Kamis, Desember 03, 2009

Pagi Dua Sapi Malam Dua Dzikir

Safari Kurban TQN Suryalaya Korwil DKI Jakarta

Tepat ba’da Shalat Jum’at, 10 Dzulhijjah 1430 H tim Safari Kurban TQN Suryalaya yang dipimpin langsung Ust. Wahfiudin bertolak dari Ibukota Jakarta menuju Kampung Pamalayan Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut. Rencananya Tim akan bermalam di Kawasan Kota Garut agar pagi-pagi sekali bisa hadir di Kampung Pamalayan untuk melakukan penyembelihan hewan kurban dua ekor sapi yang masing-masing berbobot sekitar 700 kg.

Kedua ekor sapi tersebut adalah hewan kurban sebuah keluarga dermawan di Jakarta yang diamanahkan kepada Ust. Wahfiudin (Ketua Korwil Jakarta sekaligus Pimpinan Dompet Dhuafa Rawamangun) untuk disalurkan kepada warga yang sangat membutuhkan. Pekurban sangat ingin penyembelihannya dilakukan langsung oleh Ust. Wahfiudin, karena itu pula beliau bersama keluarga besarnya datang lebih awal dan menyempatkan diri hadir pagi-pagi sekali ke kampung yang berjarak kira-kira 25 kilometer dari arah selatan kota Garut.

Kampung Pamalayan berada di kaki bukit Cikuray pada ketinggian kira-kira 1800 meter di atas permukaan laut. Untuk masuk ke kampung tersebut tim Safari Kurban harus melalui Jalan Bayongbong yang mulus dan rata, tetapi saat berbelok menuju kampung tersebut, tim segera berhadapan dengan jalan desa yang bergelombang dan sangat terjal. Sudut kemiringan antara 30-60 derajat. Sebuah medan yang jarang ditemukan di Ibukota. Biasanya banyak jalan di perbukitan dibuat berkelok-kelok untuk memudahkan pengendara mencapai tujuan terutama kendaraan yang memilki beban berat. Namun jalan desa di kawasan ini hampir sebagian besar dibuat lurus dan menanjak tajam. Sebuah ujian berat bagi sopir-sopir yang baru masuk ke kawasan ini.

Warga kampung Pamalayan sangat gembira sekaligus terharu. Mereka tidak menyangka sebelumnya akan mendapatkan penyaluran hewan kurban berupa dua ekor sapi yang besar-besar ini. Sempat timbul sikap pesimis, rasanya tidak mungkin dua ekor sapi yang masing-masing berbobot 700-an kg hadir di tengah-tengah mereka dan akan mereka konsumsi dagingnya setelah disembelih.

Atensi warga sangat tinggi, layaknya warga di desa-desa nusantara. Setelah menyaksikan prosesi penyembelihan oleh Ust. Wahfiudin terhadap dua ekor sapi tersebut, warga yang tergabung dalam panitia pemotongan bergotong royong menguliti sapi yang telah disembelih. Pisau-pisau kecil tajam menari-nari lincah diantara bagian dalam kulit yang melekat erat pada lapisan luar daging dan genggaman kokoh lengan-lengan berotot penyamak musiman yang setiap hari akrab dengan pacul, parang dan golok di sawah dan ladang.

Selesai dikuliti, perlahan jeroan sedikit demi sedikit dikeluarkan dari dalam perut sapi sang pembawa berkah. Tinggallah daging yang penuh gizi yang masih melekat pada tulang-tulang besar dan kekar. Kapak dan golok kini lebih banyak berperan mengganti pisau-pisau kecil untuk memotong dan membelah tulang-tulang. Lalu daging-daging segar berona merah darah mulai dilepaskan dari ikatan kuat tulang belulang. Daging-daging tersebut dipotong-potong sesuai ukuran yang diperlukan.

Giliran petugas distribusi bekerja cermat. Daging-daging dan tulang-belulang yang telah dipotong sedemikian rupa dipilah-pilah dan dikelompokkan dalam gundukan-gundukan sejumlah calon penerima daging kurban yang telah terdaftar. Lalu gundukan-gundukan daging dan tulang itu dimasukkan ke -dalam kantong-kantong plastik untuk selanjutnya dibagikan kepada warga. Menjelang Ashar pekerjaan pun selesai. Alhamdulillah panitia tersenyum puas, warga penerima daging kurban menyeringai bahagia.
Belakangan diketahui, penerima daging kurban adalah sebanyak 560 kepala keluarga yang tergabung dalam tiga Rukun Kampung (RK) di Desa Pamalayan.

Diketinggian puncak bukit, perlahan kabut mulai menampakkan diri. Menebal. Semilir dingin angin pegunungan mulai menusuk-nusuk pori-pori. Sementara itu hari mulai gelap. Mentari segera undur diri, menghilang dibalik ufuk berganti gerimis ringan membasahi bumi Pamalayan. Warga mulai bersiap untuk menghadiri tausiyah yang akan diberikan oleh Ust. Wahfiudin selepas Isya nanti di Masjid.

Tim Safari Kurban kembali tiba di Pamalayan sekitar pukul 19.40 WIB setelah istirahat beberapa jam di penginapan. Kendaraan Elf bertuliskan Thariqah Qadiriyyah Naqsyabandiyyah Pesantren Suryalaya Korwil Jakarta membawa duabelas kru berikut ketua tim, Ust. Wahfiudin. Di Masjid sejumlah 300-an warga Pamalayan tengah menanti. Sebagian besar berbalut baju hangat untuk menangkal serangan udara dingin dan guyuran gerimis.

Pengajian dimulai setelah perlengkapan multimedia sempurna terpasang. Pembawa acara yang juga tokoh muda Pamalayan membuka pengajian dengan campuran bahasa Sunda dan Indonesia. Selang beberapa menit lantunan ayat suci Al Qur’an terdengar dari lisan merdu qari’. Suasana begitu khusyu’.

Tiba giliran ketua panitia pemotongan dan penyaluran hewan kurban memberikan sambutan. Beliau berterimakasih yang tak terhingga atas kedermawanan pekurban dan kerelaan Tim Safari Kurban dalam memfasilitasi semua nikmat yang mereka terima pada hari itu. Semua karunia besar ini berkah dan anugerah dari Allah SWT yang dijembatani oleh salah satu warga Pamalayan yang sedang belajar berkhidmah pada Ust. Wahfiudin, yaitu saudara Setiawan (pembawa acara).

Atas nama warga Pamalayan, beliau berterimakasih kepada Ust. Wahfiudin karena salah satu warganya diberikan kesempatan menikmati pendidikan tinggi dan memperoleh wawasan luas di Ibukota. Semoga ia memberi manfaat untuk warga Pamalayan pada umumnya.

Dalam tausiyahnya Ust. Wahfiudin langsung membawa mustami’ pada kondisi talqin dzikir. Subhanallah, ‘gerakan Allah’ mengalir bagaikan air. Semua Allah telah mengatur. Kini tigaratusan warga Pamalayan telah memperoleh bibit dzikir yang ditanamkan pada qalbu-qalbu mereka berikut kepala desa dan tokoh-tokoh masyarakat yang hadir pada momen indah ini. Sedu sedan perindu Sang Malik menyeruak dibalik hening prosesi talqin dzikir sirri. Sedu sedan yang mulai beralih menjadi isak tangis jiwa-jiwa yang harap-harap cemas akan Rahmat dan ancaman azab-Nya.

Setelah itu Ust. Wahfiudin memaparkan teori dzikir yang langsung menembus ke dalam qalbu. Dzikir yang menggunakan metode. Dzikir yang berafiliasi dengan para pembawa pesan dan warisan Rasulullah Muhammad SAW. Dua jenis dzikir yang akan membawa para pengamalnya ‘terbang’ ke haribaan Sang Maha Pencipta, wushul ilallah. Dzikir yang nyata terdengar suara dan terlihat gerak bibir menyebutnya, yakni dzikir Jahr dan dzikir yang tersembunyi, hanya hati nurani yang mengingat-ingatnya, yakni dzikir sirri/khofiy.

“Tuntas sudah amanah kami sampaikan,” tukas Ust. Wahfiudin. “Tadi pagi amanah pertama telah kami selesaikan, yakni menyampaikan dua ekor sapi untuk warga Pamalayan dari seorang dermawan di Jakarta. Profesinya adalah dokter dan bukan hari ini saja kedermawanannya dibuktikan. Beberapa kegiatan kami yang lalu beliau juga donaturnya. Hari ini beliau sedang beribadah haji. Mudah-mudahan berliau beroleh haji yang mabrur. Dan malam ini amanah kedua telah kami sampaikan pula, yakni dua jenis dzikir, dzikir jahri dan dzikir khofiy. Amanah dari guru kami, Wali Mursyid Thariqah Qadiriyyah Naqsybandiyyah Yang Mulia KH. Ahmad Shahibul Wafa Tajul ‘Arifin atau yang terkenal dengan Abah Anom. Amanah pertama untuk kenikmatan jasmani dan amanah kedua untuk kenikmatin ruhani. Setelah ini harap amalkan secara istiqomah amanah yang kedua. Karena sesungguhnya inilah hakikat kedatangan tim kami ke Pamalayan”, lanjut beliau.

Waktu telah menunjukkan pukul 22.00 WIB ketika Ust. Wahfiudin menutup paparannya. Untuk para warga beliau membagikan selebaran dzikir harian TQN Suryalaya untuk diamalkan. Lalu beliau menutup pengajian dengan do’a untuk kesejahteraan dan keselamatan seluruh muslimin dan muslimat, khususnya warga Pamalayan Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut. (han)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar