Masjid Jakarta Islamic Center terletak di belahan Utara Jakarta, tepatnya di Jalan Kramat Jaya, Koja, Jakarta Utara. Daerah ini di era tujuh puluhan sampai akhir sembilan puluhan dikenal sebagai daerah lokalisasi. Orang Betawi bilang daerah item. Daerah ini sangat dekat dengan lokasi Pelabuhan Tanjung Priok. Para pekerja pelabuhan atau awak kapal yang lelah berlayar selama berbulan-bulan di tengah samudera sering mampir di Kramat Tunggak untuk sekadar minum-minum atau bahkan melepaskan hajat urusan ‘bawah’.
Namun sejak Bang Yos (Sutiyoso) menjadi orang nomor satu di DKI Jakarta, beliau berusaha mengubah image Kramat Tunggak menjadi tempat yang bersih. Beliau bercita-cita adanya sebuah pusat kajian islami di kota yang ia pimpin. Dan, Kramat Tunggak yang dikenal dengan lokalisasinya kemudian menjadi daerah pilihan mewujudkan cita-citanya.
Dengan kerja keras dan motivasi yang tinggi, Bang Yos dan jajarannya berhasil mewujudkan cita-cita itu. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 2004 berdirilah Jakarta Islamic Center yang megah dan mewah di atas lahan 109.435m2, menggantikan bangunan-bangunan sederhana tempat para PSK menjajakan kehormatannya.
Bangunan yang fungsi utamanya mesjid ini terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama digunakan untuk kantor-kantor urusan keislaman di wilayah DKI Jakarta, seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI), Dewan Masjid Indonesia (DMI), KODI dan beberapa ruang serbaguna yang bisa disewakan. Lantai kedua dan ketiga adalah bangunan masjid yang mampu menampung lebih dari 10.000 orang. Bang Yos pun menjadikan Jakarta Islamic Center (JIC) sebagai ikon muslim DKI Jakarta. Bang Yos mempersilakan seluruh umat muslim di Jakarta untuk mendayagunakan JIC, terutama untuk kegiatan peningkatan ibadah kepada Allah SWT.
Menyambut tawaran Bang Yos, Tarekat Qodiriyyah Naqsyabandiyyah (TQN) Suryalaya, melalui Yayasan Serba Bakti (YSB) Ponpes Suryalaya Koodinator Wilayah DKI Jakarta melangsungkan kegiatan Manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani qs. Sebuah kegiatan latihan spiritual untuk ikhwan-akhwat TQN Suryalaya. Manaqib di JIC dijadwalkan tiga bulan sekali dan telah dilangsungkan sejak awal kepemimpinan KH. Azhari Baidlawie sebagai Ketua YSB PP Suryalaya Korwil DKI Jakarta.
Minggu lalu, 15 Februari 2009 kembali YSB Korwil DKI Jakarta menggelar manaqib untuk kesekian kalinya. Dihadiri oleh dua wakil talqin dari DKI Jakarta yaitu KH. Wahfiudin, MBA dan KH. Muhammad Soleh serta KH. Azhari Baidlowie juga ratusan jamaah dari lima wilayah DKI Jakarta.
Ada beberapa hal penting yang disampaikan KH. Wahfiudin, MBA saat beliau didaulat menjadi pembicara utama dalam khidmah manaqib, antara lain :
Pertama, Pembinaan kualitas dzikir ikhwan-akhwat TQN Suryalaya harus terus ditingkatkan. Beliau sempat bertanya kepada jamaah siapa yang telah hapal seluruh wirid dalam Dzikir Khataman TQN Suryalaya. Beberapa jamaah mengacungkan telunjuknya. Ternyata tidak sampai lima persen dari jamaah yang hadir. Ini sangat memprihatinkan. Maka beliau mengajak para muballigh dan pemangku manaqib yang banyak menyebar di berbagai sudut kota Jakarta untuk memperhatikan hal ini.
Kedua, Gambaran yang lebih memprihatinkan adalah ketika dari tahun ke tahun pertambahan penduduk Indonesia semakin pesat, tidak hanya dalam hitungan satuan, puluhan atau ratusan, bahkan jutaan. Sementara pertumbuhan ikhwan-akhwat TQN Suryalaya masih dalam tarap hitungan ribuan saja, itu pun yang baru talqin dzikir. Kalau kita mengadakan penelitian yang lebih akurat, berapa banyak dari mereka yang mau serius mengamalkan juga menghafalkan khataman. Padahal dengan hapal khataman kita bisa mengukur keseriusan ikhwan-akhwat dalam membangun hubungan kedekatannya dengan Allah.
Ketiga, KH. Wahfiudin mengajak jamaah untuk sama-sama membangun motivasi menghafal khataman. Belajar dari pengalaman pribadinya, beliau memberikan triknya untuk mampu menghafal dengan cepat. KH. Wahfiudin menjelaskan melalui layar besar yang terpasang di depan jamaah. Dzikir khataman terdiri dari tujuh gugus hadhoroh tawassul yang diiringi surah Al Fatihah (7 gugus Al Fatihah), 12 gugus Shalawat yang merupakan batang tubuh dzikir khataman, tawajuh yang merupakan proses koneksi ikhwan-akhwat dengan Allah, Do’a Munajat, Ya Lathif dan do’a kelembutan. Mudah, sepanjang ada keinginan untuk menghafal.
Keempat, Melalui dzikir khataman, KH. Wahfiudin membuka wawasan berkomunikasi dengan rijalul ghayb (akan ada ulasan lebih mendetil mengenai wacana ini).
Kelima, Penekanan lainnya KH. Wahfiudin mengajak jamaah untuk belajar dari alam. Ketika beliau sedang melakukan sebuah perjalanan di Kanada, ada sekawanan angsa yang terbang beriringan di angkasa, kelihatannya mereka sedang bermigrasi ke lokasi yang lebih hangat, karena memang saat itu iklim dingin sedang terjadi di Kanada. Kawanan angsa itu terbang membentuk formasi huruf V.
Dalam disiplin ilmu penerbangan, formasi V itu sangat menguntungkan kawanan angsa. Angsa yang terdepan disokong oleh angsa-angsa lain di belakangnya. Angsa yang terdepan adalah pemimpin kawanan. Dia memiliki tugas yang paling berat. Dialah yang pertama melawan gelombang udara di depannya. Jika ia terbang sendirian, tenaga yang harus dikeluarkan oleh kedua sayapnya menjadi lebih besar. Tetapi karena mereka terbang berkelompok, tugas sang pemimpin menjadi lebih ringan. Formasi ini kemudian diadaptasi oleh pesawat-pesawat tempur di dunia ketika sedang melakukan tugas terbang berkelompok.
Gelombang udara di depan sang pemimpin dibagikan ke kanan dan kirinya. Kemudian disambut oleh dua angsa di belakang kanan dan kiri sang pemimpin. Dua angsa itu kemudian mengibaskan sayap-sayapnya dan membagikan gelombang udara ke angsa-angsa berikutnya. Begitulah, terjadi sinergi pada kawanan angsa itu.
Ini menjadi pelajaran untuk sebuah organisasi. Jika segala sesuatu dikerjakan dengan bekelompok dan masing-masing faham dengan fungsi dan tugasnya, pekerjaan menjadi lebih ringan. Meskipun tanggungjawab pemimpin jauh lebih besar.
Pelajaran lainnya, angsa-angsa di belakang sang pemimpin selalu bersorak-sorak menyemangati pemimpinnya. Menghargai tugas besar sang pemimpin. Yang paling belakang adalah yang terlemah, tetapi justru dia yang paling sering menyemangati pemimpinnya. Demikian juga dalam organisasi, sang pemimpin harus terus diberikan support. Dalam bentuk apapun.
Jika dihubungkan dengan konteks TQN Suyalaya, menghafal khataman adalah salah satu bentuk support ikhwan-akhwat kepada mursyid. Bahasa sufinya, khidmah. Artinya, ikhwan-akhwat sedang membangun sendiri konstruksi kedekatan dirinya dengan mursyid melalui khataman. Terlebih jika ia sudah hafal. Kapan saja ia mau, khataman bisa dilakukan.
Yang menarik, saat seekor angsa yang kelelahan dalam terbang dengan jarak tempuh yang panjang, dia akan tertinggal. Lama kelamaan tenaganya habis. Perlahan dia akan terbang rendah, jauh dari kelompoknya. Tetapi, serta merta akan ada dua ekor angsa yang cepat tanggap. Mereka akan menemani angsa yang kelelahan dan membentuk fomulasi V yang lain. Sehingga angsa yang kelelahan tidak jatuh.
Begitulah, sinergi dalam sebuah organisasi. Jika ada yang lemah dalam melakukan tugasnya, kawan yang lain akan datang membantu melahirkan solusi. Tidak memperbesar masalah. Bahkan turut meningkatkan kualitas kawan yang lemah.
Tugas Wali Mursyid sangat berat, besar dan tidak bisa ditanggung sendiri. Karena itu beliau banyak mengangkat Wakil Talqin atas ilham dan Ridho Allah SWT. Para Wakil Talqin pun dalam tugasnya banyak dibantu oleh para muballigh, pemangku manaqib, pengurus YSB dan ikhwan-akhwat yang sudah memiliki semangat dakwah. Jika simpul-simpul potensi tidak disatukan niscaya pembinaan akan tercerai-berai dan melahirkan ketidakpedulian terhadap kualitas ikhwan-akhwat. Menyikapi hal ini usaha memperbanyak kader imam khataman perlu lebih diintensifkan melalui pembinaan dalam bentuk pelatihan-pelatihan.
Sebagaimana biasa, setelah khidmah manaqib, kegiatan diakhiri dengan shalat Dzuhur berjaamaah. Beberapa menit kemudian dzikir tahlil pun bergemuruh di Jakarta Islamic Center.
Meruya, 15 Februari 2009 (Han)
Artikel yang sangat bermanfaat untuk para ikhwan2 TQN Suryalaya.
BalasHapusDari artikel di atas saya belajar :
1. Memperbaiki kualitas dzikir dan menghapal khataman.
2. Selalu mengamati dan belajar dari alam (berfikir)