Dalam amanatnya yang dibacakan oleh salah satu pengemban amanah, sesepuh pondok yang sekaligus Wali Mursyid TQN Suryalaya menekankan :
1. Perlunya peningkatan latihan jiwa melalui Riyadhatun Nafs dengan materi yang dapat dipertanggungjawabkan,
2. Mengefektifkan waktu pembinaan kepada para Ikhwan dan Akhwat TQN Suryalaya agar mampu menempa diri, membersihkan hati, mengendalikan nafsu, menyiasati berbagai tipu daya syetan.
3. Melakukan pembinaan praktek amaliah kepada para ikhwan dan akhwat yang tersebar di seluruh nusantara dan luar negeri sehingga memiliki pemahaman dan persepsi yang sama tentang Thariqah Qodiriyyah Naqsyabandiyyah di Pondok Pesantren Suryalaya berikut Tanbih dan Untaian Mutiara Pangersa Guru almarhum Syekh KH. Abdullah Mubarak bin Nur Muhammad ra.
4. Hendaknya para Wakil Talqin mampu menjalankan tugas dengan niat yang tulus, ikhlas semata-mata ibadah dan mengabdikan diri kepada Allah SWT.
Jumlah Wakil Talqin Abah Anom sejak pengangkatan pertama di tahun 1972 hingga Okober 2008 adalah 86 orang, 25 orang diantaranya telah meninggal dunia. Dalam pertemuan kali itu hadir kurang lebih 50 orang Wakil Talqin.
Selanjutnya pertemuan untuk melakukan bahtsul masa il dilakukan setelah Shalat ‘Isya. Bahtsul Masa il itu dilakukan di Wisma Shuffah dan dimulai pukul 21.00 hingga 24.00 WIB, dipimpin oleh KH. Zaenal Abidin Anwar dan KH. Arif Ichwani. Pimpinan Bahtsul Masa il memberikan kesempatan kepada para Wakil Talqin untuk mengutarakan metode dakwah masing-masing berdasarkan sosiokultural komunitas yang dihadapi.
Selanjutnya KH. Wahfiudin, SE, MBA dari Jakarta mewakili komunitas pebisnis, korporat dan kaum menengah ke atas di kota-kota besar. Selama ini beliau diberi kepercayaan oleh manajemen sebuah bank syariah nasional untuk memberikan bimbingan dzikir di kantor pusatnya. Setiap Jum’at pagi sebelum jam masuk kantor, karyawan dari tingkat terendah hingga top management hadir memadati sebuah lobby yang disulap menjadi majlis dzikir. Kegiatan tersebut sudah dan masih berlangsung sejak tahun 2000 dan menjadi rutinitas Jum’atan.
Metode dakwah dengan pola pelatihan ini menjadi konsentrasi KH. Wahfiudin dalam rangka mengemban tugas Wali Mursyid, yaitu menyebarkan dan mengembangkan ajaran TQN Suryalaya. Di beberapa daerah seperti di Aceh, Medan, Pekanbaru, Lampung, Gowa, Makasar, Banjarmasin, Surabaya, Bojonegoro, Solo, Yogyakarta, Semarang, Demak, Bandung, Garut, Jakarta dan lain-lain berkesempatan menerima pelatihan yang digelar KH. Wahfiudin dan timnya dalam wadah RADIX Training Center.
Berdasarkan pengalamannya selama dibimbing oleh Pangersa Abah, setiap KH. Ali unjukan atas berbagai problem yang dihadapi jamaahnya, jawaban Pangersa Abah selalu bermuara pada dzikir. Sebab, masih menurut KH. Ali, dzikir adalah solusi utama. Segala problem umat solusinya dengan mempraktekkan dzikir. Maka dakwah beliau di Timur Indonesia penekanannya to the point, “Amalkan dzikir!”
Tgk. H. Sulfanwandi, S. Ag dari Tungkob, Aceh Besar-Nangroe Aceh Darusalam—yang diangkat Wakil Talqin oleh Pangersa Abah bulan Maret 2005, selepas peristiwa tsunami Desember 2004—memaparkan kondisi dakwah di Aceh. Beliau ungkapkan pola dakwah dengan mengedepankan tema DZIKIR PEMBERSIH HATI. “Masyarakat Aceh masih belum menerima jika kita langsung mengatakan tasawuf atau tarekat di depan mereka. Maka saya undang mereka untuk menghadiri majlis DZIKIR PEMBERSIH HATI,” ungkap Tgk Sulfan yang berperawakan besar ini.
“Sepulangnya dari Suryalaya saya membangun balai dzikir (majlis dzikir).Kini bangunan berlantai tiga ini telah berdiri dan kami beri nama BALAI DZIKIR TAJUL ‘ARIFIN. Satu-satunya balai dzikir di Aceh yang langsung bertabaruk dengan nama Pangersa Abah, bahkan mungkin di Indonesia. Sampai saat ini ikhwan dan akhwat yang tergabung sudah sekitar 1.200-an. Alhamdulillah. Ini juga berkat doa Abah. Doakan kami agar bisa istiqomah”, lanjut Tengku Sulfan.
Selepas itu, terjadi diskusi menarik antara para Wakil Talqin berkaitan dengan peningkatan amaliah ikhwan dan akhwat. Berturut-turut Ust. H. Mansur bin Saleh (Semporna-Malaysia), KH. Saifullah, BA (Probolinggo), KH. Amin Abdullah (Cilegon-Banten), Drs. H. Anhari Basuki, SU (Semarang-Jateng), KH. M. Thoha Abdurrahman (Yogyakarta), KH. Zezen Zaenal Abidin (Sukabumi-Jabar) dan wakil-Wakil Talqin lainnya menyampaikan opini. Tidak ketinggalan KH. R. Abdullah Syarif (Ciawi-Tasikmalaya) yang akrab dipanggil Akeh dan merupakan Wakil Talqin paling sepuh dimintakan saran dan wejangannya dalam Bahtsul Masa il tersebut.
Dini hari, sebelum adzan subuh berkumandang, para Wakil Talqin telah berkumpul di madrasah untuk melaksanakan shalat shubuh berjamaah. Sementara ikhwan-akhwat yang lain shalat berjamaah di Masjid Nurul Asror. Selepas Shalat Shubuh dan dzikir harian, para Wakil Talqin duduk melingkar, menundukkan wajah, hening. Di ujung timur, dekat pintu masuk ke ruang utama kamar Pangersa Abah, terlihat sosok mulia Pangersa Abah Anom . Duduk dalam posisi tawajuh di atas kursi roda yang selalu setia mendampinginya, menjadi pusat dalam lingkaran para Wakil Talqin.
Subhanallah, qalbu para Wakil Talqin sedang terhubung dengan qalbu mursyid. Tiada yang dapat merasakan ke-‘asyiq’-an itu kecuali mereka yang telah dan bisa merasakannya. Tidak ada kata terucap. Tidak ada tatap mata memandang. Tidak ada alam fikiran beterbangan. Semuanya menuju Satu. Berserah kepada Ahad. Dibimbing Mursyid wushul pada-Nya.
Semoga event pertemuan khusus ini diberkahi Allah SWT. Semoga Pangersa dipanjangkan usia dunianya, dimuliakan qurbah ruhaninya. Demikian para Wakil Talqin semoga istiqomah dalam mengemban amanah besar Mursyid TQN Suryalaya. Diberi kekuatan, ketabahan, keikhlasan, dan kearifan. Sehingga mampu membimbing ikhwan-akhwat TQN Suryalaya melaksanakan proses pensucian diri dan wushul ilallah dengan amal ilmiah dan ilmu amaliah.
Rawamangun, 10 Februari 2009 (Han)