Seiring dengan semakin meluasnya pengaruh Hadhrah SYEKH ABDUL QADIR AL JAILANI Q.S. ke seluruh dunia, banyak muridnya yang meraih kedudukan penting dan banyak penguasa yang menjadi muridnya. Ia menugaskan sebagian muridnya untuk menjadi wakilnya yang sesuai dengan kemampuan, kualitas batin dan tingkatan ruhaniah masing-masing.
Sebagian mereka diangkat sebagai guru ruhani dan sebagian lainnya menjadi hakim. Bahkan, tidak sedikit yang diangkat menjadi gubernur dan raja.
Dikisahkan, bahwa ada seorang fakir yang telah mengabdi sebagai pembantu di rumah SYEKH ABDUL QADIR AL JAILANI Q.S. selama empat puluh tahun. Selama itu, ia telah menyaksikan beberapa murid yang jauh lebih muda darinya dan yang belum lama mengabdi, telah ditunjuk syekh untuk menempati jabatan penting. Suatu hari, ia menghadap SYEKH ABDUL QADIR AL JAILANI Q.S. dan mengajukan permohonan. Ia telah mengabdi kepada Syekh selama bertahun-tahun dan kini usianya semakin tua. Mengapa ia belum juga ditunjuk menempati pos penting seperti murid yang lain?
Belum lagi ia tuntas menyampaikan maksudnya, satu utusan dari India tiba. Mereka ingin agar Syekh menunjuk seorang maharaja bagi kerajaan mereka. Syekh menatap pembantunya itu dan berkata, “Apakah kau menyukai jabatan ini? Apakah kau merasa memenuhi syarat?" Pelayan itu mengangguk kegirangan.
Ketika para utusan itu keluar rumah, Syekh berkata kepada pembantunya, “Aku akan mengangkatmu sebagai raja di sana dengan syarat kau harus berjanji untuk memberikan kepadaku separuh dari keuntungan dan kekayaan yang kau peroleh selama berkuasa.” Tentu saja pelayan itu menyanggupinya.
Orang tua itu bekerja di rumah Syekh sebagai juru masak. Hari itu, ia harus mengaduk hidangan yang akan disajikan. Setelah berbicara dengan Syekh, ia kembali ke dapur untuk mengaduk masakan itu di sebuah kuali raksasa dengan sendok kayu. Di tengah pekerjaannya itu, ia dipanggil untuk pergi bersama utusan itu ke India sebagai raja mereka.
Di negeri itu, ia dinobatkan sebagai raja. Ia dapatkan kekayaan berlimpah. Ia bangun banyak istana untuk dirinya sendiri, ia menikah dan punya seorang anak laki-laki. Ia sepenuhnya telah melupakan Syekh dan janji yang diucapkannya.
Pada suatu hari, ia menerima pesan SYEKH ABDUL QADIR AL JAILANI Q.S. akan datang mengunjunginya. Ia bersiap-siap menyambut kedatangannya. Setelah upacara, prosesi dan pesta yang megah, mereka berbincang berdua. Syekh mengingatkan kesepakatan mereka; yaitu bahwa ia harus memberikan separuh dari semua keuntungan yang dikumpulkannya selama berkuasa. Maharaja itu jengkel ketika diingatkan akan janjinya. Kendati demikian, ia berjanji bahwa esok lusa ia akan menyerahkan separuh dari semua kekayaannya kepada Syekh.
Keserakahan – yang terus bertambah seiring bertambahnya kekayaannya—tak membiarkannya membuat daftar kekayaan dengan jujur. Tepat pada hari yang telah direncanakan, ia membawa daftar kekayaan itu dan menyerahkannya kepada Syekh. Meski daftar itu mencantumkan banyak istana dan kekayaan, semua itu hanyalah sebagian kecil dari kekayaan yang sesungguhnya.
SYEKH ABDUL QADIR AL JAILANI Q.S. tampak puas dengan bagian yang diperolehnya. Lalu ia berkata, “Kudengar kau juga memiliki seorang anak laki-laki.”
“Ya, sayangnya cuma seorang. Sekiranya ada dua, tentu akan kuberikan salah seorang kepadamu.”
“Tidak apa-apa, bawalah anak itu,” tukas Syekh, “Kita tetap dapat membaginya.”
Anak itu dibawa ke hadapan mereka. Syekh menghunus pedangnya yang tajam tepat di atas bagian tengah kepala anak itu. “Kau akan mendapatkan separuh dan separuhnya lagi menjadi bagianku!” katanya.
Sang ayah, yang ketakutan menghunus belatinya dan dengan kedua tangannya ditusukkan ke dada Syekh.
Ia lakukan itu dengan mata terpejam. Ketika membuka matanya, ia sedang mengaduk makanan di kuali besar dengan sendok kayu. Hadhrah SYEKH ABDUL QADIR AL JAILANI Q.S. menatapnya dan berkata, “Seperti kau lihat sendiri, kau belum siap menjadi wakilku. Kau belum memberikan segalanya, termasuk dirimu, kepadaku.”
Syekh Tosun Bayrak, Mengenal Sang Sultan Aulia
The Secret of Secrets, Hakikat Segala Rahasia Kehidupan, Syekh Abdul Qadir Al Jailani
Diterjemahkan oleh : Zaimul Am
PT. Serambi Ilmu Semesta Cetakan I Rabiul akhir 1429 H/April 2008
Jumat, Januari 30, 2009
Kamis, Januari 29, 2009
Murid dan Murad
“Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, sedang mereka menghendaki wajah-Nya” (QS al-An’am, 6:52)
Diriwayatkan oleh Anas, Rasulullah SAW telah mengatakan: “Jika Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, maka dia akan memanfaatkannya.”
Seseorang bertanya, “Bagaimana dia memanfaatkannya, wahai Rasulullah?
Rasul menjawab, “Dia akan menganugerahinya keberhasilan dalam melaksanakan amal kebajikan sebelum mati.”
Kehendak (iradah) adalah permulaan jalan para penempuh dan nama tahapan (maqam) yang pertama dari mereka yang menempuh jalan menuju Allah SWT. Sifat ini disebut kehendak (iradah) hanya karena kehendak mendahului setiap masalah sedemikian rupa sehingga jika seorang hamba tidak menghendaki sesuatu, dia tidak akan melakukannya.
Manakala hal ini terjadi di awal jalan, ia dinamai “kehendak” dengan dikiaskan kepada niat yang mendahului semua persoalan. Seorang ‘murid’ dinamai demikian karena ia mempunyai ‘iradah’ (kehendak), sebagaimana seorang ‘alim disebut demikian karena dia mempunyai ‘ilm (ilmu). Kedua kata ini (murid dan ‘alim) berasal dari fi’il mabni maf’ul (kata kerja lampau bentuk aktif) arada (menghendaki) dan ‘alima (mengetahui).
Orang banyak telah berbicara tentang makna kehendak, masing-masing mengungkapkan isi hatinya sendiri. Kebanyakan syekh menjelaskan, “Iradah adalah berpisah dari praktek-praktek yang menjadi kebiasaan.” Kebiasaan kebanyakan orang adalah tetap dalam kelalaian, cenderung kepada ajakan instink dan tetap berada dalam lingkungan hawa nafsu. Tetapi seorang murid (hamba yang sedang meniti jalan menuju Allah) terlepas dari semua itu. Keterlepasannya itu sendiri merupakan bukti sehatnya kehendaknya. Maka keadaannya itu disebut iradah, karena ia terlepas dari praktek-praktek kebiasaan (orang-orang masa kini bilang : ‘terbebas dari comfort zone (zona nyaman.ed)’).
Hakekat kehendak adalah bahwa ia merupakan gerakan yang resah di dalam hati nurani dalam mencari Allah. Karena alasan ini dikatakan, “Iradah adalah keterpesonaan yang menyakitkan, yang membuat setiap rasa takut menjadi remeh”. Imam Al Qusyairi mendengar dari gurunya, Syekh Abu ‘Ali ad-Daqaq menyatakan : “Iradah adalah keterpesonaan yang menyakitkan, sengatan dalam hati nurani, hasrat yang membara dalam indera intuisi, keinginan yang menyala-nyala dalam batin dan api yang membakar dalam qalbu”.
Seorang murid tidak akan pernah kendor dalam kehendaknya baik siang ataupun malam. Dia berjuang keras secara lahiriah, sementara dalam batinnya dia menderita. Dia meninggalkan tempat tidurnya, batinnya sibuk sepanjang waktu, dia menanggung kesulitan hidup, dia memikul beban, dia mengembangkan sikap-sikap akhlak yang baik, dia memeluk ketakutan.
Diantara tanda-tanda seorang murid adalah bahwa dia senang melaksanakan shalat sunah, tulus dalam mendokan kebaikan bagi ummat, terpaut pada situasi yang penuh ketenangan, sabar dan tabah dalam memenuhi ketentuan agama, memberikan sedekah dengan penuh kemurahan hati sesuai dengan perintah-Nya, memiliki rasa malu di hadapan-Nya, rajin mengerjakan apa yang disenangi-Nya, mengerjakan apa saja yang bisa membawa kepada-Nya, puas dengan tidak disebut-sebutnya namanya sendiri dan dia selalu mengalami kegelisahan dalam hati nuraninya sampai dia mencapai Tuhannya.
Syekh Abu ‘Ali ad-Daqaq selanjutnya berkata : “Seorang murid, tidak bisa disebut murid sampai malaikat di pundak kirinya menganggur (tidak mencatat amal buruknya, ed.) selama duapuluh tahun.”
Seseorang bertanya kepada Al Junayd, “Apakah baik bagi seorang murid untuk mendengarkan cerita-cerita shaleh?”
Al Junayd menjawab, “Cerita-cerita shaleh adalah salah satu tentara Allah dan qalbu manusia dikuatkan olehnya.
Dia ditanya lagi, “Adakah dalil yang mendukung ucapanmu itu?”
Al Junayd menegaskan, “Ya, dalilnya adalah firman Allah SWT : Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya kami teguhkan hati nurani (fuad)mu (QS Huud, 11:120)”
Tingkatan yang lebih tinggi setelah murid adalah murad. Murid adalah orang yang berkehendak sedangkan murad adalah obyek kehendak. Dapat dikatakan bahwa setiap murid sesunguhnya adalah murad. Jika dia bukan murad (yang dikendaki) Allah SWT, niscaya dia tidak akan menjadi murid, sebab tak ada sesuatu pun yang bisa terjadi kecuali dengan kehendak Allah. Selanjutnya setiap murad adalah juga murid, sebab jika Allah menghendakinya secara khusus, Dia akan menganugerahinya keberhasilan dalam memiliki kehendak (terhadap-Nya).
Cara Allah memperlakukan mereka yang menempuh Jalan-Nya beraneka ragam.
1. Kebanyakan mereka mencapai keberhasilan dalam berjuang dan setelah mengalami kesulitan yang berkepanjangan, mencapai kebenaran hakiki yang agung.
2. Ada juga diantara mereka yang diperlihatkan keagungan kebenaran hakiki pada awalnya, mencapai apa yang belum dicapai oleh mereka yang mengerjakan banyak latihan spiritual.
Tetapi sebagian besar dari mereka yang disebut pertama kembali lagi dan berjuang mengikuti mereka yang disebut belakangan agar memperoleh manfaat-manfaat latihan spiritual yang tidak mereka peroleh sebelumnya.
Al Junayd berkata, murid dikendalikan oleh aturan-aturan ketetapan-ketetapan ilmu para ulama, sedangkan murad dikendalikan oleh pemeliharaan dan perlindungan Allah.
Disadur dari Risalah Sufi al-Qusyayri,Syekh Abdul Karim ibn Hawazin al-Qusyayri, 1990
Diriwayatkan oleh Anas, Rasulullah SAW telah mengatakan: “Jika Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, maka dia akan memanfaatkannya.”
Seseorang bertanya, “Bagaimana dia memanfaatkannya, wahai Rasulullah?
Rasul menjawab, “Dia akan menganugerahinya keberhasilan dalam melaksanakan amal kebajikan sebelum mati.”
Kehendak (iradah) adalah permulaan jalan para penempuh dan nama tahapan (maqam) yang pertama dari mereka yang menempuh jalan menuju Allah SWT. Sifat ini disebut kehendak (iradah) hanya karena kehendak mendahului setiap masalah sedemikian rupa sehingga jika seorang hamba tidak menghendaki sesuatu, dia tidak akan melakukannya.
Manakala hal ini terjadi di awal jalan, ia dinamai “kehendak” dengan dikiaskan kepada niat yang mendahului semua persoalan. Seorang ‘murid’ dinamai demikian karena ia mempunyai ‘iradah’ (kehendak), sebagaimana seorang ‘alim disebut demikian karena dia mempunyai ‘ilm (ilmu). Kedua kata ini (murid dan ‘alim) berasal dari fi’il mabni maf’ul (kata kerja lampau bentuk aktif) arada (menghendaki) dan ‘alima (mengetahui).
Orang banyak telah berbicara tentang makna kehendak, masing-masing mengungkapkan isi hatinya sendiri. Kebanyakan syekh menjelaskan, “Iradah adalah berpisah dari praktek-praktek yang menjadi kebiasaan.” Kebiasaan kebanyakan orang adalah tetap dalam kelalaian, cenderung kepada ajakan instink dan tetap berada dalam lingkungan hawa nafsu. Tetapi seorang murid (hamba yang sedang meniti jalan menuju Allah) terlepas dari semua itu. Keterlepasannya itu sendiri merupakan bukti sehatnya kehendaknya. Maka keadaannya itu disebut iradah, karena ia terlepas dari praktek-praktek kebiasaan (orang-orang masa kini bilang : ‘terbebas dari comfort zone (zona nyaman.ed)’).
Hakekat kehendak adalah bahwa ia merupakan gerakan yang resah di dalam hati nurani dalam mencari Allah. Karena alasan ini dikatakan, “Iradah adalah keterpesonaan yang menyakitkan, yang membuat setiap rasa takut menjadi remeh”. Imam Al Qusyairi mendengar dari gurunya, Syekh Abu ‘Ali ad-Daqaq menyatakan : “Iradah adalah keterpesonaan yang menyakitkan, sengatan dalam hati nurani, hasrat yang membara dalam indera intuisi, keinginan yang menyala-nyala dalam batin dan api yang membakar dalam qalbu”.
Seorang murid tidak akan pernah kendor dalam kehendaknya baik siang ataupun malam. Dia berjuang keras secara lahiriah, sementara dalam batinnya dia menderita. Dia meninggalkan tempat tidurnya, batinnya sibuk sepanjang waktu, dia menanggung kesulitan hidup, dia memikul beban, dia mengembangkan sikap-sikap akhlak yang baik, dia memeluk ketakutan.
Diantara tanda-tanda seorang murid adalah bahwa dia senang melaksanakan shalat sunah, tulus dalam mendokan kebaikan bagi ummat, terpaut pada situasi yang penuh ketenangan, sabar dan tabah dalam memenuhi ketentuan agama, memberikan sedekah dengan penuh kemurahan hati sesuai dengan perintah-Nya, memiliki rasa malu di hadapan-Nya, rajin mengerjakan apa yang disenangi-Nya, mengerjakan apa saja yang bisa membawa kepada-Nya, puas dengan tidak disebut-sebutnya namanya sendiri dan dia selalu mengalami kegelisahan dalam hati nuraninya sampai dia mencapai Tuhannya.
Syekh Abu ‘Ali ad-Daqaq selanjutnya berkata : “Seorang murid, tidak bisa disebut murid sampai malaikat di pundak kirinya menganggur (tidak mencatat amal buruknya, ed.) selama duapuluh tahun.”
Seseorang bertanya kepada Al Junayd, “Apakah baik bagi seorang murid untuk mendengarkan cerita-cerita shaleh?”
Al Junayd menjawab, “Cerita-cerita shaleh adalah salah satu tentara Allah dan qalbu manusia dikuatkan olehnya.
Dia ditanya lagi, “Adakah dalil yang mendukung ucapanmu itu?”
Al Junayd menegaskan, “Ya, dalilnya adalah firman Allah SWT : Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya kami teguhkan hati nurani (fuad)mu (QS Huud, 11:120)”
Tingkatan yang lebih tinggi setelah murid adalah murad. Murid adalah orang yang berkehendak sedangkan murad adalah obyek kehendak. Dapat dikatakan bahwa setiap murid sesunguhnya adalah murad. Jika dia bukan murad (yang dikendaki) Allah SWT, niscaya dia tidak akan menjadi murid, sebab tak ada sesuatu pun yang bisa terjadi kecuali dengan kehendak Allah. Selanjutnya setiap murad adalah juga murid, sebab jika Allah menghendakinya secara khusus, Dia akan menganugerahinya keberhasilan dalam memiliki kehendak (terhadap-Nya).
Cara Allah memperlakukan mereka yang menempuh Jalan-Nya beraneka ragam.
1. Kebanyakan mereka mencapai keberhasilan dalam berjuang dan setelah mengalami kesulitan yang berkepanjangan, mencapai kebenaran hakiki yang agung.
2. Ada juga diantara mereka yang diperlihatkan keagungan kebenaran hakiki pada awalnya, mencapai apa yang belum dicapai oleh mereka yang mengerjakan banyak latihan spiritual.
Tetapi sebagian besar dari mereka yang disebut pertama kembali lagi dan berjuang mengikuti mereka yang disebut belakangan agar memperoleh manfaat-manfaat latihan spiritual yang tidak mereka peroleh sebelumnya.
Al Junayd berkata, murid dikendalikan oleh aturan-aturan ketetapan-ketetapan ilmu para ulama, sedangkan murad dikendalikan oleh pemeliharaan dan perlindungan Allah.
Disadur dari Risalah Sufi al-Qusyayri,Syekh Abdul Karim ibn Hawazin al-Qusyayri, 1990
Selasa, Januari 27, 2009
Liputan Manaqib di Masjid Istiqlal
Sabtu, 24 Januari 2009, Allah anugerahkan cuaca cerah untuk Jakarta di antara awan mendung dan hujan yang turun akhir-akhir ini. Matahari ceria memancarkan cahayanya yang hangat di seluruh permukaan kota yang dulu dikenal Jayakarta. Suasana yang kondusif untuk memulai sebuah aktifitas.
Di pusat kota, tepatnya di Masjid Istiqlal, ribuan orang telah memadati masjid kebanggaan bangsa Indonesia. Sebagian besar jamaah wanita mengenakan busana muslimah putih-putih memenuhi sayap kiri aula utama, meninggalkan kesan hamparan landscape salju di atas dataran Kutub Utara. Di sayap kanan, corak warna-warni sangat kentara ditampilkan oleh balutan busana muslim jamaah pria yang menghadirkan keragaman kultur Indonesia.
Pagi itu Masjid Istiqlal disesaki jamaah Tarekat Qadiriyyah Naqsyabandiyyah (TQN) Pondok Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya (baca: TQN Suryalaya). Mereka akan menghadiri kegiatan Manaqib Kubra Syekh Abdul Qadir Al Jailani yang baru pertama kali diselenggarakan di masjid yang menjadi simbol umat muslim Indonesia.
Ribuan jamaah hadir dari berbagai penjuru, 60 buah bus pariwisata yang berkapasitas 40-60 orang dari Kota dan Kabupaten Tasikmalaya berdatangan sejak pukul 3 dinihari. Lima buah bus dari Ciamis tidak ketinggalan, begitu juga dari Tegal dan Pekalongan. Kota dan Kabupaten Bandung demikian. Begitu juga Banten, Lampung dan Palembang. Ikhwan dan akhwat sekitar Jabodetabek berdatangan menjelang acara dimulai, mereka menggunakan moda transportasi pribadi dan umum.
Kegiatan manaqib sebenarnya sudah sering dilaksanakan oleh Jamaah TQN Suryalaya. Setiap tanggal 11 di semua bulan kalender hijriyah mereka berkumpul di pusat orbitnya, yaitu Pondok Pesantren Suryalaya, Desa Tanjungkerta, Kabupaten Tasikmalaya. Di pondok itu, berdiam Sang Mursyid tercinta, KH. Ahmad Shahibul Wafa Tajul ‘Arifin atau yang akrab disapa ABAH ANOM .
Manaqib adalah proses latihan (riyadhah) yang harus dilakukan oleh Ikhwan-akhwat (murid-murid) TQN Suryalaya paling tidak sebulan sekali. Di dalam ritual riyadhah itu dilakukan rangkaian pembacaan ayat suci Al Qur’an, Tanbih (nasehat) dari Syekh Abdullah Mubarak bin Nur Muhammad (pendiri Pondok Pesantren Suryalaya), Tawassul (rangkaian wirid dan do’a khas TQN Suyalaya) dan Manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani (biografi pendiri Tarekat Qadiriyyah). Kemudian dilanjutkan dengan tausiyah. Biasanya rangkaian ritual di atas dilakukan oleh lima petugas yang berbeda.
Manaqib di Masjid Istiqlal dihadiri oleh beberapa wakil talkin Abah Anom antara lain KH. Abdul Gaos Saefullah Al Maslul (Ajengan Gaos, Ciamis), KH. Amin (Banten), KH. Sirojudin (Tangerang), KH. Beben Dabas (Pamijahan), KH. Asrori Kholil (Bojonegoro), KH. Muhammad Soleh dan KH. Wahfiudin (Jakarta). Hadir pula KH. Ahmad Jauhari perwakilan Departemen Agama RI dan Bapak Efendi Anas utusan Gubernur DKI Jakarta.
Butuh banyak personel untuk mengawal kesuksesan manaqib. Selain panitia inti yang terdiri dari pengurus YSB Suryalaya Kantor Wilayah dan Perwakilan DKI, Himpunan Pemuda Suryalaya (HUDAYA) DKI Jakarta pun turut berjibaku menyumbangkan tenaga dan fikirannya. Sebagian besar panitia bisa terlihat jelas dengan tampilan balutan baju koko putih-putih dihiasi blangkon hitam penutup kepala. Mereka sibuk mengantar jamaah di tempat-tempat yang telah disediakan, membagikan kantong plastik kepada jamaah yang baru datang untuk menyimpan alas kaki, dan lain-lain.
Marsekal Muda (Purn) Mahfudin Taka, Ketua Umum YSB Kantor Pusat berkenan memberikan sambutan seusai rangkaian ritual manaqib. Beliau berharap Pengurus Masjid Istiqlal memberikan ijin untuk kegiatan-kegiatan lain yang diselenggarakan TQN Suryalaya di Masjid Istiqlal. Ucapan terimakasih beliau sampaikan kepada para panitia yang telah mensukeskan kegiatan manaqib, Departemen Agama RI dan Pemda DKI Jakarta yang telah mendukung penuh kegiatan TQN Suyalaya.
Sementara itu KH. Ahmad Jauhari yang tampil sebagai pembicara utama pada khidmah manaqib, menekankan pentingnya kaderisasi dalam komunitas muslim. Beliau mengharapkan dalam setiap keluarga ada satu atau dua anak yang disekolahkan dalam lingkungan agama (pesantren) dan dipersiapkan untuk menjadi ustadz. Karena akhir-akhir ini terjadi krisis kaderisasi pemimpin umat. Beliau menyayangkan kurangnya minat generasi muda muslim Indonesia yang serius mempelajari Islam.
Akhirnya pembelajaran (talkin) dzikir diberikan kepada ribuan jamaah baru seusai khidmah manaqib. KH. Muhammad Soleh, wakil talkin Abah Anom dari Jakarta menyampaikan metode berdzikir ala TQN Suryalaya. Tak ayal, gemuruh dzikir Jahar berupa lantunan kalimat tauhid LAA ILAAHA ILLALLAAH yang dinyatakan berulang-ulang dari lisan ribuan jamaah yang ditalkin, menyempurnakan prosesi manaqib kubro di Masjid Istiqlal.
Siang itu, selepas Shalat Dzuhur berjamaah, Masjid Istiqlal dipenuhi lantunan membahana kalimat tahlil. Ribuan jamaah dengan khidmat dan penuh keikhlasan mengingatkan qalbu-qalbu mereka dengan kalimat-kalimat tauhid. Tidak ada yang harus diingat, kecuali ALLAH. Prosesi riyadhah harian ikhwan akhwat TQN Suryalaya tersebut dipimpin bergantian oleh Ajengan Gaos dan KH. Wahfiudin.
Rawamangun, 27 Januari 2009.
Di pusat kota, tepatnya di Masjid Istiqlal, ribuan orang telah memadati masjid kebanggaan bangsa Indonesia. Sebagian besar jamaah wanita mengenakan busana muslimah putih-putih memenuhi sayap kiri aula utama, meninggalkan kesan hamparan landscape salju di atas dataran Kutub Utara. Di sayap kanan, corak warna-warni sangat kentara ditampilkan oleh balutan busana muslim jamaah pria yang menghadirkan keragaman kultur Indonesia.
Pagi itu Masjid Istiqlal disesaki jamaah Tarekat Qadiriyyah Naqsyabandiyyah (TQN) Pondok Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya (baca: TQN Suryalaya). Mereka akan menghadiri kegiatan Manaqib Kubra Syekh Abdul Qadir Al Jailani yang baru pertama kali diselenggarakan di masjid yang menjadi simbol umat muslim Indonesia.
Ribuan jamaah hadir dari berbagai penjuru, 60 buah bus pariwisata yang berkapasitas 40-60 orang dari Kota dan Kabupaten Tasikmalaya berdatangan sejak pukul 3 dinihari. Lima buah bus dari Ciamis tidak ketinggalan, begitu juga dari Tegal dan Pekalongan. Kota dan Kabupaten Bandung demikian. Begitu juga Banten, Lampung dan Palembang. Ikhwan dan akhwat sekitar Jabodetabek berdatangan menjelang acara dimulai, mereka menggunakan moda transportasi pribadi dan umum.
Kegiatan manaqib sebenarnya sudah sering dilaksanakan oleh Jamaah TQN Suryalaya. Setiap tanggal 11 di semua bulan kalender hijriyah mereka berkumpul di pusat orbitnya, yaitu Pondok Pesantren Suryalaya, Desa Tanjungkerta, Kabupaten Tasikmalaya. Di pondok itu, berdiam Sang Mursyid tercinta, KH. Ahmad Shahibul Wafa Tajul ‘Arifin atau yang akrab disapa ABAH ANOM .
Manaqib adalah proses latihan (riyadhah) yang harus dilakukan oleh Ikhwan-akhwat (murid-murid) TQN Suryalaya paling tidak sebulan sekali. Di dalam ritual riyadhah itu dilakukan rangkaian pembacaan ayat suci Al Qur’an, Tanbih (nasehat) dari Syekh Abdullah Mubarak bin Nur Muhammad (pendiri Pondok Pesantren Suryalaya), Tawassul (rangkaian wirid dan do’a khas TQN Suyalaya) dan Manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani (biografi pendiri Tarekat Qadiriyyah). Kemudian dilanjutkan dengan tausiyah. Biasanya rangkaian ritual di atas dilakukan oleh lima petugas yang berbeda.
Manaqib di Masjid Istiqlal dihadiri oleh beberapa wakil talkin Abah Anom antara lain KH. Abdul Gaos Saefullah Al Maslul (Ajengan Gaos, Ciamis), KH. Amin (Banten), KH. Sirojudin (Tangerang), KH. Beben Dabas (Pamijahan), KH. Asrori Kholil (Bojonegoro), KH. Muhammad Soleh dan KH. Wahfiudin (Jakarta). Hadir pula KH. Ahmad Jauhari perwakilan Departemen Agama RI dan Bapak Efendi Anas utusan Gubernur DKI Jakarta.
Butuh banyak personel untuk mengawal kesuksesan manaqib. Selain panitia inti yang terdiri dari pengurus YSB Suryalaya Kantor Wilayah dan Perwakilan DKI, Himpunan Pemuda Suryalaya (HUDAYA) DKI Jakarta pun turut berjibaku menyumbangkan tenaga dan fikirannya. Sebagian besar panitia bisa terlihat jelas dengan tampilan balutan baju koko putih-putih dihiasi blangkon hitam penutup kepala. Mereka sibuk mengantar jamaah di tempat-tempat yang telah disediakan, membagikan kantong plastik kepada jamaah yang baru datang untuk menyimpan alas kaki, dan lain-lain.
Marsekal Muda (Purn) Mahfudin Taka, Ketua Umum YSB Kantor Pusat berkenan memberikan sambutan seusai rangkaian ritual manaqib. Beliau berharap Pengurus Masjid Istiqlal memberikan ijin untuk kegiatan-kegiatan lain yang diselenggarakan TQN Suryalaya di Masjid Istiqlal. Ucapan terimakasih beliau sampaikan kepada para panitia yang telah mensukeskan kegiatan manaqib, Departemen Agama RI dan Pemda DKI Jakarta yang telah mendukung penuh kegiatan TQN Suyalaya.
Sementara itu KH. Ahmad Jauhari yang tampil sebagai pembicara utama pada khidmah manaqib, menekankan pentingnya kaderisasi dalam komunitas muslim. Beliau mengharapkan dalam setiap keluarga ada satu atau dua anak yang disekolahkan dalam lingkungan agama (pesantren) dan dipersiapkan untuk menjadi ustadz. Karena akhir-akhir ini terjadi krisis kaderisasi pemimpin umat. Beliau menyayangkan kurangnya minat generasi muda muslim Indonesia yang serius mempelajari Islam.
Akhirnya pembelajaran (talkin) dzikir diberikan kepada ribuan jamaah baru seusai khidmah manaqib. KH. Muhammad Soleh, wakil talkin Abah Anom dari Jakarta menyampaikan metode berdzikir ala TQN Suryalaya. Tak ayal, gemuruh dzikir Jahar berupa lantunan kalimat tauhid LAA ILAAHA ILLALLAAH yang dinyatakan berulang-ulang dari lisan ribuan jamaah yang ditalkin, menyempurnakan prosesi manaqib kubro di Masjid Istiqlal.
Siang itu, selepas Shalat Dzuhur berjamaah, Masjid Istiqlal dipenuhi lantunan membahana kalimat tahlil. Ribuan jamaah dengan khidmat dan penuh keikhlasan mengingatkan qalbu-qalbu mereka dengan kalimat-kalimat tauhid. Tidak ada yang harus diingat, kecuali ALLAH. Prosesi riyadhah harian ikhwan akhwat TQN Suryalaya tersebut dipimpin bergantian oleh Ajengan Gaos dan KH. Wahfiudin.
Rawamangun, 27 Januari 2009.
Sarana Menuju Ghawts
Selama 25 tahun aku berkelana di padang sahara Irak. Aku tidur di reruntuhan bangunan. Selama dua belas tahun aku menyepi di sebuah reruntuhan kastil di sahara Syustar, yang berjarak dua belas hari perjalanan dari Bagdad. Aku berjanji kepada Tuhanku bahwa aku tidak akan makan atau minum sebelum meraih kesempurnaan ruhani.
Pada hari keempat puluh, sesorang datang membawa setumpuk roti dan makanan kemudian meletakkannya di depanku, lalu ia menghilang. Tubuhku berteriak, “Aku lapar, aku lapar!” Nafsuku berbisik, “Janjimu telah kau tepati. Mangapa kau tidak makan?” Tetapi aku tidak melanggar sumpahku kepada Allah.
Secara kebetulan, Abu Sa’id al Muharrami lewat. Ia mendengar jeritan lapar tubuhku, meski aku tidak mendengarnya. Ia menghampiriku dan ketika melihat keadaanku yang lemah ia berkata, “Apa yang kulihat dan kudengar ini, wahai Abdul Qadir!”
“Jangan hiraukan, wahai sahabatku. Itu hanyalah suara hawa nafsu yang menentang dan tidak setia. Padahal, ruhaniku tunduk kepada Tuhannya dengan keadaan gembira, tenang dan bahagia.”
“Datanglah ke madrasahku di Bab al-‘Ajz,” pintanya. Aku tak menjawab, namun qalbuku berkata, “Aku takkan meninggalkan tempat ini hingga datang perintah Allah.”
Tak lama setelah itu, Khidir datang dan berkata, “Pergilah dan ikutlah bersama Abu Sa’id.”
Setelah menerima perintah itu, aku pergi ke Bagdad, ke madrasah Abu Sa’id dan mendapatinya tengah menungguku di depan pintu. “Aku telah memintamu untuk datang,” katanya. Lalu ia memberiku jubah darwis. Sejak saat itu, aku tak pernah meninggalkannya.
Selama 40 tahun aku tak pernah tidur malam. Aku shalat Shubuh dengan wudhu shalat tahajjudku. Aku membaca al-Qur’an setiap malam untuk menghilangkan kantuk. Aku berdiri dengan satu kaki dan bersandar ke dinding dengan satu tangan. Aku tak beranjak dari posisiku hingga khatam al-Qur’an.
Ketika rasa kantuk tak dapat kutahan, satu suara akan menyeru dan mengejutkan sekujur tubuhku, “Hai Abdul Qadir, Aku tidak menciptakanmu untuk tidur! Kau bukan apa-apa. Kuberikan kepadamu kehidupan. Karena itu, meskipun kau hidup, kau tidak mengenal Kami.”
Syekh Tosun Bayrak, Mengenal Sang Sultan Aulia
The Secret of Secrets, Hakikat Segala Rahasia Kehidupan, Syekh Abdul Qadir Al Jailani
Diterjemahkan oleh : Zaimul Am
PT. Serambi Ilmu Semesta Cetakan I Rabiul akhir 1429 H/April 2008
Pada hari keempat puluh, sesorang datang membawa setumpuk roti dan makanan kemudian meletakkannya di depanku, lalu ia menghilang. Tubuhku berteriak, “Aku lapar, aku lapar!” Nafsuku berbisik, “Janjimu telah kau tepati. Mangapa kau tidak makan?” Tetapi aku tidak melanggar sumpahku kepada Allah.
Secara kebetulan, Abu Sa’id al Muharrami lewat. Ia mendengar jeritan lapar tubuhku, meski aku tidak mendengarnya. Ia menghampiriku dan ketika melihat keadaanku yang lemah ia berkata, “Apa yang kulihat dan kudengar ini, wahai Abdul Qadir!”
“Jangan hiraukan, wahai sahabatku. Itu hanyalah suara hawa nafsu yang menentang dan tidak setia. Padahal, ruhaniku tunduk kepada Tuhannya dengan keadaan gembira, tenang dan bahagia.”
“Datanglah ke madrasahku di Bab al-‘Ajz,” pintanya. Aku tak menjawab, namun qalbuku berkata, “Aku takkan meninggalkan tempat ini hingga datang perintah Allah.”
Tak lama setelah itu, Khidir datang dan berkata, “Pergilah dan ikutlah bersama Abu Sa’id.”
Setelah menerima perintah itu, aku pergi ke Bagdad, ke madrasah Abu Sa’id dan mendapatinya tengah menungguku di depan pintu. “Aku telah memintamu untuk datang,” katanya. Lalu ia memberiku jubah darwis. Sejak saat itu, aku tak pernah meninggalkannya.
Selama 40 tahun aku tak pernah tidur malam. Aku shalat Shubuh dengan wudhu shalat tahajjudku. Aku membaca al-Qur’an setiap malam untuk menghilangkan kantuk. Aku berdiri dengan satu kaki dan bersandar ke dinding dengan satu tangan. Aku tak beranjak dari posisiku hingga khatam al-Qur’an.
Ketika rasa kantuk tak dapat kutahan, satu suara akan menyeru dan mengejutkan sekujur tubuhku, “Hai Abdul Qadir, Aku tidak menciptakanmu untuk tidur! Kau bukan apa-apa. Kuberikan kepadamu kehidupan. Karena itu, meskipun kau hidup, kau tidak mengenal Kami.”
Syekh Tosun Bayrak, Mengenal Sang Sultan Aulia
The Secret of Secrets, Hakikat Segala Rahasia Kehidupan, Syekh Abdul Qadir Al Jailani
Diterjemahkan oleh : Zaimul Am
PT. Serambi Ilmu Semesta Cetakan I Rabiul akhir 1429 H/April 2008
Jumat, Januari 23, 2009
Cinta Syekh Terhadap Pembencinya
Dikisahkan bahwa Abdul Shamad ibn Humam termasuk orang kaya di Bagdad. Ia dikenal sangat cinta dunia, dan sombong. Ia yakin bahwa ia telah memiliki dunia dan banyak orang yang bekerja kepadanya. Ia mengira dapat menguasai dan memerintah mereka untuk melakukan apa saja sesenang hatinya.Sebagai materialis sejati, terang-terangan ia tidak menyukai SYEKH ABDUL QADIR AL JAILANI Q.S. dan mengingkari karamahnya. Ia menuturkan pengalamannya berikut ini:
Sebagaimana kalian ketahui, aku tak pernah menyukai Syekh. Meskipun kekayaanku berlimpah dan aku dapat memiliki apa pun yang kuinginkan, aku tak pernah merasa puas, senang atau tenang.
Pada suatu Jum’at, ketika lewat di dekat madrasahnya, aku mendengar adzan. Aku berkata dalam hati, “Apa sih keunggulan orang ini, yang telah menarik perhatian banyak orang melalui karamahnya? Aku akan ikut shalat Jum’at di masjidnya.”
Masjid itu telah penuh sesak. Aku merangsek menerobos kerumunan dan kuperoleh tampat persis di bawah mimbar. Syekh mulai menyampaikan khotbahnya dan apapun yang dikatakannya membuatku jengkel.
Tiba-tiba aku merasa mulas ingin buang hajat. Tetapi aku tak dapat keluar dari masjid. Aku takut dan sangat malu, karena rasa mulas itu tak dapat aku tahan. Perasaan jengkelku kepada syekh kian menjadi-jadi.
Namun, ketika aku dibasahi keringat dingin karena malu dan menahan mulas, pelan-pelan Syekh menuruni tangga mimbar dan berdiri di atasku. Seraya berkhutbah, ia menutupiku dengan bagian bawah jubahnya. Tiba-tiba saja aku telah berada di lembah yang hijau dan indah. Kulihat sebuah sungai kecil mengalirkan air yang jernih. Segera saja aku buang hajat lalu membersihkan diri dan berwudlu. Setelah itu, kudapati diriku kembali berada di bawah jubah Syekh. Ia pun naik ke atas mimbar.
Aku sangat takjub. Tidak hanya perutku yang merasa nyaman, hatiku pun merasa tenteram. Semua kejengkelan, amarah dan kekesalan sirna sudah.
Usai Shalat, aku keluar dari masjid dan pulang. Di tengah jalan, aku sadar bahwa kunci lemariku hilang. Aku kembali ke masjid dan mencarinya, namun tak kutemukan.
Keesokan harinya aku harus melakukan perjalanan niaga. Tiga hari perjalanan dari Bagdad, kami tiba di sebuah lembah yang sangat indah. Seakan-akan kami dituntun ke tepi sebuah sungai yang sangat jernih. Aku langsung teringat bahwa di sinilah aku buang hajat dan membersihkan diri. Kini, sekali lagi kubersihkan diri. Dan ternyata, disana kutemukan kembali kunci lemariku. Sekembalinya ke Bagdad, aku menjadi pengikut Syekh.
Syekh Tosun Bayrak, Mengenal Sang Sultan Aulia
The Secret of Secrets, Hakikat Segala Rahasia Kehidupan, Syekh Abdul Qadir Al Jailani
Diterjemahkan oleh : Zaimul Am
PT. Serambi Ilmu Semesta Cetakan I Rabiul akhir 1429 H/April 2008
Sebagaimana kalian ketahui, aku tak pernah menyukai Syekh. Meskipun kekayaanku berlimpah dan aku dapat memiliki apa pun yang kuinginkan, aku tak pernah merasa puas, senang atau tenang.
Pada suatu Jum’at, ketika lewat di dekat madrasahnya, aku mendengar adzan. Aku berkata dalam hati, “Apa sih keunggulan orang ini, yang telah menarik perhatian banyak orang melalui karamahnya? Aku akan ikut shalat Jum’at di masjidnya.”
Masjid itu telah penuh sesak. Aku merangsek menerobos kerumunan dan kuperoleh tampat persis di bawah mimbar. Syekh mulai menyampaikan khotbahnya dan apapun yang dikatakannya membuatku jengkel.
Tiba-tiba aku merasa mulas ingin buang hajat. Tetapi aku tak dapat keluar dari masjid. Aku takut dan sangat malu, karena rasa mulas itu tak dapat aku tahan. Perasaan jengkelku kepada syekh kian menjadi-jadi.
Namun, ketika aku dibasahi keringat dingin karena malu dan menahan mulas, pelan-pelan Syekh menuruni tangga mimbar dan berdiri di atasku. Seraya berkhutbah, ia menutupiku dengan bagian bawah jubahnya. Tiba-tiba saja aku telah berada di lembah yang hijau dan indah. Kulihat sebuah sungai kecil mengalirkan air yang jernih. Segera saja aku buang hajat lalu membersihkan diri dan berwudlu. Setelah itu, kudapati diriku kembali berada di bawah jubah Syekh. Ia pun naik ke atas mimbar.
Aku sangat takjub. Tidak hanya perutku yang merasa nyaman, hatiku pun merasa tenteram. Semua kejengkelan, amarah dan kekesalan sirna sudah.
Usai Shalat, aku keluar dari masjid dan pulang. Di tengah jalan, aku sadar bahwa kunci lemariku hilang. Aku kembali ke masjid dan mencarinya, namun tak kutemukan.
Keesokan harinya aku harus melakukan perjalanan niaga. Tiga hari perjalanan dari Bagdad, kami tiba di sebuah lembah yang sangat indah. Seakan-akan kami dituntun ke tepi sebuah sungai yang sangat jernih. Aku langsung teringat bahwa di sinilah aku buang hajat dan membersihkan diri. Kini, sekali lagi kubersihkan diri. Dan ternyata, disana kutemukan kembali kunci lemariku. Sekembalinya ke Bagdad, aku menjadi pengikut Syekh.
Syekh Tosun Bayrak, Mengenal Sang Sultan Aulia
The Secret of Secrets, Hakikat Segala Rahasia Kehidupan, Syekh Abdul Qadir Al Jailani
Diterjemahkan oleh : Zaimul Am
PT. Serambi Ilmu Semesta Cetakan I Rabiul akhir 1429 H/April 2008
Kamis, Januari 22, 2009
Hakikat Istighfar
Di hadapan Khalifah ‘Ali bin Abi Thalib, seseorang mengucapkan , “Astaghfirullah” (saya memohon ampunan kepada Allah). Kemudian ‘Amirul Mukminin berkata kepadanya, “Ibu Anda boleh menangisi Anda. Anda tak tahu apa-apa makna istighfar. Istighfar dimaksudkan bagi orang-orang yang berkedudukan tinggi. Kata itu berdiri di atas enam pilar yang kokoh.
Pilar-pilar tersebut adalah :
1. Bertaubat atas perbuatan buruk yang lalu,
2. Bertekad bersungguh-sungguh untuk tidak kembali kepada perbuatan maksiat,
3. Memenuhi hak-hak manusia agar Anda menemui Allah dengan jiwa bersih tanpa
sesuatu pun yang harus dipertanggungjawabkan,
4. Memenuhi setiap kewajiban yang Anda abaikan di waktu lalu sehingga sekarang
Anda boleh berlaku adil atasnya,
5. Berkenaan dengan daging yang tumbuh yang dihasilkan dari pendapatan haram agar
Anda meleburkannya dengan kesedihan dan bertaubat sampai kulit menyentuh
tulang, dan daging baru tumbuh di antara kulit dan tulang itu.
6. Membuat tubuh merasakan perihnya ketaatan sebagaimana dulu Anda merasakan
manisnya berbuat maksiat.
Dalam keadaan semacam itu, Anda boleh mengatakan, “Astaghfirullah” (saya memohon ampunan kepada Allah)
(Hikmah ke 426 dalam Nahjul Balaghah)
Pilar-pilar tersebut adalah :
1. Bertaubat atas perbuatan buruk yang lalu,
2. Bertekad bersungguh-sungguh untuk tidak kembali kepada perbuatan maksiat,
3. Memenuhi hak-hak manusia agar Anda menemui Allah dengan jiwa bersih tanpa
sesuatu pun yang harus dipertanggungjawabkan,
4. Memenuhi setiap kewajiban yang Anda abaikan di waktu lalu sehingga sekarang
Anda boleh berlaku adil atasnya,
5. Berkenaan dengan daging yang tumbuh yang dihasilkan dari pendapatan haram agar
Anda meleburkannya dengan kesedihan dan bertaubat sampai kulit menyentuh
tulang, dan daging baru tumbuh di antara kulit dan tulang itu.
6. Membuat tubuh merasakan perihnya ketaatan sebagaimana dulu Anda merasakan
manisnya berbuat maksiat.
Dalam keadaan semacam itu, Anda boleh mengatakan, “Astaghfirullah” (saya memohon ampunan kepada Allah)
(Hikmah ke 426 dalam Nahjul Balaghah)
Selasa, Januari 20, 2009
Detik-detik Terakhir Sayyidah Zahra
Seperti biasa, Imam Ali mengerjakan dhuhur di masjid. Usai shalat, Imam pulang menuju rumahnya. Tiba-tiba ia melihat wanita-wanita kerabat dekatnya (seperti Fidhah dan ‘Asma binti Umais) menangis dan kesedihan tampak di wajah mereka.
Dengan rasa heran, Imam bertanya, “Apa yang telah terjadi? Mengapa saya melihat kalian menangis?”
Dengan rasa heran, Imam bertanya, “Apa yang telah terjadi? Mengapa saya melihat kalian menangis?”
Senin, Januari 19, 2009
Pantulan Nur Mahkota 'Arif Billah
Manaqib di Masjid Kubah Emas
Sudah kali kedua manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani qs diselenggarakan di Masjid Kubah Emas Desa Meruyung, Depok. Pertama, Sabtu 25 Oktober 2008. Sekitar 10.000 jamaah Tarekat Qadiriyyah wan Naqsyabandiyyah (TQN) Pondok Pesanteren Suryalaya hadir di masjid megah itu.
Angka tersebut di atas kami konfirmasikan kepada pengelola masjid Kubah Emas yang sengaja mengamati jalannya kegiatan itu.Bagian dalam masjid penuh sesak oleh jamaah, begitu juga ruang serambi masjid yang ada di sisi timur, tidak ketinggalan ruang yang sering digunakan oleh pengunjung untuk istirahat di sisi timur laut masjid.
Tidak hanya ikhwan dari Jabodetabek saja yang memeriahkan manaqib tersebut, ribuan ikhwan dan akhwat lainnya dari seluruh wilayah Jawa Barat terutama dari daerah-daerah kantong ikhwan TQN Suryalaya seperti Tasikmalaya, Ciamis, Banjar, Garut, Bandung, Purwakarta, Karawang, Subang, Sumedang, Kuningan, Karawang, Cikampek, Banten dan lain-lain datang berbondong-bondong menggunakan bus-bus pariwisata. Bahkan di antara peserta yang hadir ada dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung dan Palembang.
Rangkaian kegiatan manaqib didahului dengan dzikir khataman TQN Suryalaya selama kurang lebih 30 menit, dilanjutkan dengan pembacaan beberapa ayat suci Al Qur’an, Tanbih dari Syekh Abdullah Mubarak bin Nur Muhammad ra (Abah Sepuh), Tawassul dan Manqobah (kisah-kisah perjalanan hidup) Syekh Abdul Qadir Al Jailani qs.
Tidak tanggung-tanggung, empat pembicara menyampaikan tausiyahnya ke hadapan ikhwan dan akhwat. Pembicara pertama ustadz Didin dari Banjarsari memukau hadirin dengan gaya oratornya yang khas. Ustadz yang tengah menyelesaikan pendidikan kesarjanaannya di Institut Agama Islam Latifah Mubarakiyyah (IAILM) Ponpes Suryalaya ini menyampaikan betapa pentingnya kita berdzikir.
Pasangan suami istri jebolan kontes Da’i-Da’iyah salah satu televisi nasional swasta berbicara pada kesempatan kedua. Mereka adalah pasangan yang tampak serasi. Ustadz Dadang dan Ustadzah Witrin –keduanya berasal dari Cisirri-Ciamis-- sangat fasih berbicara tema-tema keagamaan kontemporer. Model ceramah duet yang mereka hadirkan mengundang decak kagum jamaah. Apalagi ketika Ustadz Dadang dan istri tercintanya, Ustadzah Witrin saling melempar tema ceramah dibumbui sapaan-sapaan lembut edifikatif.
Di penghujung acara, KH. Abdul Gaos Saefullah Maslul yang akrab dikenal Ajengan Gaos mengajak hadirin untuk bersama-sama belajar mendekatkan diri kepada Allah SWT. Beliau menyampaikan pembelajaran (talqin) dzikir kepada jamaah yang hadir.
Pasukan Blangkon Hitam
Kali kedua, Masjid Kubah Emas yang pendiriannya didukung penuh Ibu Hj. Dian Almahri ini kembali dijejali jamaah TQN Suryalaya pada Sabtu, 17 Januari 2009. Gambaran situasinya persis sama dengan manaqib tiga bulan yang lalu, cuma kali ini pasangan da’i dan da’iyah dari Cisirri berhalangan hadir.
Disela-sela kegiatan, perhatian penulis teralihkan oleh kehadiran beberapa pria yang berpenampilan unik, sangat kontras dengan penampilan sebagian besar jamaah. Mereka mengenakan pakaian serba hitam, dihiasi penutup kepala blangkon ala pria-pria jawa tempo dulu yang berwarna senada. “Siapa mereka?”, tanya penulis dalam hati. Akhirnya penulis memberanikan diri menghampiri mereka dan berkenalan. Kebetulan diantara mereka ada yang mengambil posisi duduk terpisah dari jamaah.
Setelah meminta ijin untuk mengambil gambar mereka melalui digital camera, penulis menyapa dengan sopan. Obrolan santai pun terjadi. Dari obrolan itu diketahui mereka adalah tim support manaqib. Kebetulan lawan bicara penulis adalah ‘komandannya’ langsung, Mas Dita.
Mas Dita adalah ikhwan yang luar biasa. Beliau masih terhitung baru dalam lingkaran ikhwan TQN Ponpes Suryalaya, tetapi prestasinya sangat mengesankan. Rupanya beliau menjadi salah satu ‘wasilah’ terselenggaranya kegiatan manaqib di Masjid Kubah Emas.
Sehari-hari Mas Dita berprofesi sebagai dokter kecantikan. Dari profesinya itu Mas Dita memiliki banyak teman yang beragam latar belakang. Salah satunya adalah anak ibu Hj. Dian Almahri. Melalui temannya inilah kemudian Mas Dita mengajukan permohonan untuk mengadakan manaqib di Masjid megah ini. Alhamdulillah ijin keluar, dan begitulah jalannya, manaqib pun terlaksana.
Tidak itu saja, Ibu Hj. Dian Almahri mengijinkan Masjid Kubah Emas sebagai tempat terselenggaranya kegiatan Manaqib Syekh Abdul Qadir Aljailani qs setiap tiga bulan sekali, yaitu pada hari Sabtu ketiga. Dengan ijin ini mudah-mudahan kita bisa istiqomah. Amin. (Han)
Meruya, 17 Januari 2009
Sudah kali kedua manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani qs diselenggarakan di Masjid Kubah Emas Desa Meruyung, Depok. Pertama, Sabtu 25 Oktober 2008. Sekitar 10.000 jamaah Tarekat Qadiriyyah wan Naqsyabandiyyah (TQN) Pondok Pesanteren Suryalaya hadir di masjid megah itu.
Angka tersebut di atas kami konfirmasikan kepada pengelola masjid Kubah Emas yang sengaja mengamati jalannya kegiatan itu.Bagian dalam masjid penuh sesak oleh jamaah, begitu juga ruang serambi masjid yang ada di sisi timur, tidak ketinggalan ruang yang sering digunakan oleh pengunjung untuk istirahat di sisi timur laut masjid.
Tidak hanya ikhwan dari Jabodetabek saja yang memeriahkan manaqib tersebut, ribuan ikhwan dan akhwat lainnya dari seluruh wilayah Jawa Barat terutama dari daerah-daerah kantong ikhwan TQN Suryalaya seperti Tasikmalaya, Ciamis, Banjar, Garut, Bandung, Purwakarta, Karawang, Subang, Sumedang, Kuningan, Karawang, Cikampek, Banten dan lain-lain datang berbondong-bondong menggunakan bus-bus pariwisata. Bahkan di antara peserta yang hadir ada dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung dan Palembang.
Rangkaian kegiatan manaqib didahului dengan dzikir khataman TQN Suryalaya selama kurang lebih 30 menit, dilanjutkan dengan pembacaan beberapa ayat suci Al Qur’an, Tanbih dari Syekh Abdullah Mubarak bin Nur Muhammad ra (Abah Sepuh), Tawassul dan Manqobah (kisah-kisah perjalanan hidup) Syekh Abdul Qadir Al Jailani qs.
Tidak tanggung-tanggung, empat pembicara menyampaikan tausiyahnya ke hadapan ikhwan dan akhwat. Pembicara pertama ustadz Didin dari Banjarsari memukau hadirin dengan gaya oratornya yang khas. Ustadz yang tengah menyelesaikan pendidikan kesarjanaannya di Institut Agama Islam Latifah Mubarakiyyah (IAILM) Ponpes Suryalaya ini menyampaikan betapa pentingnya kita berdzikir.
Pasangan suami istri jebolan kontes Da’i-Da’iyah salah satu televisi nasional swasta berbicara pada kesempatan kedua. Mereka adalah pasangan yang tampak serasi. Ustadz Dadang dan Ustadzah Witrin –keduanya berasal dari Cisirri-Ciamis-- sangat fasih berbicara tema-tema keagamaan kontemporer. Model ceramah duet yang mereka hadirkan mengundang decak kagum jamaah. Apalagi ketika Ustadz Dadang dan istri tercintanya, Ustadzah Witrin saling melempar tema ceramah dibumbui sapaan-sapaan lembut edifikatif.
Di penghujung acara, KH. Abdul Gaos Saefullah Maslul yang akrab dikenal Ajengan Gaos mengajak hadirin untuk bersama-sama belajar mendekatkan diri kepada Allah SWT. Beliau menyampaikan pembelajaran (talqin) dzikir kepada jamaah yang hadir.
Pasukan Blangkon Hitam
Kali kedua, Masjid Kubah Emas yang pendiriannya didukung penuh Ibu Hj. Dian Almahri ini kembali dijejali jamaah TQN Suryalaya pada Sabtu, 17 Januari 2009. Gambaran situasinya persis sama dengan manaqib tiga bulan yang lalu, cuma kali ini pasangan da’i dan da’iyah dari Cisirri berhalangan hadir.
Disela-sela kegiatan, perhatian penulis teralihkan oleh kehadiran beberapa pria yang berpenampilan unik, sangat kontras dengan penampilan sebagian besar jamaah. Mereka mengenakan pakaian serba hitam, dihiasi penutup kepala blangkon ala pria-pria jawa tempo dulu yang berwarna senada. “Siapa mereka?”, tanya penulis dalam hati. Akhirnya penulis memberanikan diri menghampiri mereka dan berkenalan. Kebetulan diantara mereka ada yang mengambil posisi duduk terpisah dari jamaah.
Setelah meminta ijin untuk mengambil gambar mereka melalui digital camera, penulis menyapa dengan sopan. Obrolan santai pun terjadi. Dari obrolan itu diketahui mereka adalah tim support manaqib. Kebetulan lawan bicara penulis adalah ‘komandannya’ langsung, Mas Dita.
Mas Dita adalah ikhwan yang luar biasa. Beliau masih terhitung baru dalam lingkaran ikhwan TQN Ponpes Suryalaya, tetapi prestasinya sangat mengesankan. Rupanya beliau menjadi salah satu ‘wasilah’ terselenggaranya kegiatan manaqib di Masjid Kubah Emas.
Sehari-hari Mas Dita berprofesi sebagai dokter kecantikan. Dari profesinya itu Mas Dita memiliki banyak teman yang beragam latar belakang. Salah satunya adalah anak ibu Hj. Dian Almahri. Melalui temannya inilah kemudian Mas Dita mengajukan permohonan untuk mengadakan manaqib di Masjid megah ini. Alhamdulillah ijin keluar, dan begitulah jalannya, manaqib pun terlaksana.
Tidak itu saja, Ibu Hj. Dian Almahri mengijinkan Masjid Kubah Emas sebagai tempat terselenggaranya kegiatan Manaqib Syekh Abdul Qadir Aljailani qs setiap tiga bulan sekali, yaitu pada hari Sabtu ketiga. Dengan ijin ini mudah-mudahan kita bisa istiqomah. Amin. (Han)
Meruya, 17 Januari 2009
Kamis, Januari 15, 2009
Manaqib SAQ Al Jailani Perdana di Masjid Istiqlal
Kebahagiaan yang luar biasa tak terperikan insya Allah memenuhi dada ikhwan akhwat TQN Suryalaya se-Indonesia. Betapa tidak Sabtu, 24 Januari 2009 akan digelar Manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani qs perdana di Masjid Istiqlal, masjid kebanggaan bangsa Indonesia.
Pemrakarsa utama kegiatan manaqib ini adalah KH. Abdul Gaos Saefullah Maslul yang akrab dipanggil Ajengan Gaos. Beliau pula yang akan menjadi pembicara utama dalam rangkaian ritual manaqib tersebut.
Ketua Yayasan Serba Bakti (YSB) Ponpes Suryalaya Koordinator Wilayah DKI Jakarta, KH. Azhari Baidlawi, menghimbau seluruh ikhwan akhwat TQN Suryalaya se-Jabodetabek untuk turut berpartisipasi dan meramaikan manaqib yang baru pertamakali digelar di Masjid Istiqlal. "Ikhwan dan akhwat disarankan untuk hadir sejak pukul 08.00 WIB, kita akan awali dengan Dzikir Khataman TQN Suryalaya, dilanjutkan dengan ritual manaqib (membaca kisah perjuangan dan pendekatan diri Syekh Abdul Qadir Al Jailani kepada Allah SWT) dan diakhiri dengan tausiyah dan talkin dzikir bagi ikhwan baru", begitu katanya.
Salah satu panitia, Bapak Maksum Saputra, yang juga Ketua YSB Perwakilan Jakarta Utara menambahkan, "Kami harap ikhwan dan akhwat menyiapkan konsumsi masing-masing dari rumah, berkelompok atau individu karena kami memang tidak menyediakannya dan jangan dimakan di dalam masjid agar kebersihan dan ketertiban di lingkungan masjid tetap terpelihara."
Kita berdo'a mudah-mudahan manaqib perdana ini diberi kelancaran oleh Allah SWT dan ikhwan akhwat TQN Suryalaya berbondong-bondong datang meramaikan kegiatan ini. Insya Allah.
Pemrakarsa utama kegiatan manaqib ini adalah KH. Abdul Gaos Saefullah Maslul yang akrab dipanggil Ajengan Gaos. Beliau pula yang akan menjadi pembicara utama dalam rangkaian ritual manaqib tersebut.
Ketua Yayasan Serba Bakti (YSB) Ponpes Suryalaya Koordinator Wilayah DKI Jakarta, KH. Azhari Baidlawi, menghimbau seluruh ikhwan akhwat TQN Suryalaya se-Jabodetabek untuk turut berpartisipasi dan meramaikan manaqib yang baru pertamakali digelar di Masjid Istiqlal. "Ikhwan dan akhwat disarankan untuk hadir sejak pukul 08.00 WIB, kita akan awali dengan Dzikir Khataman TQN Suryalaya, dilanjutkan dengan ritual manaqib (membaca kisah perjuangan dan pendekatan diri Syekh Abdul Qadir Al Jailani kepada Allah SWT) dan diakhiri dengan tausiyah dan talkin dzikir bagi ikhwan baru", begitu katanya.
Salah satu panitia, Bapak Maksum Saputra, yang juga Ketua YSB Perwakilan Jakarta Utara menambahkan, "Kami harap ikhwan dan akhwat menyiapkan konsumsi masing-masing dari rumah, berkelompok atau individu karena kami memang tidak menyediakannya dan jangan dimakan di dalam masjid agar kebersihan dan ketertiban di lingkungan masjid tetap terpelihara."
Kita berdo'a mudah-mudahan manaqib perdana ini diberi kelancaran oleh Allah SWT dan ikhwan akhwat TQN Suryalaya berbondong-bondong datang meramaikan kegiatan ini. Insya Allah.
Rabu, Januari 14, 2009
Tasikmalaya Dulu dan Kini
Masa sebelum Islam
Dimulai pada abad ke VII sampai abad ke XII di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Kabupaten Tasikmalaya, diketahui adanya suatu bentuk Pemerintahan Kebataraan dengan pusat pemerintahannya di sekitar Galunggung, dengan kekuasaan mengabisheka raja-raja (dari Kerajaan Galuh) atau dengan kata lain raja baru dianggap syah bila mendapat persetujuan Batara yang bertahta di Galunggung. Batara atau sesepuh yang memerintah pada masa abad tersebut adalah sang Batara Semplakwaja, Batara Kuncung Putih, Batara Kawindu, Batara Wastuhayu, dan Batari Hyang yang pada masa pemerintahannya mengalami perubahan bentuk dari kebataraan menjadi kerajaan.
Kerajaan ini bernama Kerajaan Galunggung yang berdiri pada tanggal 13 Bhadrapada 1033 Saka atau 21 Agustus 1111 dengan penguasa pertamanya yaitu Batari Hyang, berdasarkan Prasasti Geger Hanjuang yang ditemukan di bukit Geger Hanjuang, Desa Linggawangi, Kecamatan Leuwisari, Tasikmalaya. Dari Sang Batari inilah mengemuka ajarannya yang dikenal sebagai Sang Hyang Siksakanda ng Karesian. Ajarannya ini masih dijadikan ajaran resmi pada jaman Prabu Siliwangi (1482-1521 M) yang bertahta di Pakuan Pajajaran. Kerajaan Galunggung ini bertahan sampai 6 raja berikutnya yang masih keturunan Batari Hyang.
Periode selanjutnya adalah periode pemerintahan di Sukakerta dengan ibukota di Dayeuh Tengah (sekarang termasuk dalam Kecamatan Salopa, Tasikmalaya), yang merupakan salah satu daerah bawahan dari Kerajaan Pajajaran. Penguasa pertama adalah Sri Gading Anteg yang masa hidupnya sejaman dengan Prabu Siliwangi. Dalem Sukakerta sebagai penerus tahta diperkirakan sejaman dengan Prabu Surawisesa (1521-1535 M) Raja Pajajaran yang menggantikan Prabu Siliwangi.
Masa kedatangan Islam
Pada masa pemerintahan Prabu Surawisesa kedudukan Pajajaran sudah mulai terdesak oleh gerakan kerajaan Islam yang dipelopori oleh Cirebon dan Demak. Sunan Gunung Jati sejak tahun 1528 berkeliling ke seluruh wilayah tanah Sunda untuk mengajarkan Agama Islam. Ketika Pajajaran mulai lemah, daerah-daerah kekuasaannya terutama yang terletak di bagian timur berusaha melepaskan diri. Mungkin sekali Dalem Sukakerta atau Dalem Sentawoan sudah menjadi penguasa Sukakerta yang merdeka, lepas dari Pajajaran. Tidak mustahil pula kedua penguasa itu sudah masuk Islam.
Rakeyan Mundinglaya
SILIWANGI I Rd. Samadullah Surawisesa Mundinglayadikusumah Sri Paduka Maharaja Prabu Guru Gantangan Sang Sri Jaya Dewata / Ki Ageng Pamanah Rasa / Sunan Pagulingan / Kebo Kenongo / Rd. Kumetir / Layang Kumetir
Rakeyan Mundingwangi
SILIWANGI II Rd.Salalangu Layakusumah Sri Paduka Maharaja Prabu Guru Dewata Prana Sang Prabu Guru Ratu Dewata / Kebo Anabrang ?
Rakeyan Mundingsari /Mundingkawati
SILIWANGI III Tumenggung Cakrabuana Wangsa Gopa Prana Sang Prabu Walangsungsang Dalem Martasinga Syekh Rachmat Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati I Ki Ageng Pamanahan / Kebo Mundaran ?
Masa kedatangan Belanda
Periode selanjutnya adalah pemerintahan di Sukapura yang didahului oleh masa pergolakan di wilayah Priangan yang berlangsung lebih kurang 10 tahun. Munculnya pergolakan ini sebagai akibat persaingan tiga kekuatan besar di Pulau Jawa pada awal abad XVII Masehi: Mataram, Banten, dan VOC yang berkedudukan di Batavia. Wirawangsa sebagai penguasa Sukakerta kemudian diangkat menjadi Bupati daerah Sukapura, dengan gelar Wiradadaha I, sebagai hadiah dari Sultan Agung Mataram atas jasa-jasanya membasmi pemberontakan Dipati Ukur. Ibukota negeri yang awalnya di Dayeuh Tengah, kemudian dipindah ke Leuwiloa Sukaraja dan “negara” disebut “Sukapura”.
Pada masa pemerintahan R.T. Surialaga (1813-1814) ibukota Kabupaten Sukapura dipindahkan ke Tasikmalaya. Kemudian pada masa pemerintahan Wiradadaha VIII ibukota dipindahkan ke Manonjaya (1832). Perpindahan ibukota ini dengan alasan untuk memperkuat benteng-benteng pertahanan Belanda dalam menghadapi Diponegoro. Pada tanggal 1 Oktober 1901 ibukota Sukapura dipindahkan kembali ke Tasikmalaya. Latar belakang pemindahan ini cenderung berdasarkan alasan ekonomis bagi kepentingan Belanda. Pada waktu itu daerah Galunggung yang subur menjadi penghasil kopi dan nila. Sebelum diekspor melalui Batavia terlebih dahulu dikumpulkan di suatu tempat, biasanya di ibukota daerah. Letak Manonjaya kurang memenuhi untuk dijadikan tempat pengumpulan hasil-hasil perkebunan yang ada di Galunggung.
Nama Kabupaten Sukapura pada tahun 1913 diganti namanya menjadi Kabupaten Tasikmalaya dengan R.A.A Wiratanuningrat (1908-1937) sebagai Bupatinya.
Tanggal 21 Agustus 1111 Masehi dijadikan Hari Jadi Tasikmalaya berdasarkan Prasasti Geger Hanjuang yang dibuat sebagai tanda upacara pentasbihan atau penobatan Batari Hyang sebagai Penguasa di Galunggung.
PERISTIWA PENTING
Dalam perjalanannya Tasikmalaya mencatat beberapa peristiwa penting bersejarah antara lain :
* Pemberontakan melawan penjajahan Jepang yang dipimpin oleh K.H.Zaenal Mustofa di Singaparna.
* Pelucutan senjata KOMPETAI oleh para pemuda.
* Penerbangan pertama dengan pesawat terbang yang menggunakan bendera merah putih dari Pangkalan Udara Cibeureum dilakukan oleh pilot Adi Sutjipto dan Basyir Surya.
* Lahirnya Divisi Siliwangi
* Pemberangkatan Hijrah ke Yogyakarta
* Pusat Pemerintahan Jawa Barat di pengungsian di Cipicung Culamega.
* Kongres pertama Koperasi Indonesia yang melahirkan Hari Koperasi 12 Juli.
* Lahirnya konsep pertahanan keamanan rakyat semesata (HANKAMRATA).
Selain itu ada beberapa peristiwa penting yang patut diketahui antara lain :
* Peristiwa meledaknya pabrik mesiu DAHANA tanggal 5 Maret 1976.
* Meletusnya Gunung Galunggung tanggal 5 April 1982.
* Penganugerahan PARASAMYA PURNA KARYA NUGRAHA pada akhir Pelita IV tahun 1989.
* Sebagai tuan rumah penyelenggaraan kegiatan pertanian, koperasi dan Keluarga Berencana (PERTASI KENCANA) Tingkat Nasional tahun 1994.
* Terjadinya kerusuhan 26 Desember 1996 yang dikenal dengan peristiwa Desember kelabu.
* Sebagai tuan rumah penyelenggaraan kegiatan pertemuan petani se Indonesia dan Asia Tenggara (PENAS) Tingkat Nasional tahun 2002.
PRESTASI
Prestasi baik di tingkat Nasional maupun internasional, antara lain Solihin, Susi Susanti, Lidya Jaelawijaya, Lamting di bidang olah raga, Abdul Rodjak dan Mak Eroh sebagai perintis lingkungan hidup yang telah mendapatkan penghargaan Kalpataru, dan sejumlah 8 orang pengrajin yang berhasil memperoleh penghargaan Upakarti, prestasi dibidang MTQ, serta prestasi lainnya.
Di bidang kesenian, Tasikmalaya telah pula melahirkan seniman-seniman tingkat nasional, seperti Budayawan Wahyu Wibisana, dan artis-artis nasional.
KOTAMADYA TASIKMALAYA
Sejarah berdirinya Kota Tasikmalaya sebagai daerah otonomi tidak terlepas dari sejarah berdirinya kabupaten Tasikmalaya sebagai daerah kabupaten induknya. Maka rangkaian sejarah ini merupakan bagian dari rangakaian perjalanan Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya sampai terbentuknya Pemerintah Kota Tasikmalaya.
Pada waktu A. Bunyamin menjabat sebagai Bupati Tasikmalaya tahun 1976 sampai dengan 1981 tonggak sejarah lahirnya kota Tasikmalaya dimulai denngan diresmikannya Kota Administratif Tasikmalaya melalui peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1976 oleh Menteri Dalam Negeri H. Amir Machmud. Periwtiwa ini di tandai dengan penandatangan Prasasti yang sekarang terletak di depan gedung DPRD Kabupaten Tasikmalaya. Pada waktu yang sama dilantik pula Walikota Administratif Pertama yaitu Drs. H. Oman Roosman oleh Gubernur KDH Tingkat I Jawa Barat H. Aang Kunaefi.
Pada awal pembentukannya, wilayah kota Administratif Tasikmalaya meliputi 3 Kecamatan yaitu Cipedes, Cihideung dan Tawang dengan jumlah desa sebanyak 13 desa.
Berikut ini urtutan pemegang jabatan Walikotatif Tasikmalaya dari terbentuknya kota administratif sampai menjelang terbentuknya pemerintah Kota Tasikmalaya :
Berkat perjuangan unsur Pemerintahan Kabupaten Tasikmalaya yang dipimpin Bupati saat itu H. Suljana WH beserta tokoh masyarakat Kabupaten Tasikmalaya dirintislah pembentukan Kota Tasikmalaya dengan lahirnya tim sukses pembentukan Pemerintahan Kota Tasikmalaya yang diketuai oleh H. Yeng Ds. Partawinata SH. bersama tokoh - tokoh masyarakat lainnya. Melalui proses panjang akhirnya dibawah pimpinan Bupati Drs. Tatang Farhanul Hakim, pada tanggal 17 Oktober 2001 melalui Undang-undang Nomor 10 Tahun 2001, Kota Tasikmalaya diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden RI di Jakarta bersama-sama dengan kota Lhoksumawe, Langsa, Padangsidempuan, Prabumulih, Lubuk Linggau, Pager Alam, Tanjung Pinang, Cimahi, Batu, Sikawang dan Bau-bau.
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Tasikmalaya, telah mengantarkan Pemerintah Kota Administratif Tasikmalaya melewati pintu gerbang Daerah Otonomi Kota Tasikmalaya untuk menjadi daerah yang mempunyai kewenangan untuk mengatur rumah tangga sendiri.
Pembentukan Pemerintah Kota Tasikmalaya tak lepas dari peran serta semua pihak maupun berbagai steakholder di daerah Kota Tasikmalaya yang mendukung pembentukan tersebut. Tentunya dengan pembentukan Kota Tasikmalaya harus ditindak lanjuti dengan menyediakan berbagai prasarana maupun sarana guna menunjang penyelenggaraan Pemerintah Kota Tasikmalaya.
Berbagai langkah untuk mempersiapkan prasarana, sarana maupun personil serta komponen-komponen lainnya guna menunjang penyelengaraan Pemerintahan Kota Tasikmalaya telah dilaksanakan sebagai tuntutan dari pembentukan daerah otonom itu sendiri.
Pada tanggal 18 Oktober 2001 pelantikan Drs. H. Wahyu Suradiharja sebagai PJ Walikota Tasikmalaya oleh Gubernur Jawa Barat dilaksanakan di Gedung Sate Bandung. Sesusuai Undang-Undang No. 10 Tahun 2001 bahwa wilayah Kota Tasikmalaya terdiri dari 8 Kecamatan dengan jumlah Kelurahan sebanyak 15 dan Desa sebanyak 54, tetapi dalam perjalanannya melalui Perda No. 30 Tahun 2003 tentang perubahan status Desan menjadi Kelurahan, desa-desa dilingkungan Pemerintah Kota Tasikmalaya berubah statusnya menjadi Kelurahan, oleh karena itu maka jumlah kelurahan menjadi sebanyak 69 kelurahan, sedangkan kedelapan kecamatan tersebut antara lain :
1. Kecamatan Tawang
2. Kecamatan Cihideung
3. Kecamatan Cipedes
4. Kecamatan Indihiang
5. Kecamatan Kawalu
6. Kecamatan Cibeureum
7. Kecamatan Mangkubumi
8. Kecamatan Tamansari
Sebagai salah satu syarat Pemerintah Daerah Otonom diperlukan alat kelengkapan lainnya berupa Lembaga Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Melalui surat keputusan No. 133 Tahun 2001 Tanggal 13 Desember 2001 Komisi Pemilihan Umum membentuk Panitia Pengisian Keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat KotaTasikmalaya (PPK-DPRD). Melalui proses dan tahapan-tahapan yang dilaksanakan PPK-DPRD Kota Tasikmalaya yang cukup panjang, maka pengangkatan anggota DPRD Kota Tasikmalaya disyahkan melalui Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 171/Kep.380/Dekon/2002 Tanggal 26 April 2002, selanjutnya tanggal 30 April 2002 diresmikannya keanggotaan DPRD Kota Tasikmalaya yang tetama kali.
Sumber : BARAYA TASIKMALAYA (Facebook Group)
Senin, Januari 12, 2009
Bernyanyi Untuk Sang Maha Hidup
Pelayan Syekh Abdul Qadir Al Jilani qs yang setia, Abu al-Ridha meriwayatkan:
Suatu hari ketika berkhotbah, Syekh berhenti di tengah sebuah kalimat, lalu berkata, “Aku tidak akan melanjutkan kecuali jika kalian memberikan seratus keping emas saat ini juga!” Orang-orang bergegas mengumpulkan seratus dinar dan meletakkannya di tanganku. Mereka lalu terpaku kebingungan. Mereka menatap syekh dengan takjub. Kubawa uang itu kepadanya. Tetapi ia mengembalikannya dan berkata, “Hai Abu al-Ridha, pergilah ke pemakaman al-Syuniziyah. Di sana, kau akan bertemu dengan seorang tua yang meniup suling di kuburan. Berikan emas ini kepadanya dan ajaklah ia untuk menemuiku!”
Aku bergegas ke pemakaman itu. Benar saja, kulihat seorang tua tengah meniup suling dan bernyanyi di kuburan . Kuucapkan salam dan kuserahkan kantong berisi emas itu kepadanya. Ia terperanjat, berteriak panjang lalu jatuh tak sadarkan diri.
Ketika ia siuman, aku mengantarnya kepada SYEKH ABDUL QADIR AL JAILANI Q.S., yang memintanya untuk naik ke mimbar. Orang itu menaiki tangga dengan seruling di bahunya. Syekh berkata kepadanya, “Sahabatku, berceritalah kepada mereka!”
Peniup seruling itu pun bercerita bahwa di masa mudanya, ia adalah peniup suling paling kesohor. Namun, ketika usianya beranjak tua, tak seorangpun yang menyewa atau ingin mendengarkan nyanyiannya. Karena sedih dan merasa diabaikan semua orang, ia bersumpah tidak akan pernah bernyanyi untuk siapa pun kecuali untuk orang mati.
Ia pun datang ke pemakaman. Ketika ia duduk di sana sambil bernyanyi dan meniup suling, kuburan yang paling dekat dengannya terbelah! Penghuni kuburan itu mengangkat kepalanya dan berkata, “Apakah kau akan terus bernyanyi untuk orang mati sepanjang umurmu?” Bernyanyilah sekali saja untuk Sang Mahahidup, untuk Allah, niscaya Dia akan memberimu jauh lebih banyak daripada apa yang pernah kau terima selama ini, bahkan lebih banyak dari apa yang pernah kau harapkan!” Ia terkejut, takut dan jatuh tak sadarkan diri, ketika sadar ia mulai bernyanyi :
Duh Tuhanku, kelak ketika aku bertemu dengan-Mu tak kumiliki bekal sedikit juga, kecuali permohonan dan harapan akan rahmat-Mu.
Semua harapanku terhimpun pada kehadiran-Mu, rugilah aku bila harapanku hampa.
Jika hanya orang baik yang diperkenankan memohon di pintu-Mu, kepada siapakan para pendosa harus mengetuk pintu permohonan?
Duh Tuhanku, jika di hari kiamat aku menghadap-Mu dengan rasa muak, mungkinkah Engkau tak berkenan menyelamatkanku dari api neraka?
Abu al-Ridho melanjutkan cerita orang itu :
Di ujung bait inilah aku datang kepadanya membawa seratus dinar dari majikanku (SYEKH ABDUL QADIR AL JAILANI Q.S. qs) sebagai imbalan atas nyanyiannya untuk Tuhannya. Karena takjub, ia tak sadarkan diri.
Seraya menangis peniup suling itu bertobat. Ia banting sulingnya ke tanah hingga patah. Syekh berkata, “Jika seperti ini pahala Allah bagi keikhlasan seseorang yang menjalani hidupnya dengan permainan, apa kira-kira pahala bagi hamba Allah yang jujur dan shaleh selama hidupnya? Pertahankan ketulusan dalam hatimu, karena tanpa keikhlasan kau tidak akan bertambah dekat kepada Tuhanmu walau sedepa.”
Syekh Tosun Bayrak, Mengenal Sang Sultan Aulia
The Secret of Secrets, Hakikat Segala Rahasia Kehidupan, Syekh Abdul Qadir Al Jailani
Suatu hari ketika berkhotbah, Syekh berhenti di tengah sebuah kalimat, lalu berkata, “Aku tidak akan melanjutkan kecuali jika kalian memberikan seratus keping emas saat ini juga!” Orang-orang bergegas mengumpulkan seratus dinar dan meletakkannya di tanganku. Mereka lalu terpaku kebingungan. Mereka menatap syekh dengan takjub. Kubawa uang itu kepadanya. Tetapi ia mengembalikannya dan berkata, “Hai Abu al-Ridha, pergilah ke pemakaman al-Syuniziyah. Di sana, kau akan bertemu dengan seorang tua yang meniup suling di kuburan. Berikan emas ini kepadanya dan ajaklah ia untuk menemuiku!”
Aku bergegas ke pemakaman itu. Benar saja, kulihat seorang tua tengah meniup suling dan bernyanyi di kuburan . Kuucapkan salam dan kuserahkan kantong berisi emas itu kepadanya. Ia terperanjat, berteriak panjang lalu jatuh tak sadarkan diri.
Ketika ia siuman, aku mengantarnya kepada SYEKH ABDUL QADIR AL JAILANI Q.S., yang memintanya untuk naik ke mimbar. Orang itu menaiki tangga dengan seruling di bahunya. Syekh berkata kepadanya, “Sahabatku, berceritalah kepada mereka!”
Peniup seruling itu pun bercerita bahwa di masa mudanya, ia adalah peniup suling paling kesohor. Namun, ketika usianya beranjak tua, tak seorangpun yang menyewa atau ingin mendengarkan nyanyiannya. Karena sedih dan merasa diabaikan semua orang, ia bersumpah tidak akan pernah bernyanyi untuk siapa pun kecuali untuk orang mati.
Ia pun datang ke pemakaman. Ketika ia duduk di sana sambil bernyanyi dan meniup suling, kuburan yang paling dekat dengannya terbelah! Penghuni kuburan itu mengangkat kepalanya dan berkata, “Apakah kau akan terus bernyanyi untuk orang mati sepanjang umurmu?” Bernyanyilah sekali saja untuk Sang Mahahidup, untuk Allah, niscaya Dia akan memberimu jauh lebih banyak daripada apa yang pernah kau terima selama ini, bahkan lebih banyak dari apa yang pernah kau harapkan!” Ia terkejut, takut dan jatuh tak sadarkan diri, ketika sadar ia mulai bernyanyi :
Duh Tuhanku, kelak ketika aku bertemu dengan-Mu tak kumiliki bekal sedikit juga, kecuali permohonan dan harapan akan rahmat-Mu.
Semua harapanku terhimpun pada kehadiran-Mu, rugilah aku bila harapanku hampa.
Jika hanya orang baik yang diperkenankan memohon di pintu-Mu, kepada siapakan para pendosa harus mengetuk pintu permohonan?
Duh Tuhanku, jika di hari kiamat aku menghadap-Mu dengan rasa muak, mungkinkah Engkau tak berkenan menyelamatkanku dari api neraka?
Abu al-Ridho melanjutkan cerita orang itu :
Di ujung bait inilah aku datang kepadanya membawa seratus dinar dari majikanku (SYEKH ABDUL QADIR AL JAILANI Q.S. qs) sebagai imbalan atas nyanyiannya untuk Tuhannya. Karena takjub, ia tak sadarkan diri.
Seraya menangis peniup suling itu bertobat. Ia banting sulingnya ke tanah hingga patah. Syekh berkata, “Jika seperti ini pahala Allah bagi keikhlasan seseorang yang menjalani hidupnya dengan permainan, apa kira-kira pahala bagi hamba Allah yang jujur dan shaleh selama hidupnya? Pertahankan ketulusan dalam hatimu, karena tanpa keikhlasan kau tidak akan bertambah dekat kepada Tuhanmu walau sedepa.”
Syekh Tosun Bayrak, Mengenal Sang Sultan Aulia
The Secret of Secrets, Hakikat Segala Rahasia Kehidupan, Syekh Abdul Qadir Al Jailani
Kamis, Januari 08, 2009
Mahabbatur Rasul
Senin, Januari 05, 2009
The Letter from SAQ Al Jilani
Sahabatku,
Qalbumu adalah cermin yang kotor. Bersihkanlah debu yang melekatinya, karena qalbu ditakdirkan untuk memantulkan cahaya hakikat ilahi.
Jika cahaya dari Allah, yang merupakan cahaya langit dan bumi… menerangi qalbumu, ia akan menyalakan lentera qalbumu, yang berada dalam kaca yang bening, dan kaca bening itu bersinar terang bagaikan bintang… Dan berkilaulah bintang ilahi dalam qalbumu.
Kilauan ini memancar dari awan makna yang tak berasal dari Timur dan Barat, menyala dari pohon zaitun…cahaya itu memantul dari pohon itu, sangat jernih dan terang seolah-olah memancarkan cahaya meski tak disentuh api (QS An Nuur [11]:35). Ketika itulah lentera hikmah menyala terang. Bagaimana mungkin ia padam jika cahaya Allah menerangi seluruh relungnya?
Hanya jika cahaya hakikat ilahi menyinarinya, barulah langit malam hakikat menjadi terang disinari ribuan bintang… dan dengan bintang gemintang (kau akan) temukan jalan(mu) … (QS An Nahl[16]:16)
Bukan bintang-bintang itu yang menunjukimu, melainkan cahaya ilahi. Sebab Allah telah… menghiasi langit dunia dengan bintang-bintang…(QS Yasiin[36]:36).
Hanya jika lentera hakikat ilahi dinyalakan dalam sanubarimu, segalanya akan datang serempak seketika atau sedikit demi sedikit. Sebagiannya telah kau ketahui dan sebagian lainnya akan kami jelaskan di sini. Baca, dengar dan pahamilah. Kehadiran ilahi akan menyirnakan sisi gelap kebodohan. Kedamaian dan keindahan purnama akan terbit dari ufuk cahaya di atas cahaya (QS An Nuur[24]:35), yang senatiasa terbit di langit, melintasi garis edar yang telah ditakdirkan Allah (QS Yaasiin[36]:36) sehingga ia bersinar megah di pusat langit, memecah kegelapan lalai.
(Aku bersumpah) Demi malam apabila ia menggelap…Demi cahaya pagi yang benderang…malam kebodohan akan menyaksikan cerahnya siang. Kemudian kau akan mencium harumnya zikir dan bertobat di saat fajar, menyesali umur yang kau habiskan dalam tidur. Akan kau dengar nyanyian pagi :
Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam
Dan menjelang fajar mereka mohon ampunan
Allah memandu kepada Cahaya-Nya siapa yang dia inginkan
Kemudian dari ufuk akal Ilahi akan kau lihat terbitnya matahari ilmu hakiki. Itulah matahari milikmu, sebab kau dibimbing Allah dan berada di jalan yang lurus, bukan jalan orang yang sesat. Kau akan memahami rahasia bahwa:
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak mungkin mendahului siang. Masing-masing beredar pada orbitnya.
Akhirnya, ikatan belenggu akan terlepas sesuai dengan perumpamaan yang Allah jadikan bagi manusia dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Tabir akan terangkat, selubung akan tersingkap dan menampakkan apa yang ada di dalamnya, hakikat akan menunjukkan wajahnya.
Semua ini berawal sejak kau membersihkan cermin qalbu. Cahaya hakikat ilahi akan menyinarinya jika kau menghendaki dan mencari-Nya, dari-Nya, bersama-Nya.
The Secret of Secrets, Hakikat Segala Rahasia Kehidupan, Syekh Abdul Qadir Al Jailani
Diterjemahkan oleh : Zaimul Am
PT. Serambi Ilmu Semesta Cetakan I Rabiul akhir 1429 H/April 2008
Qalbumu adalah cermin yang kotor. Bersihkanlah debu yang melekatinya, karena qalbu ditakdirkan untuk memantulkan cahaya hakikat ilahi.
Jika cahaya dari Allah, yang merupakan cahaya langit dan bumi… menerangi qalbumu, ia akan menyalakan lentera qalbumu, yang berada dalam kaca yang bening, dan kaca bening itu bersinar terang bagaikan bintang… Dan berkilaulah bintang ilahi dalam qalbumu.
Kilauan ini memancar dari awan makna yang tak berasal dari Timur dan Barat, menyala dari pohon zaitun…cahaya itu memantul dari pohon itu, sangat jernih dan terang seolah-olah memancarkan cahaya meski tak disentuh api (QS An Nuur [11]:35). Ketika itulah lentera hikmah menyala terang. Bagaimana mungkin ia padam jika cahaya Allah menerangi seluruh relungnya?
Hanya jika cahaya hakikat ilahi menyinarinya, barulah langit malam hakikat menjadi terang disinari ribuan bintang… dan dengan bintang gemintang (kau akan) temukan jalan(mu) … (QS An Nahl[16]:16)
Bukan bintang-bintang itu yang menunjukimu, melainkan cahaya ilahi. Sebab Allah telah… menghiasi langit dunia dengan bintang-bintang…(QS Yasiin[36]:36).
Hanya jika lentera hakikat ilahi dinyalakan dalam sanubarimu, segalanya akan datang serempak seketika atau sedikit demi sedikit. Sebagiannya telah kau ketahui dan sebagian lainnya akan kami jelaskan di sini. Baca, dengar dan pahamilah. Kehadiran ilahi akan menyirnakan sisi gelap kebodohan. Kedamaian dan keindahan purnama akan terbit dari ufuk cahaya di atas cahaya (QS An Nuur[24]:35), yang senatiasa terbit di langit, melintasi garis edar yang telah ditakdirkan Allah (QS Yaasiin[36]:36) sehingga ia bersinar megah di pusat langit, memecah kegelapan lalai.
(Aku bersumpah) Demi malam apabila ia menggelap…Demi cahaya pagi yang benderang…malam kebodohan akan menyaksikan cerahnya siang. Kemudian kau akan mencium harumnya zikir dan bertobat di saat fajar, menyesali umur yang kau habiskan dalam tidur. Akan kau dengar nyanyian pagi :
Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam
Dan menjelang fajar mereka mohon ampunan
Allah memandu kepada Cahaya-Nya siapa yang dia inginkan
Kemudian dari ufuk akal Ilahi akan kau lihat terbitnya matahari ilmu hakiki. Itulah matahari milikmu, sebab kau dibimbing Allah dan berada di jalan yang lurus, bukan jalan orang yang sesat. Kau akan memahami rahasia bahwa:
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak mungkin mendahului siang. Masing-masing beredar pada orbitnya.
Akhirnya, ikatan belenggu akan terlepas sesuai dengan perumpamaan yang Allah jadikan bagi manusia dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Tabir akan terangkat, selubung akan tersingkap dan menampakkan apa yang ada di dalamnya, hakikat akan menunjukkan wajahnya.
Semua ini berawal sejak kau membersihkan cermin qalbu. Cahaya hakikat ilahi akan menyinarinya jika kau menghendaki dan mencari-Nya, dari-Nya, bersama-Nya.
The Secret of Secrets, Hakikat Segala Rahasia Kehidupan, Syekh Abdul Qadir Al Jailani
Diterjemahkan oleh : Zaimul Am
PT. Serambi Ilmu Semesta Cetakan I Rabiul akhir 1429 H/April 2008
Jumat, Januari 02, 2009
Unrenewable, Unsubstituted, Unrecycled
Oleh Wahfiudin
Di sebuah siang, selesai shalat dzuhur penulis membuka-buka Al-Qur’an. Tiba-tiba mata penulis tertuju pada sebuah ayat dalam surat Al-Anbiya (21).
Ayat pertama dalam surat itu sangat menarik perhatian penulis. Berulang-ulang ayat itu penulis baca.
Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya) (QS Al Anbiya’ : 1)
Bahwa semakin dekat kepada manusia, saat-saat perhitungan untuk mereka, tapi mereka karena bodohnya, karena lalainya lalu mengabaikan semua itu. Hal ini mengandung makna perjalanan waktu terus berputar. Waktu makin dekat dan akan datang saatnya kita menghadapi perhitungan-perhitungan atas segala perbuatan di dunia, namun kita sering lalai. Karena bodohnya kita atau karena sibuknya kita.
Manusia adalah mahluk serba bisa, bisa bertindak apa saja. Manusia bisa menggali gunung yang di dalamnya banyak tanah, pasir dan bebatuan, tidak hanya yang kecil bahkan yang besar-besar. Manusia mampu menyelam ke dalam lautan yang sangat dalam sekalipun. Manusia mampu menjelajah ruang angkasa. Manusia mampu menciptakan kabel yang sangat tipis namun bisa dilalui oleh informasi yang sangat banyak, manusia bisa membuat jaringan komunikasi, mendekatkan jarak yang saling berjauhan di dunia, melelaui teknologi internet.
Nah, segala macam kehebatan sains dan teknologi itu memperkokoh keyakinan pada diri kita bahwa manusia dapat melakukan segala-galanya. Kemudian muncul sebuah pertanyaan dalam benak penulis, kalau memang manusia bisa mengatasi semua masalahnya, suatu saat nanti, maka keyakinan akan keberadaan Tuhan bisa saja semakin hari semakin tipis. Kemudian manusia semakin punya harapan bahwa kehidupan itu bisa lebih dinikmati dengan semakin panjang karena segala-galanya bisa diciptakan. Kesan-kesan seperti itu muncul manakala kita menyadari keberadaan yang kolektif bersama manusia lain. Ketika kita sadar, kita hidup bersama manusia lain. Saling memberikan manfaat, maka seakan-akan muncul kekuatan itu, kepercayaan diri.
Tetapi seringkali kita lupa bahwa kita juga makhluk individual yang Allah mematikan manusia dengan konsep-konsep yang tidak kolektif. Setiap manusia menghadap Allah secara individu. Hubungan manusia dengan Allah bersifat individual yang tercermin pada Surat Al Baqarah ayat 286 :
… Lahaa Maa Kasabat Wa ‘alayhaa mak tasabat… artinya …seseorang mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya…
Termasuk di dalamnya peristiwa kematian. Ia bersifat individual dan tidak bisa dicegah secara kolektif. Biasanya apabila manusia menghadapi kematiannya, ia akan sangat egois. Perhatikan kisah-kisah kapal laut yang karam, pada beberapa peristiwa kecelakaan kapal laut, para penumpangnya lebih menyelamatkan dirinya sendiri, meski di sampingnya ada anggota keluarga terdekat. Seorang ayah, secara sadar atau tidak, melepas anaknya. Suami istri saling melepas pasangannya ketika diamuk gelombang dan disaat mulai tenggelam.
Perhatikan juga Al Qur’an Surat ‘Abasa [80] ayat 33-37:
“Dan apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua) (33) pada hari ketika manusia lari dari saudara-saudaranya (34) dari ibu dan bapaknya (35) dari istri dan anak-anaknya (36) Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya (37)”
Dengan kemajuan teknologi, manusia akhirnya berasumsi kiamat rasanya masih panjang, karena segala macam problem-problem alam, bencana-bencana alam, masih bisa diatasi oleh manusia secara kolektif. Tetapi lain halnya dengan kematian. Ia tidak bisa dihindari secara kolektif maupun individual. Ia kapan saja bisa datang, sehingga wajar orang bilang kematian adalah kiamat kecil.
Jika kita renungkan, semakin hari kiamat kecil semakin dekat dengan kita. Usia kita, meski secara urut baris selalu bertambah, tetapi ternyata semakin mendekati azal, sementara kita tidak sadar apa yang sudah kita perbuat dalam hidup ini.
Allah Swt berfirman dalam surat Al Hasyr [59]:18
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)…
Lagi-lagi itu tadi; “Iqtaraba linnas” artinya telah semakin dekat bagi manusia saat-saat evaluasi untuk dirinya, saat-saat perhitungan untuk dirinya. Namun kebanyakan manusia terlena dalam kelalaiannya sehingga mengingkari keberadaan mati dan kiamat itu. Secara kolektif mungkin masih berpikiran kiamat ‘masih panjang’ tetapi secara individual tidak lama lagi kita akan mati. Apabila pada setiap pertambahan tahun terjadi pengurangan jatah kehidupan. Sedangkan Allah membatasi usia hingga umur 40 tahun, sekarang 39 tahun, maka sisa satu tahun lagi. Betapa singkat waktu tersisa bagi kita. Rugilah kita apabila hidup tidak diisi dengan iman dan amal shaleh.
Berbicara masalah waktu ada beberapa hal yang berhubungan dengan waktu, antara lain :
• Waktu adalah sesuatu yang unrenewable, sesuatu yang tidak bisa diperbaharui,
• Waktu adalah sesuatu yang unsubstituted, sesuatu yang tidak bisa diganti,
• Waktu adalah sesuatu yang unrecycled, sesuatu yang tidak bisa diulang.
Untuk memahaminya kita ambil permisalan salah satu sumber daya alam kita, minyak bumi. Minyak merupakan sumber daya alam yang terpendam di dalam bumi. Fosil-fosil yang ratusan ribu mungkin jutaan tahun terpendam di dalam bumi mendapat tekanan dan temperatur tinggi berubah menjadi minyak. Tetapi ketika minyak sudah disedot keluar dan dibakar, orang tidak bisa memperbaharui, tidak bisa menanam bibit minyak lagi, dia sumber daya alam yang unrenewable, yang tidak bisa diperbaharui. Berbeda dengan tumbuh-tumbuhan, contoh pohon padi, setelah selesai dipanen, kita bisa cari bibitnya, benihnya. Lalu kita tanami kembali. Pohon padi adalah sesuatu yang newable, bisa diperbaharui. Sedangkan waktu tidak bisa diperbaharui kembali.
Tetapi walaupun minyak habis dan tidak bisa diperbaharui, dia masih bisa tersubstitusi artinya ada alternatif pengganti. Jika minyak habis masih ada energi batu bara, energi panas bumi, energi nuklir. Sedangkan yang namanya waktu bukan saja tidak ada alternatifnya, tetapi juga tidak ada pengganti (unsubstitusi). Jadi jika waktu telah habis/berlalu maka tidak ada apa-apa lagi.
Jika waktu bisa diulang (recycled) mungkin kita ingin jadi kanak-kanak lagi. Karena masa kanak-kanak itu masa-masa indah, masa-masa tanpa problema.
Terkadang waktu membuat manusia lupa diri bahwa dia sesungguhnya memiliki kelemahan. Kira-kira melalui cara apa kita bisa introspeksi terhadap diri kita, karena selama ini kadang kita tidak merasa kalau kita telah berbuat suatu kedzaliman atau kesalahan kepada pihak lain, mungkin ada langkah-langkah tertentu agar kita juga mengingat kembali kalau kita salah ?
Masalahnya adalah apakah kita bisa melihat diri kita jika kita masih ada di dalam diri sendiri? Mari kita ambil sebuah ilustrasi. Mengapa dalam sebuah pertandingan sepakbola, di dalam stadion, penonton yang berada di tribun atas lebih pintar dari pemain yang ada di lapangan? Jawabannya, karena penonton yang ada di tribun atas berjarak dengan permainan, maka penonton bisa melihat seluruh permainan. Jarak pandang pemain hanyalah apa yang ada di depannya, sedangkan pendangan penonton di tribun atas lebih luas. Mereka bisa melihat kekosongan, kekurangan, kelebihan atau kesalahan pemain. Begitu juga dalam hidup, apakah kita bisa melakukan evaluasi jika kita masih terlibat dalam aktifitas kehidupan?
Kita cenderung baru bisa menghargai isteri kalau sedang jauh darinya. Jika isteri tak ada terpaksa harus masak sendiri, mencuci sendiri, dan lain-lain. Para istri juga baru bisa menghargai suami jika sedang jauh dari suami. Jika suami pergi keluar kota, turun hujan lalu atap rumah bocor, banyak air tergenang di dalam rumah, lalu mulai berangan-angan ”jika saja suamiku ada… ah…. kan, lumayan bisa memperbaiki atap yang bocor.”
Langganan:
Postingan (Atom)