Kamis, Juli 02, 2009

Mengharap Figur Pemimpin Berwawasan Global

Menyongsong Musda YSB Korwil DKI Jakarta 18 Juli 2009

Oleh : Handri Ramadian*)

Sambil menulis artikel ini, penulis mencari informasi mengenai tema globalisasi melalui telepon selular di dunia maya. Tidak membutuhkan waktu lama, cukup dengan 30 detik saja, mbah google telah memberikan ratusan informasi yang saya cari. Informasi ini mudah saya dapatkan tanpa harus memiliki modem sebagai penghubung laptop dan server google nun jauh di negeri Paman Sam sana. Telepon selular generasi mutakhir telah memiliki fasilitas modem built in sebagai media yang turut mempermudah pencarian informasi ini.

Inilah realitas kehidupan yang dihadapi masyarakat modern saat ini, serba cepat, mudah dan akurat. Memang, belum semua kemudahan teknologi informasi dapat dinikmati oleh semua penduduk Indonesia, tetapi paling tidak di berbagai kota besar di seluruh Indonesia kemudahan dan kenyamanan ini sudah menjadi trend.

Penduduk Indonesia, terutama yang tinggal di Ibukota sejak era 90-an mulai mengenal dunia internet. Intensitasnya semakin meningkat semenjak berbagai regulasi yang diatur pemerintah mendukung penuh arus globalisasi di dunia teknologi dan informasi. Warung-warung internet tumbuh bak jamur di sudut-sudut kota. Kita menjadi lebih sering melihat anak-anak sekolah seusia SD hingga mahasiswa nongkrong di depan komputer selepas jam belajar untuk bermain game online, bergabung dalam situs pertemanan semisal friendster atau facebook. Bahkan ada yang sudah memiliki situs pribadi gratisan melalui jasa seumpama blogger, wordpress atau multiply sebagai sarana aktualisasi diri atau menjalankan bisnis online kecil-kecilan.

Akibatnya masyarakat Jakarta menjadi lebih pintar, lebih kritis dan lebih agresif. Tidak mudah mempercayai sebuah informasi yang datang kepadanya. Mereka akan selalu melakukan chek and rechek atas semua informasi sebelum membuat sebuah keputusan.

Begitu juga dengan informasi religius. Mereka tidak akan langsung mempercayai sebuah dalil agama yang diberikan seorang penceramah, meski penceramah itu terkenal alim dan memiliki popularitas. Mereka akan melakukan crosschek ke penceramah-penceramah lain atau mencari sendiri kebenaran informasi itu melalui dunia internet.

Hal ini menjadi sebuah tantangan khusus dalam usaha dakwah. Seorang da’i abad 21 dituntut untuk cepat belajar dan menguasai permasalahan sosial masyarakat secara menyeluruh dan mampu menyikapi dengan bijak. Tidak hanya dalil agama saja namun harus mampu menyelami berbagai aspek kehidupan termasuk kemajuan teknologi dan informasi.

Dalam kaitan dengan usaha dakwah, dakwah Thariqat Qadiriyyah Naqsyabandiyyah (TQN) Ponpes Suryalaya belum menyentuh seluruh masyarakat Jakarta. Berdasarkan buku jadwal manaqib tahun 2009 yang diterbitkan oleh Yayasan Serba Bakti (YSB) Pontren Suryalaya Korwil DKI Jakarta, tercatat ada 84 tempat. Jika kita asumsikan yang tidak tercatat sebanyak 50%-nya dan rata-rata yang hadir pada majlis manaqib tersebut 100 orang maka pengamal TQN Suryalaya di Jakarta yang aktif baru sekitar 12.600-an orang. Ini berarti kurang dari 2% jumlah penduduk Jakarta yang sudah mencapai 12 juta lebih.

Sudah menjadi tugas dan kewajiban setiap ikhwan untuk membantu Mursyid menyebarkan dan mengembangkan ajaran TQN Suryalaya yang merupakan bagian dari ruh Islam. Semua aktivis dzikir TQN Suryalaya pasti telah merasakan nikmat dan berkah mengamalkan amalan ini. Tapi, kenikmatan dan ketenangan pribadi tidak cukup. Perlu ditularkan kepada umat muslim lainnya. Kesadaran untuk turut menularkan berita gembira ini kepada seluruh mukmin sudah sering digembar-gemborkan oleh banyak muballigh TQN Suryalaya, baik di forum manaqib di Pontren Suryalaya maupun di tempat-tempat lain.

Kita memerlukan sistem dakwah yang terorganisir untuk mewujudkan cita-cita Pondok Pesantren Suryalaya menjadi Pusat Tarekat Asia Tenggara sebagaimana dicetuskan pada ulang tahun 1 abad Pondok Pesantren Suryalaya pada 5 September 2005. Sebuah sistem yang sesuai dengan pendekatan kehidupan masyarakat global.

TQN Suryalaya memiliki banyak muballigh berkompeten dalam disiplin ilmu keislaman. Tidak sedikit juga ikhwan-akhwat yang memiliki kapabilitas cendekia dalam disiplin ilmu umum dan eksak. Pebisnis sukses aktivis dzikir TQN Suryalaya pun jumlahnya sangat banyak. Begitu juga organisatoris handal yang memiliki segudang pengalaman organisasi di masyarakat, entah itu LSM atau partai politik. Jika semua potensi itu digabungkan dan dengan menggunakan metode dakwah yang tepat, niscaya percepatan jumlah aktivis dzkir TQN Suryalaya akan mengalami peningkatan drastis.

Sebenarnya Pangersa Abah Anom telah menyediakan wadah untuk menggabungkan potensi-potensi itu, yakni Yayasan Serba Bakti (YSB). Melalui YSB, ikhwan-akhwat dapat menyalurkan kiprah khidmahnya.

Selain di pusat, YSB telah memiliki banyak koordinator wilayah di hampir seluruh provinsi Indonesia termasuk DKI Jakarta.

Karena berkedudukan di Ibukota Negara, YSB Korwil DKI Jakarta memegang peranan yang sangat penting dalam merealisasikan tugas membangun masyarakat, bangsa dan negara yang gemah ripah repeh rapih, baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur sebagaimana yang dipesankan Pangersa Abah Anom dalam sambutannya saat acara pelantikan pengurus YSB Korwil DKI Jakarta masa bakti 2004-2009.

Ia diharapkan menjadi tolok ukur keberhasilan pembinaan ikhwan-akhwat material dan spiritual. Ia menjadi perantara komunikasi Pontren Suryalaya dengan pemerintah pusat. Ia menjadi pintu gerbang komunitas internasional sebelum masuk ke dalam lingkaran persaudaraan TQN Ponpes Suryalaya. Ia menjadi filter akibat gencarnya arus informasi yang masuk tanpa batas melalui media globalisasi. Setidaknya itulah yang bisa dirasakan dari sudut pandang kedudukan wilayahnya.

Sadar dengan kedudukan strategis ini, pengurus yang akan mengakhiri masa baktinya pada Agustus 2009 berinisiatif menyelenggarakan Musyawarah Daerah (Musda) pada 18 Juli 2009. Melalui Musda, pengurus berharap ada kandidat-kandidat ketua umum yang datang dari ikhwan-akhwat dan kandidat-kandidat terpilih tersebut kemudian diajukan kepada pengurus pusat YSB dan Sesepuh Pontren Suryalaya.

Berlandaskan tantangan-tantangan yang dihadapi pada era globalisasi ini, setidaknya ada beberapa kriteria pendukung bagi kandidat yang akan diajukan sebagai Ketua, antara lain:
1. Aktif dalam kegiatan-kegiatan riyadhoh yang diajarkan Pangersa Abah Anom, seperti dzikir harian, khataman dan manaqiban.
2. Memiliki jiwa kepemimpinan sesuai Tanbih Syekh Abdullah Mubarak bin Nur Muhammad.
3. Memiliki sikap rela berkorban demi kepentingan bersama sesuai tuntunan Syekh Mursyid Pangersa Abah Anom.
4. Memiliki visi universal dan global.
5. Memiliki jejaring sosial yang luas.
6. Memiliki komitmen mengedepankan kesejahteraan ikhwan-akhwat melalui program-program pembinaan pada lini-lini strategis kehidupan.

Pembaca yang budiman, di luar sana, banyak bertebaran komunitas-komunitas spiritual semacam komunitas kita. Masing-masing komunitas mempunyai cara-cara khusus dalam mengembangkan dakwah yang pada hakikatnya bertujuan sama, yaitu mengharap ridho Allah SWT. Cara-cara khusus itu belakangan menjadi identitas komunitas-komunitas tersebut. Sebut saja Ust. Arifin Ilham dengan komunitas Az Zikra-nya, Ust. Yusuf Mansur dengan komunitas Wisata Hati dan program PPA-nya. Komunitas Tarekat Murabithun dengan program Kembali ke Dinar-Dirham. Komunitas Tarekat Shidiqiyyah dengan program renovasi rumah tidak layak huni untuk para anggotanya.

Demikian, Pangersa Abah Anom yang banyak memiliki ide kreatif telah mempelopori beberapa kegiatan terbarukan, salah satunya rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba melalui program inabah, jauh sebelum komunitas-komunitas yang kita sebut di atas melakukan programnya. Tetapi sebagai murid, rasa-rasanya belum banyak yang kita lakukan untuk kemaslahatan umat sebagai wujud khidmah kepada beliau.

Melalui khidmah dalam kepengurusan YSB, baik di pusat, wilayah maupun perwakilan, hendaknya menjadi motivator untuk lebih banyak berbuat mensejahterakan umat. Caranya...? Tuangkan ide kreatif anda, berfikir out of the box dan laksanakan ide tersebut. Insya Allah, Pangersa Abah selalu membimbing kita dalam setiap langkah kebajikan yang kita tempuh.

Semoga melalui tulisan ini, pembaca menjadi tergugah untuk sama-sama bersinergi meraih kemuliaan di hadapan Allah SWT dan diakui sebagai murid Yang Mulia Wali Mursyid KH. Ahmad Shahibul Wafa Tajul ‘Arifin.

*)Trainer dan Muballigh, Co-Trainer Radix Training Center-Jakarta, Ketua Korps Muballigh Aqabah Sejahtera-Jakarta, Alumnus Pelatihan Muballigh Tasawuf (PMT) Angkatan I Yayasan Aqabah Sejahtera-Jakarta..


1 komentar:

  1. Teknis penulisan yang sangat baik. Saya jadi pingin belajar. Kenapa yah saya kalau nulis urutan penyajian materi maupun tata bahasanya sok pabeulit kang ?

    BalasHapus