Kamis, Februari 12, 2009

Menguntit Para Wakil Talqin


Berziarah ke Makam Abah Sepuh

Acara pembukaan Pertemuan Khusus para Wakil Talqin TQN Suryalaya pada Kamis sore 5 Februari 2009 telah usai ketika kami datang. Para Wakil Talqin satu persatu keluar dari madrasah—salah satu ruang di kediaman Abah Anom yang sering digunakan untuk menerima tamu—dan bersiap-bersiap untuk berziarah ke makam Abah Sepuh (KH. Abdullah Mubarak bin Nur Muhammad)—pendiri Pondok Pesanteren Suryalaya, Mursyid TQN Suryalaya yang ke-36—di Puncak Suryalaya, sebelah barat Masjid Nurul Asror.

Ketika suasana itu terjadi, kami baru saja tiba dari Jakarta. Sambil mencari lokasi parkir, isuzu panther diarahkan ke dataran tinggi di luar komplek pesantren. Kami memutuskan untuk memarkir mobil di halaman selatan komplek pemakaman keluarga Ponpes Suryalaya. Agar bisa langsung ikut prosesi ziarah ke makam Abah Sepuh bersama-sama para Wakil Talqin.

Karena sudah batal wudhu, kami segera menuju tempat wudhu untuk bersuci. Dari tempat bersuci ini kami melihat satu persatu Wakil Talqin mulai menaiki anak tangga menuju Puncak Suryalaya. Selesai bersuci, kami segera menuju bangunan makam Abah Sepuh. Puluhan Wakil Talqin telah mengambil posisi duduk bersila di depan makam Abah Sepuh di Ruang Utama.

Makam Abah Sepuh adalah sebuah bangunan yang berdiri di atas tanah seluas + 200 m2. Bangunan itu terdiri dari tiga ruangan dan memiliki pintu masuk dan keluar dari arah selatan dan timur. Jika kita masuk dari kedua pintu itu, akan tampak ruangan lapang yang menyita separuh dari keseluruhan bangunan makam. Ruangan ini adalah Ruangan Terluar.

Untuk memasuki Ruang Utama makam Abah Sepuh, jamaah harus memasuki ruang antara Ruang Terluar dan Ruang Utama. Ruang Antara itu disekat oleh dinding kaca yang transparan. Memanjang dari timur ke barat. Diantarai oleh dua buah pintu disisi paling timur dan barat yang tidak berdaun. Luasnya kira-kira sepertiga dari ruangan terluar. Sampai tulisan ini disusun, baru ada satu makam yang menempati ruang antara, yaitu makam Almh. Ibu Hj. Endah, putri Abah Sepuh di sisi paling barat.

Ruang Utama adalah tempat jasad Abah Sepuh dikebumikan. Untuk memasuki Ruang Utama, jamaah ziarah harus melewati sebuah pintu kaca yang selalu terkunci. Biasanya jarang orang yang bisa masuk ke Ruang Utama, hanya pihak keluarga Abah Sepuh dan tamu-tamu kehormatan saja yang diperkenankan memasukinya.

Jasad almarhum Abah Sepuh dikebumikan sejak tahun 1956. Pada permukaan tanah yang memendam jasad beliau yang mulia, dipasang batu nisan yang indah dikelilingi keramik berwarna abu-abu. Di atasnya kain kelambu putih menyelimuti. Tertata rapi dan disangga empat tiang di tiap sudut. Di Ruang Utama itu hanya ada satu pusara dan menyisakan banyak ruang kosong di sekelilingnya. Di ruangan kosong itulah para Wakil Talqin mengelilingi makam Abah Sepuh. Sementara itu, jamaah ziarah lain memadati Ruang Antara dan Ruang Terluar.

Mereka tunduk dalam posisi tawajuh. Menghubungkan qalbu masing-masing dengan Wali Mursyid Abah Anom dan Abah Sepuh. Keheningan menyelimuti seluruh ruangan. Keheningan dalam usaha wushul pada-Nya. Keheningan dalam kesibukan mengingat-Nya. Keheningan dalam membangun ‘komunikasi’ dengan-Nya. Keheningan dalam dzikir khofi.

Beberapa menit kemudian terdengar suara Ajengan Njen (KH Zaenal Abidin Anwar)—satu dari tiga orang Pengemban Amanah Pangersa Abah—memimpin tawassul. Rangkaian hadharah dilantunkan diikuti pembacaan Surah Al Fatihah oleh jamaah ziarah, demikian berseling antara hadharah dan Surat Al Fatihah berulang selama tujuh kali. Setelah itu terdengar jelas para jamaah melantunkan surat-surat terakhir di dalam Al Qur’an. Hingga tuntas rangkaian wirid tawassul TQN Suryalaya.

Tidak lama berselang, kalimat thoyyibah terdengar. Seluruh jamaah ziarah mengucapkannya dengan mantap. Dzikir Laa ilaaha ilallaah terdengar bergemuruh. Menyesaki ruang-ruang kosong nurani. Terhujam di dada sebelah kiri, setiap satu kata terakhir kalimat thoyyibah terucap. Berulang dan berulang. Memunculkan getaran cinta kepada Sang Maha Pengasih.

Damai rasanya berziarah beserta orang-orang pilihan Wali Mursyid Abah Anom. Qalbu ini seakan-akan ikut tertarik dalam rangkaian gerbong mahabbah. Meniti setapak demi setapak alam ruhaniah. Membangun kedekatan dengan orang-orang yang dekat dengan Wali Mursyid. Menyelaraskan frekuensi dzawqiyah dalam bimbingan mulia Sang Wali Mursyid untuk ma’rifah kepada-Nya.

Setelah kira-kira duapuluh menit berlalu dalam intensitas dzikir jahr, terdengar kemudian suara KH. Nur Anom Mubarak bin KH. Abdullah Mubarak—Pengemban Amanah Pangersa Abah yang juga adik bungsunya—melantunkan doa penutup dzikir jahr. Kiyai yang berwajah mirip Abah Sepuh ini dengan perlahan dan khusyu’ memimpin jamaah ziarah melakukan permohonan kepada Sang Penjawab Segala Do’a. Suaranya yang timbul tenggelam di antara desiran angin sejuk Puncak Suryalaya menggetarkan nurani siapapun yang mendengar. Sesekali terdengar isakan tangis dari beberapa jamaah ziarah, entah karena haru atau saking khusyu’nya memadukan rasa. Mengharap kepada Sang Maha Pengampun untuk menghapus dosa karena segala maksiat dan ghaflah.

Tiga kali rangkaian surat Al Fatihah bergemuruh setelah itu. Menyeruak dari lisan jamaah ziarah mengiringi hadharah yang dipimpin KH. Nur Anom. Pertanda akan dimulainya dzikir yang tersembunyi. Bermunajat kepada Rabbul Izzati. Ber-afirmasi bahwa hanya Dia lah yang dimaksud dan ridho-Nya yang dicari. Sama-sama berharap didatangkan-Nya anugerah mahabbah dan ma’rifah kepada-Nya. Keheningan kembali meliputi suasana. Tunduk dalam tawajuh. Mengaitkan dzawq dalam robithoh.

Puji syukur tak terhingga tertuju kepada Sang Maha Pemberi Rahmat. Menyaksikan dan turut serta dalam prosesi ziarah bersama puluhan Wakil Talqin yang hanya dilakukan dua kali setahun merupakan rezeki luar biasa. Mudah-mudahan ALLAH SWT selalu membimbing mereka dalam melaksanakan tugas-tugas Pangersa Abah. Mendakwahkan kepada umat di seluruh dunia jalan terdekat dan termudah untuk wushul kepada-Nya. Menyebarkan tasawuf dan TQN Suryalaya kepada penghuni dunia untuk diamalkan, menuju kebangkitan kembali Islam.

Meruya, 12 Februari 2009 (Han)
[Artikel ini telah dipublish juga di www.qalbu.net]


6 komentar:

  1. Subhanallah..
    Pengalaman yg mengesankan USt.,
    jadi kepengen juga...
    hehe..

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah. Atas ijin Allah saya bisa mengikuti kegiatan orang-orang pilihan tersebut. Dan Wali Mursyid mengarahkan saya secara bersitan dalam qalbu untuk menuangkannnya dalam bentuk tulisan. Nantikan Ulasan pertemuan khusus itu dalam bentuk laporannya.

    BalasHapus
  3. Sy kepingin sekali ziarah ke makam Abah Sepuh bareng-bareng dgn para wakil talqin. Semoga keinginan ini terwujud.

    BalasHapus
  4. Pengalaman luar biasa dari Sadeng karena bisa mengikuti acara seperti ini. Dan merupakan barokah bisa dekat dan berkenalan dengan para wakil TQN Abah Anom

    BalasHapus
  5. al faqiir inilah hamba yang hina,berharaf setitik rahmatMU,semoga Alloh memberikan kesempatan pada kami walau dalam narani untuk mencium tangan yang penuh berkah dari abah,dari jasad kotor ini kami berharaf limpahan rahmat dan maghfiroh atas safaat rosulNya yang mulia,do'a kan saya agar istiqomah dari setiap amanah yang telah dititipkan wali mu yang agung syekh Abdullah al Mubarok dan syekh Ahmad shohibul wafa Taajul 'Arifin RA.

    BalasHapus