dengan teknis pelaksanaan dzikir harian, yakni dzikir jahri dan khofiy.

“Pancaran Cahaya dzikir (Nuurudzdzikri) senantiasa biasa dihasilkan apabila pelaksanaan dzikir dilakukan secara berjamaah. Dalam dzikir berjamaah, ada saja ikhwan yang kondisinya sedang down diiringi rasa malas yang luar biasa, ada juga yang sedang bersemangat. Aura positif akan senantiasa terpancar dari ikhwan yang bersemangat sehingga ikhwan yang sedang down itu secara otomatis ikut bersemangat.

Selain itu kualitas ruhaniah murid senantiasa meningkat manakala khidmahnya pada Mursyid terus terjaga. Salah satu bentuk khidmah murid pada Mursyid adalah dengan seringnya melakukan dzikir secara berjamaah. Bentuk lain khidmah adalah melestarikan dan membumikan ajaran-ajaran tasawuf Mursyid dengan cara mengajak lebih banyak lagi calon ikhwan untuk talqin dzikir”,
begitu papar sang Sekretaris.

Berkenaan dengan itu, Sekretaris Korwil DKI Jakarta kembali memompa semangat ikhwan TQN Suryalaya di Lasem untuk membuat gerakan-gerakan agresif dalam rangka rekrutmen calon-calon ikhwan. Kemudian terjadilah diskusi yang panjang mengenai wacana ini.

Diakui, Lasem terkenal sebagai kota santri. Pesantren-pesantren banyak berdiri di Lasem terutama di sebelah Timur (wetan). Ada Pesantren-pesantren peninggalan KH. Maksum, KH. Baedlawie, KH. Masduki, KH. Mansur dan lain-lain. Kesemua tokoh di atas adalah nama-nama terkenal dalam kancah penyebaran dan pelestarian nilai-nilai agama Islam di era 50 hingga 70an. Kini, rata-rata pesantren-pesantren tersebut dikelola oleh generasi ke-3 sampai ke-4.

Lain di Timur (wetan) lain lagi di Barat (kulon), hampir dipastikan keberagamaan Islam di Lasem Kulon berbeda 180 derajat dari Lasem Wetan, meskipun ada satu pesantren di Lasem Kulon yang letaknya agak ke utara dan dekat dengan pantai, keberadaannya tidak membawa dampak positif terhadap kehidupan beragama masyarakat Lasem Kulon.

Bisa dikatakan, masyarakat Lasem Kulon lebih sekuler dibanding Lasem Wetan. Salah satu penyebabnya adalah masuknya para pendatang Tionghoa yang sudah terkristenisasi oleh misionaris penjajah Belanda sejak ratusan tahun lalu. Gereja-gereja dan kelenteng-kelenteng jumlahnya lebih banyak di Lasem Kulon, Sekolah-sekolah Kristen dan Katolik berdiri berjajar di pinggir jalan utama Lasem Kulon. Miris, banyak anak-anak muslim yang disekolahkan oleh orangtua mereka ke sekolah-sekolah itu dengan alasan kualitas, tanpa memperhitungkan dampak aqidah di masa depan. Lebih mengkhawatirkan lagi, terjadi proses kristenisasi secara halus melalui pernikahan beda agama dan alasan-alasan ekonomi klasik.

Mempertimbangkan fenomena-fenomena sosial ini, gerakan kembali membumikan tasawuf dan tarekat di Lasem merupakan wacana solutif dalam rangka memperkecil dampak asimililasi budaya tionghoa pada masyarakat Lasem. TQN Suryalaya di Lasem berusaha untuk menjadi pelopor terjadinya transformasi keberagamaan masyarakat Lasem. Langkah awalnya adalah berusaha mensosialisasikan problem-problem sosial ini ke tokoh-tokoh masyarakat dan alim ulama setempat.

Maka keesokan harinya, Sekretaris Korwil DKI Jakarta didampingi oleh salah seorang ikhwan TQN Suryalaya di Lasem bersilaturahim kepada GUS QAYUM, salah seorang ulama kharismatik yang disegani masyarakat Lasem. Beliau adalah cucu KH. Kholil yang dilahirkan di desa Gedong Mulyo, Lasem Kulon. Usianya masih terbilang muda, warga Lasem meyakini GUS QAYUM memiliki khawariqul ‘adah (Keluarbiasaan). Salahsatu contohnya, ketika orang-orang lain belajar ilmu agama kepada ayahandanya, KH Mansur, beliau tidak pernah tertarik. Namun pada satu kesempatan ada salah seorang murid senior KH Mansur sedang memberikan tutorial kepada murid-murid juniornya, GUS QAYUM mendengar kekeliruan dalam cara mengajarkan, saat itu juga ia sanggah dan mengoreksi kekekiruan itu. Uniknya, GUS QAYUM mengajar dengan berkali-kali mengeluarkan istilah-istilah bahasa asing (bahasa Inggris) padahal sebelumnya GUS QAYUM tidak pernah duduk di bangku sekolah formal.

Diskusi hangat pun terjadi setelah sekretaris Korwil DKI Jakarta memperkenalkan diri. Bahasan utama mengenai dakwah Islam di Jakarta dan Lasem. GUS QAYUM dan Sekretaris Korwil DKI Jakarta saling bertukar informasi mengenai iklim dakwah di dua kota. Di sela-sela diskusi, Sekretaris Korwil DKI Jakarta memohon ijin untuk bergabung dalam kegiatan dakwah GUS QAYUM dan berkenalan dengan jamaah di Lasem pada masa-masa yang akan datang sambil membawa tim dakwah dari Ibukota. Alhamdulillah, dengan senang hati GUS QAYUM mempersilakan tim dakwah dari Jakarta untuk turut bergabung dalam kegiatan-kegiatan dakwahnya.

Biasanya, jika GUS QAYUM kedatangan tamu pada saat pengajiannya dilaksanakan, tidak sungkan beliau akan langsung mempersilakan tamu itu untuk berbicara di depan jamaahnya. Kesempatan ini sangat penting apabila tim dakwah dari Jakarta atau Suryalaya yang menjadi tamunya dan menggunakannya untuk memperkenalkan TQN Suryalaya. Mudah-mudahan wacana ini cepat terwujud. Insya Allah.

Malam Senin, Sekretaris Korwil DKI Jakarta berbicara di depan jamaah Majlis Ta’lim ibu-ibu Desa Gedong Mulyo. Kurang lebih 150 orang hadir pada acara selamatan aqiqah warga Lasem yang sedang menjalani pendidikan di Akademi Kepolisian. Tema yang dibahas adalah cirri-ciri leadership Rasulullah SAW sebagai bekal Taruni tersebut menjalani pendidikan dan tugas-tugasnya setelah lulus dari Akademi Kepolisian.
Sebelum kembali ke Jakarta pada keesokan harinya, Sekretaris Korwil DKI Jakarta menyempatkan diri bersilaturrahim melalui handphone dengan KH Asrori Kholil, wakil talqin TQN Suryalaya di Bojonegoro. Tidak disangka ternyata beliau sedang berada di kediaman kakak iparnya KH Hamid Baedlawie di Lasem. KH. Hamid Baedlawie adalah keturunan langsung KH. Baedlawie, salah satu dari tiga serangkai pemuka agama Islam di Lasem pada era 50-70an, dua lainnya adalah KH. Maksum dan KH. Masduki. Seakan tertimpa durian runtuh, Sekretaris Korwil DKI Jakarta dengan segera memohon untuk bermuwajahah sekaligus berdiskusi mengenai perkembangan TQN Suryalaya di Lasem.

Permohonan disetujui, dengan segera Sekretaris Korwil DKI Jakarta memacu kendaraan ke kediaman KH Hamid Baedlawi yang berjarak hanya tiga kilometer dari Gedong Mulyo. Setibanya di Pondok Pesantren Al Wahdah (ponpes asuhan KH Hamid Baedlawi), KH Asrori Kholil sedang dipijit oleh salah seorang santri Ponpes Al Wahdah. Percakapan akrab pun segera terjadi. Maklum keduanya sudah saling mengenal lama. Pembicaraan yang tadinya hanya sekadar basa-basi meningkat pada persoalan serius mengenai perkembangan TQN Suryalaya.

Sekretaris Korwil DKI Jakarta mengusulkan untuk menggunakan pengaruh besar KH Hamid Baedlawie di kalangan masyarakat Lasem dalam rangka promo TQN Suryalaya. KH. Asrori Kholil menyetujui usulan tersebut, namun harus dengan cara yang elegan. Beliau mengusulkan membuat sebuah seminar mengenai tasawuf yang dihadiri para praktisi tasawuf dari TQN Suryalaya diantaranya Ust. Wahfiudin atau KH. Jejen Zaenal Abidin dan lain-lain serta melibatkan ulama kharismatik setempat semisal KH. Hamid Baedlawie. Berikan kesempatan beliau berbicara mengenai tasawuf sesuai versinya sambil beliau juga mendengarkan tasawuf dan thariqah ala TQN Suryalaya melalui wakil-wakil talqin TQN Suryalaya. Sebuah usulan yang bagus. Mudah-mudahan wacana ini bisa terealisasi.

Kemudian KH Asrori Kholil mengajak Sekretaris Korwil DKI Jakarta untuk menemui KH Hamid Baedlawie di ruangannya. Tidak lama menunggu, KH. Hamid Baedlawie keluar menemui mereka. Ulama kharismatik itu sudah tampak sepuh. Posturnya yang sangat tinggi, warna kulit yang putih bersih, rona wajah yang selalu tampak ceria dan memancarkan aura ketentraman menambah kesan beliau sebagai orang yang sangat dimuliakan. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Sekretaris Korwil DKI Jakarta untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya dari kata-kata hikmah yang keluar dari lisan beliau.

Sungguh anugerah yang sangat luar biasa. Perjalanan dakwah di Kota Lasem memang sudah ditakdirkan oleh Allah SWT. Dari waktu ke waktu, skenario Allah SWT berjalan tidak disangka-sangka. Mudah-mudahan perjalanan ini memperoleh berkah dan bermanfaat untuk kemaslahatan umat pada umumnya dan perkembangan TQN Suryalaya pada khususnya.(han)

Meruya-Rawamangun, 23 Des 09



Tidak ada komentar:

Posting Komentar