Selasa, Januari 20, 2009

Detik-detik Terakhir Sayyidah Zahra

Seperti biasa, Imam Ali mengerjakan dhuhur di masjid. Usai shalat, Imam pulang menuju rumahnya. Tiba-tiba ia melihat wanita-wanita kerabat dekatnya (seperti Fidhah dan ‘Asma binti Umais) menangis dan kesedihan tampak di wajah mereka.

Dengan rasa heran, Imam bertanya, “Apa yang telah terjadi? Mengapa saya melihat kalian menangis?”


Mereka mengatakan, “Wahai Amirul Mukminin! Puteri Nabi dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Tampaknya ajal telah menjemputnya.”

Dengan segera, Imam Ali berlari menuju kamar Sayyidah Fathima al-Zahra. Imam mengangkat kepala Sayyidah dan meletakannya di pangkuannya seraya memanggil-manggil, “Wahai Zahra!", namun tidak terdengar jawaban.

Kembali Imam Ali memanggilnya, “Wahai puteri Rasulullah!”

Tak terdengar jawaban dari wanita suci itu. Imam mencoba memanggilnya, “Wahai puteri orang yang pernah bersedekah dengan bajunya kepada orang miskin!” Sayyidah Fathimah tetap diam membisu.

Dengan rasa cemas, kembali Imam memanggilnya, “Wahai puteri orang yang para malaikat langit berdatangan untuk shalat di belakangnya!”

Sayyidah tetap tak mendengar panggilan suaminya.

Imam kembali memanggilnya, “Wahai Fathimah! Bicaralah dengan saya. Saya adalah putera Abu Thalib. Saya adalah Ali bin Abi Thalib.”

Tiba-tiba Sayyidah membuka kedua matanya dan memandang wajah suci Imam. Lalu Fathimah menangis. Imam pun turut menangis. Imam berkata kepadanya, “Mengapa Engkau membuatku cemas. Kejadian apa yang membuatmu susah?”

Sayyidah Al Zahra mengatakan, “Saya melihat ajalku sudah dekat. Wahai Abul Hasan, setelah kepergian saya, menikahlah dengan seorang wanita pengganti ibu bagi anak-anak saya. Bagilah waktu dengan adil. Satu malam anda gunakan untuk istri Anda dan malam lainnya untuk anak-anak saya. Jangan berbicara keras di hadapan kedua puteraku, al-Hasan dan al-Husain. Mereka adalah anak yatim yang beberapa waktu lalu ditinggal oleh kakeknya (Rasulullah SAW). Hari ini pula, mereka bakal kehilangan ibu yang mereka sayangi. Celakalah umat yang membenci dan memusuhi keduanya.”

Kemudian Sayyidah menyampaikan wasiatnya. Dengan hati yang tenang, Fathimah meninggalkan alam fana ini. Sesuai dengan wasiatnya, Imam memandikan jenazahnya, mengkafaninya, menyalatinya dan menguburkannya pada malam hari.

Hati Imam dilanda kesedihan yang sangat berat. Air matanya menetes tiada henti. Dalam keadaan seperti itu, beliau menghadap ke arah makam Nabi, seraya berucap, “Salam bagi Anda dari saya, wahai Rasulullah dan dari puteri Anda yang telah datang kepada Anda dan telah bersegera menemui Anda. Wahi Nabi Allah, kesabaran saya atas kepergian puteri pilihan Anda telah habis. Dan ketabahan saya telah melemah, kecuali bahwa saya mempunyai dasar untuk hiburan dalam menanggung kesulitan besar dan peristiwa menyayat hati dari perpisahan dengan Anda. Saya meletakkan Anda ke dalam makam Anda ketika nafas Anda yang terakhir berlalu sementara kepala Anda di antara dada dan leher saya.

Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali (al Baqarah:156)

Sekarang amanat telah dikembalikan dan apa yang telah diberikan telah diambil kembali. Tentang kesedihan saya, kesedihan itu tak mengenal batas. Dan tentang malam-malam saya, malam-malam itu tetap sukar dibawa tidur, hingga Allah memilih bagi saya rumah dimana Anda tinggal sekarang.

Sungguh puteri Anda akan mengabarkan kepada Anda tentang kesepakatan umat Anda untuk menindasnya. Anda tanyakan kepadanya dengan rinci dan perolehlah semua kabar tentang keadaannya. Ini telah terjadi ketika belum panjang waktu yang terentang dan ingatan kepada Anda belum menghilang. Salam saya kepada kalian berdua, salam dari orang yang terlanda kesedihan, bukan orang yang muak dan benci. Karena apabila saya tinggal, bukanlah itu karena kurang percaya akan apa yang dijanjikan Allah kepada orang-orang yang sabar.”


Sumber : Kisah-kisah Bertabur Hikmah Nahjul Balaghah, Imam Ali bin Abi Thalib

5 komentar:

  1. Wow..Postingan yang sangat bagus, menarik dan menambah wawasan saya tentang Sayyidah Fathima al-Zahra dan Sayyidan Ali bin Abi Thalib..terutama tentang Meninggalnya Sayyidah Fahtima al-zahra

    BalasHapus
  2. Ya benar Hudaya... kadang kita lupa sejarah. Justru dengan begini kita tahu bagaimana Syyidah Fatimah memperjuangkan Islam hingga detik terakhirnya

    BalasHapus
  3. wah keren ni blognya....
    menambah ilmu diriku....
    keep post yaa...

    BalasHapus
  4. Thx Li dah kasih komentar. Alhamdulillah kalau berguna untuk para pengunjung. Insya Allah... doakan saya untuk tetap istiqomah....

    BalasHapus
  5. Ass...
    Syukron katsir tas posting menarik jg mencerahkan.
    ana mau izin buat memposting di blog ana y?Syukron katsir

    BalasHapus