Selasa, Januari 27, 2009

Sarana Menuju Ghawts

Selama 25 tahun aku berkelana di padang sahara Irak. Aku tidur di reruntuhan bangunan. Selama dua belas tahun aku menyepi di sebuah reruntuhan kastil di sahara Syustar, yang berjarak dua belas hari perjalanan dari Bagdad. Aku berjanji kepada Tuhanku bahwa aku tidak akan makan atau minum sebelum meraih kesempurnaan ruhani.

Pada hari keempat puluh, sesorang datang membawa setumpuk roti dan makanan kemudian meletakkannya di depanku, lalu ia menghilang. Tubuhku berteriak, “Aku lapar, aku lapar!” Nafsuku berbisik, “Janjimu telah kau tepati. Mangapa kau tidak makan?” Tetapi aku tidak melanggar sumpahku kepada Allah.

Secara kebetulan, Abu Sa’id al Muharrami lewat. Ia mendengar jeritan lapar tubuhku, meski aku tidak mendengarnya. Ia menghampiriku dan ketika melihat keadaanku yang lemah ia berkata, “Apa yang kulihat dan kudengar ini, wahai Abdul Qadir!”

“Jangan hiraukan, wahai sahabatku. Itu hanyalah suara hawa nafsu yang menentang dan tidak setia. Padahal, ruhaniku tunduk kepada Tuhannya dengan keadaan gembira, tenang dan bahagia.”

“Datanglah ke madrasahku di Bab al-‘Ajz,” pintanya. Aku tak menjawab, namun qalbuku berkata, “Aku takkan meninggalkan tempat ini hingga datang perintah Allah.”

Tak lama setelah itu, Khidir datang dan berkata, “Pergilah dan ikutlah bersama Abu Sa’id.”

Setelah menerima perintah itu, aku pergi ke Bagdad, ke madrasah Abu Sa’id dan mendapatinya tengah menungguku di depan pintu. “Aku telah memintamu untuk datang,” katanya. Lalu ia memberiku jubah darwis. Sejak saat itu, aku tak pernah meninggalkannya.

Selama 40 tahun aku tak pernah tidur malam. Aku shalat Shubuh dengan wudhu shalat tahajjudku. Aku membaca al-Qur’an setiap malam untuk menghilangkan kantuk. Aku berdiri dengan satu kaki dan bersandar ke dinding dengan satu tangan. Aku tak beranjak dari posisiku hingga khatam al-Qur’an.

Ketika rasa kantuk tak dapat kutahan, satu suara akan menyeru dan mengejutkan sekujur tubuhku, “Hai Abdul Qadir, Aku tidak menciptakanmu untuk tidur! Kau bukan apa-apa. Kuberikan kepadamu kehidupan. Karena itu, meskipun kau hidup, kau tidak mengenal Kami.”

Syekh Tosun Bayrak, Mengenal Sang Sultan Aulia
The Secret of Secrets, Hakikat Segala Rahasia Kehidupan, Syekh Abdul Qadir Al Jailani
Diterjemahkan oleh : Zaimul Am
PT. Serambi Ilmu Semesta Cetakan I Rabiul akhir 1429 H/April 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar