Jumat, Maret 20, 2009

Semangat Bertasawuf Dalam Pelatihan

Apa Kabar Hari ini…?
Alhamdulillah….
Dahsyat…!
Luarbiasa …!
Yes…Yes…Yes…!!!


Semarak yel-yel diatas diteriakkan para peserta pelatihan dengan penuh semangat. Yel-yel itu diiringi gerakan ala petinju memukulkan hook kanannya ketika meneriakkan ‘Dahsyat…!” dan hook kiri ketika meneriakkan ‘Luarbiasa…!’ Diakhiri dengan mengarahkan kepalan kedua tangan di depan dada sambil meneriakkan ‘Yes…Yes…Yes…!!!’. Sunggingan senyum lebar menghiasi bibir-bibir peserta. Membangkitkan hormon-hormon kortisol yang mengendap di dalam tubuh setelah semalaman tidur, sehingga semangat belajar jadi meningkat.

Dua hari itu, 21-22 Maret 2009, Radix Training Center kembali menggelar Kursus Tasawuf Tingkat Dasar dalam format Pelatihan Membentuk Qalbu Ihsani. Pelatihan yang ke-24 kalinya diselenggarakan di Jakarta ini diikuti duapuluh enam peserta dari berbagai wilayah DKI Jakarta, Bekasi dan Majalengka. Latar belakang pendidikan peserta juga beragam, dimulai dari lulusan Sekolah Menengah Atas, Mahasiswa, S1 hingga S2.

Trainer-trainer RADIX memandu peserta untuk memahami tasawuf dari hal-hal yang sangat mendasar. Ust. Wahfiudin, sang senior trainer mengawali pelatihan dengan mengajak peserta untuk memahami konsep diri. Sebuah konsep dasar tentang diri manusia yang terdiri dari dua entitas, Ruhani dan Jismani.

Merujuk pada Al Qur’an Surat Al Insan ayat 1, Ust. Wahfiudin memperkenalkan konsep hakikat diri manusia adalah yang ruhaniah. Ruhaniah yang telah Allah SWT ciptakan dalam dimensi alam ke-Tuhanan. Dimensi alam Ilahiah, yang disebut Alam Lahut. Ruhaniah ini diciptakan sejak sebelum adanya waktu. Baru kemudian setelah Jismani manusia dalam bentuk Basyar sempurna kejadiannya di dalam rahim ibu , Ruhaniah yang dari Alam Lahut ‘ditiupkan’ oleh Allah menyatu dengan Jismani (Basyar). Tentu saja setelah melalui proses kehidupan di alam-alam antara Alam Lahut dan Alam Rahim.

Lebih lanjut Ust Wahfiudin menjelaskan, hakikat diri manusia adalah yang ruhaniah. Sedangkan inti (lubb) Ruhaniah adalah Qalbu. Hal ini ditegaskan dalam Al Qur’an Surat Al Imron ayat 190 :
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat ayat-ayat (tanda-tanda) bagi mereka yang memiliki INTI (ULIL ALBAB).


ALBAB adalah jamak dari LUBB. Dalam literatur bahasa arab, LUBB adalah nama lain dari QALBU. Ada dua kategori Qalbu dalam diri manusia.

1. Qalbu jismani, yaitu jantung
Ada hadits tentang qalbu yang sangat populer di masyarakat, sering diucapkan oleh para ustadz dan muballigh dalam ceramah-ceramah mereka. Tapi sayangnya orang kurang cermat memahami makna qalbu pada hadits ini.

Abu Nu`aym menceritakan bahwa Rasulullah s.a.w. berkata: “Sesungguhnya di dalam jasad ada sebongkah daging; jika ia baik maka baiklah jasad seluruhnya, jika ia rusak maka rusaklah jasad seluruhnya; bongkahan daging itu adalah QALBU”.

Hadits di atas jelas menyebut qalbu sebagai bongkahan daging (benda fisik) yang terkait langsung dengan keadaan jasad atau tubuh manusia. Bongkahan daging mana yang kalau ia sakit atau rusak maka seluruh jasad akan rusak?

Bahasa Arab mengenal qalbu dalam bentuk fisik yang di dalam kamus didefinisikan sebagai ‘organ yang sarat dengan otot yang fungsinya menghisap dan memompa darah, terletak di tengah dada agak miring ke kiri’. Jadi, qalbu adalah jantung. Dokter qalbu adalah dokter jantung. Jantung adalah bongkahan daging yang kalau ia baik maka seluruh jasad akan baik atau sebaliknya kalau ia rusak maka seluruh jasad akan rusak.

2. Qalbu ruhani, yaitu hatinurani.
Ada juga jenis qalbu yang kedua, sebagaimana digambarkan dalam hadits berikut:

“Sesungguhnya orang beriman itu, kalau berdosa, akan akan terbentuk bercak hitam di qalbunya”. (HR Ibnu Majah)

Jadi kalau banyak dosa qalbu akan dipenuhi oleh bercak-bercak hitam, bahkan keseluruhan qalbu bisa jadi menghitam. Apakah para penjahat jantungnya hitam? Apakah para koruptor jantungnya hitam? Tanyakanlah kepada para dokter bedah jantung, apakah jantung orang-orang jahat berwarna hitam? Mereka akan katakan tak ada jantung yang menghitam karena kejahatan dan kemaksiatan yang dibuat. Lalu apa maksud hadits Nabi di atas?

Qalbu yang dimaksud dalam hadits itu adalah qalbu ruhani. Ruh (jiwa) memiliki inti, itulah qalbu. Karena ruh (jiwa) adalah wujud yang tidak dapat dilihat secara visual (intangible) maka qalbu yang menjadi inti (sentral) ruh ini pun qalbu yang tidak kasat mata. Dalam bahasa Indonesia ‘qalbu ruhani’ disebut dengan ‘hatinurani’.

Mungkin karena dianggap terlalu panjang dan menyulitkan dalam pembicaraan, maka orang sering menyingkatnya menjadi ‘hati’ saja. Padahal ada perbedaan besar antara‘hati’ dengan ‘hatinurani’ sebagaimana berbedanya ‘mata’ dengan ‘mata kaki’.

Rupanya, istilah qalbu mirip dengan heart dalam bahasa Inggris, sama-sama memilki makna ganda. Heart dapat bermakna jantung (heart attack, serangan jantung) dapat juga bermakna hatinurani (you’re always in my heart, kamu selalu hadir di hatinuraniku).

Maka apabila mendengar perbincangan tentang qalbu perhatikanlah konteksnya. Kalau yang berbicara adalah dokter medis, tentu qalbu yang diucapkannya lebih bermakna jantung. Tapi bila dikaitkan dengan perbincangan tentang moral, iman atau spiritualitas, maka maknanya lebih mengarah pada hatinurani yang wujudnya ruhaniah.

“Qalbu orang yang berdosa akan menghitam. Ungkapan ‘menghitam’ di sini adalah ungkapan perumpamaan (majâzi, metaphoric) bukan ungkapan sesungguhnya(haqîqi). Namun bukan berarti karena dosa tak kan nampak bekas-bekas fisiknya lalu kita akan seenaknya saja berbuat dosa. Na`ûdzubillâh min dzâlik...,” Ungkap Ust. Wahfiudin menutup sesinya.

Sebagai bekal mengamalkan tasawuf dalam kehidupan sehari-hari, para peserta diajarkan dzikir dengan metode khusus Thariqah Qadiriyyah Naqsyabandiyyah (TQN) PP Suryalaya oleh Ust. Wahfiudin untuk mengawal qalbu agar selalu tersambung kepada Allah SWT.

Dua trainer lainnya, Ust. Abdul Latif dan Ust. Handri Ramadian memberikan bekal kepada peserta dengan materi Bid’ah, Memahami Pardigma Bertasawuf, Tripod Penopang Islam, Dzikir dan Metodenya, Perkembangan Tasawuf dan Tokohnya sejak jaman Rasulullah saw hingga masa sekarang serta Perbedaan Mistic dan Magic.

Berikut kesan-kesan peserta setelah mengikuti pelatihan ini.
“Penjabarannya jelas, sehingga dapat memantapkan pemahaman kita tentang tasawuf. Saya semakin yakin, inilah jalan yang benar karena sesuai dengan Al Qur’an dan Sunnah Rasul SAW.”
Ratna D Kurniasari, Pengusaha

“Bagus…! Sebenarnya saya ikut karena sering terjadi perselisihan faham dengan teman dekat yang anti tarekat. Sekarang saya jadi lebih faham dan yakin. Sehingga kelak, insya Allah tidak ada keraguan lagi.”
Ibrahim M. Fanatagama, Mahasiswa.

“Saya sangat sedih, karena selama ini menjadi orang yang bodoh. Terlalu banyak waktu yang saya lewati dengan percuma. Mengikuti pelatihan ini bertambah keyakinan saya dengan dzikir yang saya jalan, insya Allah saya akan istiqomah dan semuanya itu saya niatkan Lillahi Ta’ala.”
M. Arief Darmawan, Pengusaha.

"Alhamdulillah, mudah-mudahan ke depannya setelah mengikuti pelatihan ini kehidupan keluarga kami menjadi lebih baik. Dalam beribadah maupun bermasyarakat.”
Ny. Sugiharti, Ibu Rumah Tangga.


Rawamangun, 19 Maret 2009 (Han)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar