Selasa, Februari 03, 2009

Kau atau Aku Yang Membawa Sial?

Setelah berkuasa, Raja Timurlenk (Tamerlane) suka berkeliling mengunjungi desa untuk meminta pajak atau merampas harta benda warga desa. Ketika Raja Timurlenk memasuki sebuah desa, warga desa pun kabur. Mereka lari pontang-panting ketakutan. Di tengah keblingsatan itu ada seseorang yang sangat tenang. Dia sepertinya tidak peduli dengan apa yang terjadi.


Ketika Raja Timurlenk berpapasan dengan orang itu, raja menjadi heran melihat perilakunya. Bajunya compang-camping dan di kepalanya digulung sebuah handuk butut. Lalu Raja Timurlenk pun menyuruh pembantunya agar orang yang unik itu dibawa ke hadapannya. Ketika orang itu sudah berada di hadapannya, Raja Timurlenk bertanya siapa namanya. Dia mengatakan namanya Nasiruddin.

Setelah bertanya jawab raja sepertinya benar-benar tertarik dengan omongan dan gaya Nasiruddin. Akhirnya mereka berpisah.

Pada suatu hari Raja Timurlenk tiba-tiba teringat Nasiruddin dan berkeinginan berjumpa dengannya. Maka raja pun mengutus seseorang ke rumah Nasiruddin. Tapi, anehnya Nasiruddin tidak mau datang juga. Raja Timurlenk menjadi kesal. Lalu dia pun bersikeras ingin menjemput sendiri Nasiruddin dan membawanya ke istana.
Para pengawal sudah menyiapkan kuda tunggangan sang raja, dan raja pun berangkat. Beberapa pengawal ikut menjaganya.

Tapi kedatangan sang raja yang kejam itu menyebarkan gosip kalau Nasiruddin bakal dihukum oleh sang raja. Nasiruddin mendapatkan ide, dirinya mengenakan pakaian yang sangat seram dan berjalan memakai galah sehingga terlihat sangat tinggi. Dan ketika Raja Timurlenk mendekati rumahnya, dia memapasinya denga menggunakan pakaian yang menakutkan mirip hantu itu.

Tiba-tiba, saat berpapasana kuda raja begitu kaget dan ketakutan hingga meloncat-loncat tak terkendali. Raja Timur Lenk pun jatuh terpental. Sementara kuda para pangawal juga ketakutan.

Setelah keadaan kembali aman, Nasiruddin dibawa ke istana. Raja begitu marah dengan perlakuan Nasiruddin.

Raja kemudian melempar tuduhan bahwa Nasiruddin telah dengan sengaja berusaha melakukan tindakan yag dapat membahayakan dan membawa sial. Nasiruddin harus dihukum gantung.

Tapi Nasiruddin dengan tenang menolak tuduhan itu. Bahkan dia balik menuduh kalau Raja Timurlenk lah yang sesungguhnya membawa sial kepadanya, apa alasannya orang sedang enak-enak istirahat diganggu, bahkan sekarang mau dihukum gantung? katanya.

Lalu Nasiruddin pun berkata kepada raja kejam itu: “Wahai paduka raja, kalau saya membawa sial tentunya ketika paduka raja jatuh dari kuda kepala paduka diinjak-injak oleh kaki kuda sehingga remuk,”

“Nah, sekarang, siapa yang sesungguhnya membawa sial?” Nasiruddin balik bertanya.

Raja Timurlenk kemudian terdiam merenung.

Harga Sebuah Loyalitas, Tasirun Sulaiman, Erlangga, 2005

1 komentar:

  1. Cerita yang menarik dan sangat menginspirasi.
    Berani banget ya sih Nasiruddinnya

    BalasHapus