Para pengantri itu adalah ikhwan-akhwat TQN PP Suryalaya yang akan menghadiri sebuah lokakarya yang diselenggarakan Yayasan Serba Bakti (YSB) PP Suryalaya Korwil DKI Jakarta. Sebuah kegiatan yang sengaja diusung dalam rangka meneladani kepemimpinan Rasulullah saw yang sangat sesuai dengan nilai-nilai Tanbih dan menjaring kader-kader pemimpin YSB di wilayah DKI Jakarta. Lokakarya yang bertajuk KEPEMIMPINAN TANBIH itu baru pertama kali digelar di lingkungan YSB dan Jakarta Islamic School (JIS) Pondok Karya Pembangunan (PKP) berkenan menjadi tuan rumah.
Tema kepemimpinan model tanbih dibahas lebih rinci oleh KH. Wahfiudin pada sesi kedua paparan materi. Sebelum masuk pada konsep kepemimpinannya, beliau mengajak peserta untuk mencermati teks tanbih berbahasa Indonesia serta konteks yang terjadi dalam proses penyusunannya. Beliau menyadari, semestinya yang menjadi acuan utama adalah tanbih berbahasa sunda karena sesungguhnya di dalam tanbih berbahasa sunda itulah terletak orisinalitas wasiat-wasiat Abah Sepuh. Namun, untuk memudahkan pemahaman sebagian besar ikhwan-akhwat TQN PP Suryalaya yang menjadi peserta lokakarya, tanbih versi bahasa Indonesia inilah yang dicermati nilai-nilai kandungannya.
Pada tanbih, terdapat poin-poin penting yang harus dijadikan perhatian. Abah Sepuh, mengawali wasiatnya ini dengan do’a. Lalu mengajak para ikhwan untuk selalu taat pada peraturan agama dan negara. Tema kemanusiaan menjadi fokus utama wasiat Abah Sepuh, hal ini termaktub dalam empat poin sikap kebajikan yang ditimbulkan dari kesucian. Demikian pula, Abah Sepuh mengajak ikhwan untuk memahami perbedaan Agama dalam rangka persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pada konteks perbedaan agama ini, ternyata Abah Sepuh sudah memiliki visi jauh ke depan. Pesan-pesan mengenai sikap plural dan toleran dalam kehidupan beragama sangat diutamakan. Baik itu perbedaan faham keagamaan (muslim dan non muslim), aqidah maupun aliran. Abah Sepuh telah menyadari bahwa masyarakat dunia akan mengarah pada kehidupan yang global, maka beliau memberikan pesan-pesan yang sesuai konteks kehidupan masyarakat kosmopolitan, mengajak murid-muridnya untuk berkiprah aktif dan menjaga keharmonisan dalam masyarakat yang majemuk.
Keenam poin itulah yang harus dihayati oleh ikhwan-akhwat sebagai bekal kehidupan pribadi, kelompok, organisasi, berbangsa dan bernegara.
Mengakhiri paparannya, KH. Wahfiudin mengajak ikhwan-akhwat untuk mengedepankan sikap keberagamaan yang inklusif dan membuang jauh-jauh sikap eksklusif. Sikap yang pertama melahirkan rasa persaudaraan yang kuat meski di tengah-tengah beraneka perbedaan. Sedangkan sikap yang terakhir, alih-alih merasa benar sendiri, malah membuat keberjarakan dan menciptakan musuh dimana-mana.
Selepas dzuhur, peserta berdiskusi. Membahas konsep-konsep kepemimpinan yang taat pada peraturan agama dan negara dan kepemimpinan yang berjiwa tanbih. Kemudian hasil diskusi tersebut dipaparkan.
Dinamika yang terjadi pada forum diskusi merupakan gambaran pemahaman peserta terhadap kehidupan masyarakat. Dari forum ini pula diketahui sejauhmana pengetahuan dan upaya terhadap solusi permasalahan umat. Kader-kader pemimpin yang solutif, demokratis, pluralis dan humanis mulai tampak. Meski memang harus ada proses penyaringan berikutnya.
Lokakarya kemudian ditutup oleh Bapak H. Ucu Suparta, anggota dewan pembina YSB Pusat. Dalam kata penutupnya Pak Ucu meyakini potensi ikhwan-akhwat sangat besar. Beliau mengharapkan dalam berkhidmah kepada Guru Murysid hendaknya tidak jalan sendiri-sendiri. Perlu ada upaya untuk mensinergikan potensi-potensi itu dan mewujudkannya untuk peningkatan kualitas ketakwaan kepada Allah SWT dan keadilan masyarakat.
Meruya, 11 Maret 2009 (Han)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar