Jumat, Juli 23, 2010

Memperkuat Kompetensi Melalui Karya Tulis

KORWIL DKI JAKARTA terus mengasah kompetensi ikhwan-akhwat TQN di lingkungannya. Kali ini, pada Sabtu 26 Juni 2010, Korwil Jakarta mengirimkan duapuluhan ikhwan-akhwat untuk mengikuti Pelatihan Menulis Kreatif Non-Fiksi Islami yang diselenggarakan oleh Jakarta Islamic Center.

Pelatihan tersebut dinarasumberi oleh Asrori S. Karni (Wartawan Senior Majalah Gatra), H. Thobieb Al-Ashar, S.Ag, MSi (Tim Penyusun Pidato Menteri Agama RI dan penulis kreatif berbagai judul buku islami) dan Jaylani Ali Muhammad (Wartawan dan Editor Koran Seputar Indonesia).


Pegiriman ikhwan-akhwat TQN dalam pelatihan ini adalah wujud komitmen Korwil DKI Jakarta untuk menjadikan ikhwan-akhwat TQN Suryalaya yang Tangguh, Bermartabat dan Modern. Peningkatan kemampuan di bidang penulisan sangat penting, mengingat masih kurangnya informasi mengenai tasawuf dan TQN Suryalaya yang ditulis langsung oleh warga TQN Suryalaya.

Di zaman informasi dan teknologi sekarang ini keterampilan menulis sangat diperlukan. Masyarakat bisa dengan mudah digiring opininya pada sebuah persolan oleh hanya sekumpulan tulisan dalam artikel di media massa. Seringkali tulisan itu menjadi bahan diskusi oleh sebagian kuli warta di media elektronik. Tergantung seberapa unik judul dan konten tulisan. Begitu besarnya daya tarik sebuah karya tulis.

Sebuah laporan mengenai Piala Dunia yang baru berakhir beberapa hari yang lalu misalnya, tidak mungkin bisa dilaporkan tanpa kemampuan sang wartawan untuk menuliskan laporannya. Sementara itu, jika kita mencari informasi mengenai tasawuf di dunia maya, beragam informasi akan ditampilkan oleh internet. Dari yang mendukung hingga yang membenci bahkan mengharamkan.

Kiranya kemampuan menulis ini memang perlu diasah, meskipun rata-rata penduduk Indonesia yang sempat mengenyam pendidikan formal pernah melakukannya. Tetapi hampir dipastikan sedikit sekali yang memiliki keberanian untuk mempublikasikannya di media-media publik.

Para narasumber dalam pelatihan kali ini semuanya sepakat, untuk menumbuhkan kemampuan menulis, harus dilatih. Pak Thobieb bercerita, ia awali kegiatan menulisnya sejak duduk di bangku kuliah. Kala itu, Pak Thobieb yang berstatus mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Jakarta (UIN Jakarta sekarang) mengawalinya dengan banyak menulis untuk majalah dinding di kampusnya. Kemudian ia memberanikan diri untuk mengirimkan artikel-artikelnya ke salah satu surat kabar harian nasional. Artikelnya tidak langsung dimuat oleh surat kabar tersebut, perlu puluhan kali pengiriman artikel yang berbeda hingga dimuat di kolom opini. Karena itu ia sering mendapat ‘surat cinta’ (begitu rekan-rekan mahasiswanya sering menyebut) dari redaksi surat kabar tersebut saking seringnya artikelnya ditolak dimuat.

Namun akhirnya, penolakan demi penolakan itu menumbuhkan semangatnya untuk menulis lebih kreatif lagi. Sampai pada masanya ia mampu menulis berbagai tulisan dan tulisan-tulisannya pun dibukukan. Dari jari-jarinya yang gemar menari di atas computer, ia mampu menulis berbagai judul buku, diantaranya : “Bahaya Makanan Haram” (Al-Mawardi, Jakarta, 2002), “Fikih Gaul” (Syamil, Bandung, 2004), “Sufi Funky” (GIP, Jakarta, 2002), “Menuju Era Wakaf Produktif” (Mumtaz Publishing, Depok, 2007), dan lain-lain.

Mas Jaylani Ali Muhammad, punya cerita lain. Wartawan yang bermahkotakan rambut ikal panjang mirip mas “JAY” yang koreografer terkenal itu, memiliki kemampuan berbahasa baku yang hebat. Karena itu mas Jay dipercaya bertugas di bagian editor di kantornya. Mas Jay mengajak peserta untuk menyikapi sebuah paragaraf dalam salah satu contoh tulisan. Dalam tulisan itu tersurat beberapa kalimat yang tidak sesuai logika, bertentangan dengan historis dan tidak faktual.

Menurut Mas Jay, kesesuaian sebuah tulisan dengan logika, historis dan fakta yang ada di masyarakat sangat penting, apalagi jika tulisan tersebut bersifat non-fiksi. Karena itu untuk bisa membuat sebuah tulisan non-fiksi yang sesuai dengan tiga hal diatas, perlu banyak gizi pendukung. Gizi pendukungnya adalah banyak membaca!

Pada sesi latihan menulis, Pak Thobieb, mengajak seluruh peserta untuk menulis sebuah karya non-fiksi yang temanya diambil dari dua buah gambar yang ditampilkan pada screen projector. Dalam waktu lima belas menit, para peserta sudah banyak yang mampu menulis sesuai tema yang ditugaskan dan beberapa diantara mereka mendapatkan reward dari Pak Thobieb karena judul dan konten tulisan mereka yang unik.

Di akhir pelatihan, Ust. Abdul Latif (Kabid Pengembangan SDM Korwil DKI Jakarta) mengumpulkan para peserta dari TQN Suryalaya. Beliau berterimakasih atas kesediaan para ikhwan yang mau menjadi peserta pelatihan ini. Harapannya, setelah mengikuti pelatihan ini para peserta dihimbau agar mengirimkan karya-karya tulisnya ke www.tqn-jakarta.org untuk dipublikasikan di dunia maya. Semoga melalui pelatihan ini, semakin banyak ikhwan-akhwat TQN Jakarta yang mampu menghasilkan tulisan-tulisan kreatif dan banyak bermanfaat untuk masyarakat. (han)

Meruya, 21 Juli 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar