Hari kedua diawali dengan laporan tim wartawan. Tim wartawan yang dikomandani H. Agus Syarif dari Perwakilan Jakarta Timur mengemas laporannya dengan sangat menarik bak jurnalis professional dari televisi swasta. Dengan suara agak diberat-beratkan seperti SAMBAS, reporter TVRI era 80-an, H. Agus memandu timnya untuk melaporkan kegiatan pelatihan selama 24 jam. Ada tim yang berakting siaran langsung seperti di tempat kejadian perkara (TKP) dilengkapi dengan wawancara dengan peserta pelatihan. Gerrr di sana-sini terlontar dari peserta yang menonton dialog-dialog lucu berkaitan tingkah mereka saat mengikuti pelatihan di hari pertama.
Kemudian dilanjutkan dengan mendiskusikan kembali program-program yang telah mereka susun. Lebih spesifik lagi terhadap program yang paling diunggulkan. Mereka harus membuat proposal seefektif mungkin agar program-program unggulan mereka bisa terlaksana dan mudah mendapatkan kucuran dana apabila diajukan kepada calon-calon donator atau sponsor.
Jakarta Utara memilih program Pelatihan Muballigh Tasawuf, Jakarta Barat memilih program Pelatihan Tahsinul Qiro’ah untuk ikhwan-akhwat TQN Suryalaya di wilayahnya, Jakarta Selatan mengunggulkan program Khitanan Massal untuk anak-anak dari keluarga tidak mampu, Jakarta Timur menggelontorkan program up load digital asset contents via content provider dan Jakarta Pusat menggelar Program Pelatihan Membentuk Qalbu Ihsani untuk menarik calon-calon pengamal TQN Suryalaya.
Sesi selanjutnya giliran praktisi Hypnotherapy, Asep Haerul Gani, Psi yang memberikan materi. Peserta diajak melakukan self healing dengan dzikir yang telah mereka miliki. Perlahan-lahan, Kang Asep, begitu beliau akrab dipanggil, membimbing peserta untuk masuk pada posisi trans mereka dalam berdzikir Khofy. Aliran enerji dzikir pada masing-masing peserta diarahkan ke bagian-bagian tubuh yang dirasa ada keluhan-keluhan. Hal ini dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengobatan sendiri tanpa harus tergantung pada berkah dan karomah Mursyid. Berkah dan karomah Mursyid penting, tetapi sebenarnya Mursyid telah memberikannya satu paket dalam proses talqin. Tinggal para murid berinisiatif bagaimana mengelolanya.
Sesi Kang Asep dilakukan hingga Maghrib,peserta diajak untuk memahami state dalam setiap perilaku. Sebuah kata-kata kotor yang diungkapkan oleh seseorang seperti, (maaf) "Anjing lu!!!" tidak harus ditanggapi dengan perasaan mangkel lalu melakukan tindakan kasar terhadap lawan bicara. Kata-kata itu akan berbeda rasanya bila dilakukan dan didengarkan dengan state yang berbeda-beda.Dicontohkan oleh Kang Asep dengan melakukannya dalam posisi berdiri, duduk dan berbaring. Ada perbedaan rasa dalam setiap state. Contoh ini kemudian diaplikasikan untuk membangkitkan rasa percaya diri peserta dengan mengubah state.
Di akhir sesinya Kang Asep mengajak peserta untuk menumpahkan kekecewaan dan harapannya terhadap kepengurusan Korwil DKI Jakarta dalam bentuk tulisan di atas kertas metaplan yang berbeda warna. Usai itu mereka diharuskan menuliskan keunggulan masing-masing dan aksi yang akan dilakukan sesuai dengan keunggulannya itu, juga di atas kertas metaplan yang berbeda warna. Selanjutnya ditempelkan pada kain satin yang sudah dipasang di dinding sekeliling ruang pelatihan.
Kemudian Kang Asep memohon Ketua Korwil untuk melihat dan menanggapi ringkasan dari kekecewaan, harapan, keunggulan dan aksi dari masing-masing peserta. Ketua Korwil menanggapi serius sesi ini dan mengharapkan peserta untuk memberikan komitmennya guna tercapai cita-cita organisasi.
Mengawali sesi di malam kedua Ketua Korwil DKI Jakarta menanamkan dengan penuh kesadaran bahwa kami yang berlatih adalah murid-murid Pangersa Abah yang bertugas taat, belajar dan mengamalkan ajaran-ajaran Pangersa Abah. Selain itu kami juga adalah pengurus dan menjadi wakil Pangersa Abah dalam hal berbagi, melayani dan membimbing ikhwan-akhwat TQN Suryalaya.
Mengharukan...ketika gambar terbaru Pangersa Abah yang diambil saat Pangersa berulang tahun pada usia ke-95 ditampilkan pada layar peraga di hadapan peserta. Sambil menatap gambar Pangersa Abah, Ust Wahfiudin menanamkan keyakinan dan bertanya kepada peserta "Siapa Kamu?" dengan serta merta kami menjawab, "Kami Murid Abah, Kami Wakil Abah". Perlahan bulir-bulir bening menetes... membasahi pipi... Sesak di dada... Pertanyaan itu diulang berkali-kali, dan peserta menjawab sambil berteriak "Kami Murid Abah, Kami Wakil Abah!!!" Isak tangis pun perlahan memenuhi ruangan. Allahu Akbar...Allahu Akbar...Allahu Akbar...
Masih dalam suasana syahdu hasil doktrinasi Ust. Wahfiudin , Mas Syahrul Ramadhan narasumber berikutnya masuk mengisi materi. Untuk mencairkan suasana Mas Syahrul yang masih tergolong muda bertanya kepada peserta “Anda siap berubah?” Otomatis peserta menjawab: “Siap!!!”Lalu Mas Syahrul mengajak masing-masing peserta untuk menggambar di atas kertas putih seekor bebek dan pemandangan. Lalu hasil gambar itu diminta untuk diangkat dan diperlihatkan kepada sesama peserta. Sebagian besar menggambar bebek dengan kepala menghadap ke kiri dan ekor di sisi kanan serta menggambar pemandangan dua buah gunung dengan latar depan persawahan dan latar belakang matahari yang bersinar.
Dengan sedikit tersenyum Mas Syahrul berkomentar: “Ini artinya rata-rata Anda belum siap berubah, buktinya masih menggambar bebek dengan arah kepala ke kiri, ekor ke kanan dan pemandangan gunung, sawah dan matahari. Ini adalah paradigma lama. Bukankah arah kepala bebek bisa ke kanan, ke depan atau ke belakang? Bukankah gambar pemandangan bisa berbentuk gedung-gedung tinggi di tengah kota, jalan tol atau pemukiman kumuh di pinggiran kota dan sebagainya?”
Sebagian peserta mengangguk pertanda setuju. Lalu Mas Syahrul melanjutkan materinya. Materi yang sangat mencerahkan. Peserta diajak memahami teknik-teknik pembuatan proposal. Dari A sampai Z. Bagaimana caranya membuat proposal dari segi tampilan, isi dan cara mempresentasikannya.
Beberapa tips yang diberikan oleh Mas Syahrul berkaitan presentasi proposal:
1. Rational Persuasion; dalam mempresentasikan porposal haruslah rasional.
2. Inspiration Appeals Tactics; biarkan donatur memberi inspirasi.
3. Consultation; bangunkan kebutuhan aktualisasi diri, minta donatur mengisi acara.
4. Ingratiation tactics; selingi humor untuk merilis ketegangan.
5. Personal Appeals Tactics; bangun memory indah yang pribadi: seperti masa-masa awal. pertemuan dengan calon donator yang penuh canda dan tawa.
6. Exchange tactics; cari kesamaan hoby.
7. Coalition tactics; Sebut nama orang berpengaruh yang kita kenal dekat dalam menggolkan proposal.
8. Pressure tactics; daya tekan: eg. Bupati sudah meresmikan tapi kita kurang dana.
9. Legitimizing tactics; memanfaatkan jabatan untuk menggolkan proposal.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar