Belasan anak-anak usia SD segera
berlarian keluar masjid seusai Imam Shalat Tarawih mengucapkan salam di rakaat
terakhir rangkaian Shalat Tarawih dan Witir yang dipimpinnya. Mereka berebutan
meraih pemukul bedug yang jumlahnya empat pasang dan hanya empat anak tercepat
yang mampu meraih empat pasang pemukul bedug itu. Sedang yang lainnya bersorak
menyemangati kawan-kawannya yang sudah memegang pemukul bedug. Tidak lama
kemudian terdengar suara rampak bedug bersahut-sahutan, meski iramanya tidak
harmonis. Suasana di luar masjid menjadi semarak, sementara di dalam masjid
orang-orang dewasa tetap khusyuk melanjutkan dzikir seusai Shalat Tarawih dan
Witir. Lelah memukul bedug mereka kembali ke dalam masjid untuk mengikuti
kegiatan tadarus al-Qur’an yang dipimpin salah seorang ustadz.
Lain di desa lain pula di Kota.
Kehidupan relijius di desa
cenderung homogen, sehingga kemeriahan menyambut dan mengisi malam-malam
Ramadhan dengan memukul bedug, membaca al-Qur’an - seringkali menggunakan alat
pengeras suara sehingga terdengar sampai ke sudut-sudut desa - non stop hingga
menjelang waktu makan sahur, rutin dilakukan setiap malam. Sementara di kota,
suasana meriah seperti itu tidak berlangsung lama. Meski di beberapa lokasi ada
kemiripan namun itu berbatas waktu, paling tidak hingga pukul 22.00.
Hal ini bisa dimaklumi, karena di kota populasi
manusia lebih heterogen, demikian juga para penganut agama dan keyakinan
menjadi lebih majemuk. Pada gilirannya masyarakat muslim harus lebih
mengedepankan sikap toleransi dalam mengamalkan ritual keagamaannya.
Ada perbedaan mencolok akibat
perbedaan pengamalan keagaamaan di desa dan di kota. Anak-anak di desa
cenderung lebih relijius. Didukung oleh lingkungan dan dorongan orang tua
kepada anak-anaknya agar lebih aktif mengamalkan ritual keagamaan. Sedari
balita mereka diharuskan menyelesaikan hafalan juz ‘Amma (juz yang ke-30 di
dalam Al-Qur’an) dan mampu mengkhatamkan al-Qur’an saat usia mulai beranjak
enam tahun ke atas. Apalagi kalau lingkungan desa tempat mereka tinggal berdiri
pondok-pondok pesantren.
Di kota, kegiatan super sibuk
selalu mengiringi kehidupan para orangtua. Pergi kerja pagi-pagi buta karena
harus mengejar jam masuk kantor tepat waktu, terlambat sedikit jatah uang makan
hangus. Ketika berangkat kerja anak-anak masih terlelap tidur. Pulang kantor
tidak bisa segera pulang ke rumah karena harus melakukan meeting bersama klien.
Belum lagi di perjalanan harus berjuang dengan suasana macet lalulintas. Tiba
di rumah sudah larut malam. Anak-anak
pun sudah tidur. Tidak ada waktu berinteraksi intensif dengan anggota keluarga
yang lain. Akibatnya terjadi pengabaian pendidikan keagamaan anak-anak di
rumah.
Bersyukur, Allah Yang Mahapengasih
dan Mahapenyayang memberikan fasilitas Ramadhan sebulan penuh yang di dalamnya
penuh dengan Keberkahan, Rahmat dan Ampunan-Nya. Semua amal baik
dilipatgandakan pahalanya oleh Allah SWT. Memacu umat muslim yang menjalaninya
untuk giat beramal sholih.
Kesadaran beragama menjadi lebih
terbina. Di lingkungan rumah, masjid-masjid menyelenggarakan kegiatan keagamaan
lebih masif. Di kantor tidak ketinggalan, para pengurus bidang kerohaniahan
bersemangat menyajikan aneka menu kajian tematis dalam rangka mengisi dahaga
spiritualitas teman-temannya sesama karyawan yang sedang berpuasa agar di
sela-sela waktu istirahat diisi dengan siraman-siraman ruhani yang mencerahkan.
Semua menjadi serba terkondisikan.
Allah SWT sedang memanjakan mahlukNya di bulan suci ini.
Di antara rangkaian khutbah
menjelang Ramadhan, Rasulullah SAW berpesan :
“Wahai
manusia! Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah
rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia disisi Allah.
·
Hari-harinya adalah
hari-hari yang paling utama.
·
Malam-malamnya adalah
malam-malam yang paling utama.
·
Jam demi jamnya
adalah jam-jam yang paling utama.
Inilah bulan ketika
kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan oleh-NYA.
Di bulan ini
·
nafas-nafasmu menjadi
tasbih,
·
tidurmu ibadah,
·
amal-amalmu diterima
dan
·
doa-doamu diijabah.
Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan
niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan
shiyam dan membaca Kitab-Nya.
Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini.
Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini.
Kenanglah dengan rasa
lapar dan hausmu di hari kiamat.
·
Bersedekahlah kepada
kaum fuqara dan masakin.
·
Muliakanlah orang
tuamu,
·
sayangilah yang muda,
·
sambungkanlah tali
persaudaraanmu,
·
jaga lidahmu,
·
tahan pandanganmu
dari apa yang tidak halal kamu memandangnya dan
·
pendengaranmu dari
apa yang tidak halal kamu mendengarnya.
·
Kasihilah anak-anak
yatim, niscaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu.
·
Bertaubatlah kepada
Allah dari dosa-dosamu.
Angkatlah
tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang
paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh
kasih;
·
Dia menjawab mereka
ketika mereka menyeru-Nya,
·
menyambut mereka
ketika mereka memanggil-Nya dan
·
mengabulkan doa
mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.
Dari penggalan khutbah menjelang Ramadhan ini semoga kita
mampu mengamalkannya dan hanya orang-orang yang mampu mengambil peluang emas
inilah yang beruntung dan berbahagia. ***han020714
alhamdulillah.. sangat inspiratif, ditambah dunk gan artikel islaminya..
BalasHapussalam kenal om.. smoga makin maju blognya
BalasHapusmana nih artikel 2014nya?
BalasHapuslanjut donk ..
BalasHapusSubhanallah..
BalasHapus