Minggu, Januari 23, 2011

Menapaki Titian Transformasi

Si Bodoh yang menyadari kebodohannya, bijaklah ia…
Si Pandai yang tak bermanfaat kepandaiannya, bodohlah ia…
Bijaksana bukan karena wacana, tapi karena karya yang berguna…
(KH. Wahfiudin)


Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Lathifah Mubarakiyah (BEM FD IAILM) terus meningkatkan kompetensinya. Baru-baru ini mereka menyelenggarakan Pelatihan Dakwah Transformatif (PDT). PDT ini adalah kelanjutan dari dua program sebelumnya, yakni program studi banding dakwah di perkotaan yang dibimbing oleh Korwil DKI Jakarta selama dua angkatan.

PDT dilaksanakan di Kawasan Cisarua, Puncak, Bogor dibimbing langsung oleh Ketua Korwil DKI Jakarta bersama Tim Diklatnya. Selama empat hari empat malam mereka digembleng, yakni pada tanggal 17-20 Januari 2011.

Pilihan tempat pelatihan di kawasan puncak adalah keputusan strategis, sebab selain kawasan tersebut sejuk dan nyaman, para mahasiswa diberikan suasana berbeda dari rutinitas kegiatan kampus. Mereka dikarantina dalam rangka lebih memfokuskan program pelatihan sehingga bisa lebih bebas berekspresi dan memunculkan kreatifitasnya.

Dua puluh lima orang mahasiswa yang dipimpin langsung oleh Ketua BEM-nya, Nana Yusef, bergerak menuju Cisarua seusai menghadiri pengajian Manaqib Syekh Abdul Qadir Al-Jaylani qs di Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya pada Minggu sore, 16 Januari 2011. Tiba di Cisarua pukul 21.00 wib dan langsung disambut oleh KH. Wahfiudin dan Tim.

PDT dibuka seusai dzikir harian ba’da Sholat Shubuh 17 Januari 2011. Di kelas, para peserta diberikan wawasan Global Trends yang dilansir dari laporan The National Council of USA berupa kecenderungan-kecenderungan Global pada tahun 2025.

Laporan tersebut adalah laporan rahasia pihak intelligen Amerika Serikat yang ikhtisarnya dipublish secara terbuka di dunia maya dua minggu sebelum Barrack Obama dilantik menjadi presiden kulit hitam pertama Amerika Serikat.

Diantara intisari dari laporan tersebut adalah :
1. Kekuatan ekonomi dan politik AS akan memudar dalam 20 tahun mendatang.
2. Terjadi penataan ulang ekonomi secara global dan disinyalir nilai mata uang dollar AS akan sama nilainya dengan mata uang negara-negara lain.
3. Selama ini peradaban barat yang diwakili oleh kemajuan teknologi AS berangsur mulai mundur karena pengaruh krisis ekonomi di negara adidaya tersebut, karena itu kekayaan global mulai bergesar ke wilayah Timur Tengah, Rusia dan Asia

Dari laporan tersebut, diindikasikan peradaban barat akan mulai mundur berganti peradaban lain yang sudah siap. Diantara banyak peradaban di dunia, diyakini oleh para intel tersebut bahwa peradaban Islam lah yang sudah mulai terlihat kesiapannya. Dan yang paling siap adalah muslim di wilayah Asia Tenggara.

Berdasarkan laporan tersebut, KH. Wahfiudin memotivasi para peserta PDT untuk lebih meningkatkan kompetensi. Karena di masa datang tingkat persaingan kerja para lulusan universitas semakin ramai. Hanya para intelektual yang memiliki kompetensi kompleks lah yang mampu bersaing.

Selanjutnya para peserta mulai dilatih meningkatkan kemampuan berfikir kritis melalui pembiasaan diri memunculkan pertanyaan-pertanyaan, dari hal yang paling kecil dan mendasar (radikal) hingga yang paling liar (maverick). Dilatih juga cara berfikir sistematis melaui diagram tulang ikan (fishbone diagram) serta berfikir konseptual.

Kemampuan berfikir ini sangat penting dilatihkan kepada peserta dalam rangka merangsang kreatifitas . Sebab realitas di dunia penemuan ilmiah justru penemuan-penemuan itu muncul dari pertanyaann yang paling sederhana, bahkan dianggap pertanyaan bodoh. Contoh, penemuan Hukum Gravitasi Bumi (Gaya Tarik Menarik Bumi) oleh Sir Isaac Newton, diawali pertanyaan sederhana: “Mengapa buah apel selalu jatuh dari atas ke bawah?” Dari pertanyaan bodoh dan sederhana itu lalu muncullah teknologi penerbangan, pesawat jet tercanggih, gedung-gedung megah dan tinggi, jembatan-jembatan panjang nan kokoh dan sebagainya.

Hampir seharian penuh mereka berlatih merancang sebuah tema ceramah menggunakan metode diagram tulang ikan. Ada yang langsung ‘trance’ dengan keasyikan baru ini sehingga mampu mengembangkan tema hingga ‘tulang terkecil dan terhalus’. Tapi ada juga yang ‘mandeg’ ketika baru sampai di tulang yang besar. Menarik, setiap peserta tampak serius. Mereka memiliki semangat yang sangat tinggi melawan batas-batas kemampuan berfikir. Berusaha memaksimalkan potensi yang selama ini terpendam.

Masuk waktu sholat Ashar, peserta harus istirahat untuk ‘melaporkan diri’ kepada Sang Maha Kuasa. Seperti biasa, semua peserta dan tim fasilitator sholat berjamaah di Musholla dekat ruang training. Beberapa menit kemudian keheningan suasana sholat Ashar berganti dengan gemuruh dzikir jahr. Menggema ke seluruh ruangan. Membelah langit Cisarua. Membahana, mengundang nur-nur malaikat berdatangan mengunjungi penyebar wangi Jannatul Firdaus. Usai Dzikir Khofy, KH. Wahfiudin menahan peserta untuk tidak buru-buru bangkit dari duduknya. Dengan mata berkaca diselingi isak tangis bahagia, beliau bercerita bahwa baru saja Pangersa Abah Anom secara ruhaniah menjenguk para peserta sebagai tanda restu. Kontan tangis haru bercampur bahagia meledak di antara para peserta.

Di hari berikutnya, peserta PDT berlatih berdakwah dengan media internet. Mas Arif, praktisi blogger dari Jakarta Islamic Center berbagi pengetahuan mengenai pembuatan blog. Melalui blog para muballigh dapat berekspresi bebas. Menuliskan hal-hal yang selama ini terpendam di dalam benak. Bahkan bisa berbisnis secara online. Bagi sebagian besar mahasiswa FD IAILM, hal ini memacu mereka untuk semakin akrab dengan dunia maya. Apalagi pihak kampus telah menyediakan fasitlitas wi fi gratis. Tinggal dimaksimalkan.

Hari terakhir, KH. Wahfiudin memberikan pembekalan pamungkas kepada para peserta. Konten-konten materi yang selama ini sering disampaikan dalam kursus-kursus tasawuf dipaparkan gamblang. KH. Wahfiudin memang tidak pernah setengah-setengah membina junior-juniornya untuk memiliki kompetensi yang tinggi.

Semoga dengan PDT ini, ujung-ujung tombak dakwah Ponpes Suryalaya semakin tajam menghujam ke kedalaman titik-titik dakwah. Dari kota metropolitan hingga ke pedalaman hutan. Dari bibir-bibir pantai hingga ke lereng-lereng gunung nan landai. (han)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar