Ada sebuah buku berjudul “Kanzun Najah” karangan Syekh Abdul Hamid Kudus yang pernah mengajar di Makkatul Mukaramah. Dalam buku tersebut diterangkan bahwa telah berkata sebagian ulama ‘arifin dari ahli mukasyafah (sebutan ulama sufi tingkat tinggi), bahwa setiap hari Rabu di akhir bulan Shafar diturunkan ke bumi sebanyak 360.000 malapetaka dan 20.000 macam bencana.
Bagi orang yang melaksanakan shalat Rebo Wekasan atau shalat tolak bala pada hari tersebut sebanyak 4 raka’at satu kali salam atau 2 kali salam dan pada setiap raka’at setelah membaca surat Al Fatihah dilanjutkan dengan membaca surat Al Kautsar 17 kali, surat Al Ikhlas 5 kali, surat Al Falaq 2 kali dan surat An Nas 1 kali. Setelah selesai shalat dilanjutkan membaca do’a tolak bala, maka orang tersebut terbebas dari semua malapetaka dan bencana yang sangat dahsyat tersebut.
Tahun 1431 H ini, insya Allah hari Rabu terakhir bulan Shafar jatuh pada tanggal 10 Februari 2010 pelaksanaannya ba’da sholat isyroq (Shalat tanda bersyukur nikmat atas masih berjumpanya kita dengan matahari pagi) sekitar pukul 06.15 WIB.
Setelah Sholat membaca istighfar :
Ashtaghfirullohal ‘azhim alladzi laa ilaaha illa huwal hayyul qoyyum wa atuubu ilayh. Taubata ‘abdin zhoolimiin la yamliku linafsihi dhorrow wa laa naf ‘aw walaa mawtaw walaa hayataw walaa nusyuuro wa la hawla wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘azhim (3x)
Aku memohon ampun kepada Allah yang Tiada Tuhan selain Dia yang Maha Hidup dan Maha Tegak dan aku bertaubat kepadaNya dengan taubatnya seorang hamba yang dzalim yang tidak berkuasa terhadap dirinya sendiri baik dari bahaya, manfaat, kematian, kehidupan dan kebangkitan. Dan tiada daya maupun upaya kecuali dengan (izin) Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung.
Lalu membaca doa berikut (3 kali):
Allahumma sholli wa sallim ‘alaa sayyidina muhammadiw wadfa’ ‘annaa minal balaa il mubromi innaka ‘alaa kulii syay in qodiir. Allahumma innii a’uudzubika bikalimaatikat taammati kullihaa minarr royhil ahmari wa minad daa’il akbaari fin nafsi waddaami wallahmi waludzmi waljuluudi wal ‘uruuqi subhaanaka idzaa qodhoyta amron an tquula lahuu kun fayakuun. Allahu Akbar. Allahu Akbar. Allahu Akbar. Birohmatika Yaa Arhamar Roohimiin
Ya Allah curahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepada tuan kami Muhammad dan tolaklah bala mubrom dari kami, sesungguhnya Engkau berkuasa atas segala sesuatu. Yaa Allah Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dengan seluruh kalimatMu yang sempurna dari angin merah dan dari pnyakit yang besar di dalam diri, darah, daging, tulang, kulit bahkan keringat. Mahasuci Engkau yang jika Engkau memutuskan sesuatu Engkau mengatakan kepadanya ‘jadilah’ maka menjadilah ia. Allah Maha Besar. Allah Maha Besar. Allah Maha Besar. Dengan rahmatMu wahai Yang Paling Besar Kasih Sayangnya.
Kamis, Januari 28, 2010
Rabu, Januari 13, 2010
Menuju TQN Suryalaya yang Tangguh, Bermartabat dan Modern III
Hari ketiga pelatihan diawali tim wartawan yang melaporkan kegiatan pelatihan di hari kedua. Berbeda dengan tim wartawan sebelumnya, tim wartawan kali ini menyoroti diskusi menarik tentang dampak psikologis orang yang hilang kesadarannya akibat kesurupan. Menurut Kang Asep, orang kesurupan sebenarnya bukan kemasukan jin dan sebangsanya, tapi itu adalah fenomena orang tersebut yang masuk ke dalam alam bawah sadarnya dan membangkitkan memori intelektual sehingga mampu berbicara tidak dengan bahasa sehari-hari.
Kemudian tim wartawan mewawancarai peserta yang hadir. Menurut peserta tersebut, ia memiliki pandangan yang berbeda, karena dulu ia adalah salah seorang yang sering dimintai tolong untuk menyembuhkan orang yang kesurupan. Menurutnya orang kesurupan adalah orang yang kemasukan jin. Walaupun ia tidak pernah melihatnya, tapi ia bisa merasakan kehadiran jin itu di dalam orang yang kesurupan. Wallahu A’lam. Lalu wartawan itu menyimpulkan ini perlu pembahasan lebih lanjut, perlu ada materi tentang jinologi atau setanologi.
Mas Anwar Sani, Direktur Al Azhar Peduli Umat hadir di tengah-tengah peserta pada sesi pertama di hari terakhir. Mas Sani akan berbagi teknik-teknik fund raising berdasarkan pengalamannya ketika bergabung di Dompet Dhuafa Repubika dan memimpin Al Azhar Peduli Umat.
Mas Sani bercerita, ketika ditawari menjadi pemimpin Al Azhar Peduli Umat, ia mulai dari nol. Betapa tidak, Pengelola Masjid Al Azhar Kebayoran Baru hanya menyediakan ruangan kosong berukuran 4 X 5 meter. Jangankan computer, meja kursi pun tidak ada. Mas Sani berfikir keras, apa yang harus saya mulai? Lalu ia membuat papan reklame di atas atap Masjid Istiqlal dengan harapan jamaah masjid Al Azhar mengetahui ada kantor Zakat di Masjid Azhar, dengan demikian mereka akan segera mendonasikan dananya. Tapi apa yang terjadi? Bukannya calon-calon donatur yang datang, melainkan calon-calon mustahiq. Mas Sani bingung, dana belum masuk tapi sudah banyak orang yang butuh dibantu. Akhirnya Mas Sani hanya bisa menyarankan bersabar dahulu dan menjanjikan akan memenuhi problem para mustahiq dalam waktu beberapa minggu ke depan.
Berdasarkan permohonan dari para calon mustahiq, Mas Sani membuat program-program kreatif. Kemudian ia sosialiasikan di hadapan jamaah masjid Al Azhar di setiap kajian rutin dan jamaah shalat Jum’at. Alhamdulillah seiring berjalannya waktu, dengan program yang kreatif dan sosialisasi yang intensif akhirnya terkumpullah dana dan para calon mustahiq pun terbantu masalahnya.
Menurut Mas Sani, fundraising memiliki tujuan antara lain:
1. menghimpun dana, donatur, simpatisan dan dukungan,
2. membangun citra baik lembaga dan
3. memuaskan donatur.
Karena itu ada beberapa tahapan dalam tahapan fundraising yakni
1. Berfikir dalam menciptakan inovasi program,
2. Menyajikannya dalam proposal,
3. Menyusun strategi promosi,
4. Proses penghimpunan,
5. Pelayanan donatur,
6. Publikasi donasi dan
7. Pertanggungjawaban
Untuk para fundraiser , Mas Sani memberikan beberapa tips, yakni :
1. Big thinking (Berfikir besar) dengan cara memperluas pengetahuan, memperluas hubungan/jejaring dan memperluas dunia;
2. Paradoc Thingking (berfikir terbalik), Hidup yang penuh dengan tekanan sesungguhnya adalah hidup yang penuh dengan kekuatan;
3. Focussed Thingking (Berfikir focus), bekerja dengan prioritas dan target serta focus pada tujuan;
4. Simplicity Thingking (Berfikir mudah), buat semuanya menjadi mudah, jika ada kesalahan, tanamkan bahwa kesalahan adalah ibunya penemuan.
Sejak awal berdirinya hingga akhir tahun 2009, Al Azhar Peduli umat dibawah kendali Mas Sani telah membukukan perolehan ZIS dari masyarakat hingga 11 milyar rupiah lebih. Sebuah prestasi yang luar biasa.
Tiba pada sesi kedua, saatnya mempresentasikan proposal kegiatan masing-masing tim kepada calon donatur. Panitia sengaja meng-create simulasi presentasi ini agar para peserta mengalami langsung bagaimana suasana mempresentasikan proposal di hadapan calon donatur dan targetnya adalah para calon donatur itu mau mengucurkan dananya.
Panitia telah menghadirkan beberapa narasumber yang akan menjadi calon donatur, yakni Ust. Wahfiudin, selain Ketua Korwil DKI Jakarta beliau juga adalah Direktur Radix Training & Consulting juga Anggota Dewan Pengawas Bazis DKI Jakarta. Lalu ada Pak Jhony Hadisuryo selain mantan Ketua Korwil DKI Jakarta beliau adalah Direktur sebuah Lembaga Accounting dan praktisi perbankan. Serta Pak H. Asri Rukun, Direktur Utama sebuah perusahaan Kargo Nasional yang kliennya sudah mendunia.
Di hadapan ketiga orang ini, kelima tim mempresentasikan proposalnya. Sebuah pengalaman yang berharga. Ada saja keunikan yang ditampilkan oleh masing-masing peserta. Perwakilan Jakarta Utara mendapat kesempatan pertamakali. Karena baru pertama kali tentu saja banyak kekurangan terjadi, diantaranya lupa memperkenalkan diri kepada calon donatur. Mungkin karena di alam realita menganggap sudah saling mengenal. Presenter tergagap dalam mempresentasikan proposalnya akhirnya konsep jadi tidak jelas.
Saat evaluasi, tim donatur memaklumi kekurangan tim pertama ini. Untuk itu porsi peniliaian yang diberikan kepada tim pertama standarnya dipermudah dibanding tim-tim berikutnya. Berturut-turut kemudian perwakilan dari Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan mempresentasikan proposalnya.
Akhirnya sesi presentasi ini dimenangkan oleh tim Perwakilan Jakarta Pusat. Salah satu penilaian terbesarnya adalah ketika mereka melakukan presentasi hampir tidak ada kesan meminta dana. Bahasanya sangat elegan. Mereka mengajak kerjasama kepada calon donatur untuk memberikan Pelatihan Membentuk Qalbu Ihsani kepada sebuah komunitas di tempat tinggalnya dan mempersilakan calon donatur untuk mensosialisasikan produk-produk calon donatur kepada para peserta pelatihan. Selebihnya karena panitia membantu calon donatur mensosialisasikan programnya maka imbalannya calon donatur diharapkan menyiapkan tempat dan konsumsi peserta. Rupanya tim Jakarta Pusat menerapkan ilmu yang didapatnya dari Mas Syahrul dan Mas Sani. Mereka lakukan penjualan program dengan cara yang kreatif.
Sesi simulasi ini mendapatkan atensi yang luar biasa dari para peserta juga narasumber yang hadir. Mereka menilai Korwil DKI Jakarta sangat serius menggarap kualitas pengurus YSB baik tingkat KORWIL maupun Perwakilan. Skill peserta benar-benar diasah dan mampu mempraktekkan teori-teori yang diterimanya. Mudah-mudahan ini menjadi bekal peningkatan kinerja organisasi.
Sesi terakhir adalah membangun kerjasama tim. Para peserta diberikan simulasi kerjasama menggunakan broken square. Panitia menyiapkan lima buah amplop yang masing-masing berisi tiga potongan kertas. Tiga buah potongan kertas itu tadinya menyatu dalam bentuk empat persegi panjang sama sisi. Lalu empat persegipanjang sama sisi itu dipotong-potong sedemikian rupa dalam tiga potongan dan ditaruh dalam amplop-amlop itu secara acak, sehingga potongan-potongan kertas yang tersimpan di dalam amplop tidak lagi membentuk empat persegipanjang sama sisi.
Tugas peserta adalah menggabungkan kembali potongan-potongan kertas itu di masing-masing amplop tersebut dengan persayaratan tidak boleh komunikasi (lisan, isyarat, sms dll), meminta potongan kertas rekan satu timnya dan tim lain, mengambil potongan kertas rekan satu tim atau tim lain, mengambil alih semua pekerjaan satu tim. Satu yang hanya diperbolehkan, yakni memberi potongan kertas kepada rekan satu tim dan harus jelas diberikan kepada siapa.
Dengan persyaratan-persyaratan tersebut kerja tim tidak lagi mudah. Mereka bekerja dalam kesunyian, tanpa komunikasi. Hanya tangan dan otak saja yang bekerja serta mengandalkan kemurahan masing-masing peserta. Disinilah peserta diajak untuk memunculkan sikap empati mereka kepada teman-teman satu tim. Jika ada diantara anggota tim yang egois, mau menang sendiri dan menganggap telah menyelesaikan tugas, justru kehancuran yang akan terjadi . Tim yang menang adalah tim yang mau berbagi, tidak sok jadi pemimpin, tidak egois dan memiliki jiwa sosial yang tinggi.
Akhirnya kegiatan pelatihan ditutup dengan overview keseluruhan acara oleh Ketua Korwil. Usai itu Ketua Korwil DKI Jakarta meminta kembali komitmen masing-masing peserta untuk bekerja aktif dan loyal terhadap organisasi dan Pangersa Abah. Komitmen-komitmen tersebut ditulis di selembar kertas dan diserahkan kepada Ketua Korwil oleh masing-masing peserta. Puncak acara ini sungguh dramatis. Betapa tidak masing-masing peserta melakukan ijab qabul untuk berbakti kepada Pangersa Abah dan organisasi, semacam deklarasi pribadi.
Pada awalnya prosesi ijab qabul komitmen berlangsung normal, satu persatu peserta menyerahkan komitmen tertulisnya kepada Ketua Korwil. Lama kelamaan suasana berubah syahdu dan haru manakala ada di antara peserta terbawa emosi dan berubah menjadi isak tangis tertahan. Sambil mengucapkan ijabnya di antara peserta mulai menitikkan bulir-bulir bening dari sudut mata. Teringat betapa suci tugas mulia menjadi wakil Pangersa Abah dalam organisasi. Apalagi saat sebelumnya Ust. Wahfiudin kembali menekankan doktrin loyalitas dan bertanya “Siapa Kamu?” Lalu peserta menjawab :”Saya Murid Abah, Saya Wakil Abah!!!”
“Hari ini, 3 Januari 2010 disaksikan oleh seluruh peserta, disaksikan oleh para malaikat, disaksikan oleh para wali mursyid, disaksikan oleh Allah SWT, saya serahkan komitmen saya kepada Ketua Korwil DKI Jakarta dan hakikatnya kepada Pangersa Abah. Saya akan bekerja berdasarkan kemampuan saya di bidang (… … …sesuai keunggulan peserta) demi kemajuan TQN Suyalaya. Semoga Allah Swt meridhoi dan memberikan berkahNya. Amiin.” Begitu kurang lebih yang dikatakan masing-masing peserta.
Tidak ketinggalan panitia yang turut meng-create program ini. Mereka pun menyerahkan komitmen tertulisnya kepada Ketua Korwil DKI Jakarta. Yang lebih mengharukan, setelah semua komitmen diterima oleh Ketua Korwil, Ketua Korwil pun ingin menyerahkan komitmennya kepada semua peserta dan panitia. Satu persatu peserta dihampiri, mengagetkan… Ust Wahfiudin sang Ketua Korwil yang terkenal ahli dakwah. Dan dakwahnya sudah mendunia. Ketinggian ilmunya pun tidak diragukan lagi. Dengan rendah hati beliau ciumi tangan masing-masing peserta dan merangkul mereka… Allah….Allah….Allah… teriakan bernada memuji Allah itu membahana di seluruh ruangan. Isak tangis tertahan itu kini tidak lagi bisa terbendung, keluar deras bagai air waduk yang ingin menjebol benteng-benteng bendungan.
Klimaks. Semua menjadi satu hati. Berusaha semaksimal mungkin untuk kemajuan TQN Suryalaya. Menjadi organisasi yang tangguh, bermartabat dan modern. Insya Allah. Bil barakah wal karamah Syekh Ahmad Shahibul Wafa Tajul ‘Arifin, Al Fatihah… (han)
Meruya , 6 Januari 2010
20 Muharram 1431 H
Kemudian tim wartawan mewawancarai peserta yang hadir. Menurut peserta tersebut, ia memiliki pandangan yang berbeda, karena dulu ia adalah salah seorang yang sering dimintai tolong untuk menyembuhkan orang yang kesurupan. Menurutnya orang kesurupan adalah orang yang kemasukan jin. Walaupun ia tidak pernah melihatnya, tapi ia bisa merasakan kehadiran jin itu di dalam orang yang kesurupan. Wallahu A’lam. Lalu wartawan itu menyimpulkan ini perlu pembahasan lebih lanjut, perlu ada materi tentang jinologi atau setanologi.
Mas Anwar Sani, Direktur Al Azhar Peduli Umat hadir di tengah-tengah peserta pada sesi pertama di hari terakhir. Mas Sani akan berbagi teknik-teknik fund raising berdasarkan pengalamannya ketika bergabung di Dompet Dhuafa Repubika dan memimpin Al Azhar Peduli Umat.
Mas Sani bercerita, ketika ditawari menjadi pemimpin Al Azhar Peduli Umat, ia mulai dari nol. Betapa tidak, Pengelola Masjid Al Azhar Kebayoran Baru hanya menyediakan ruangan kosong berukuran 4 X 5 meter. Jangankan computer, meja kursi pun tidak ada. Mas Sani berfikir keras, apa yang harus saya mulai? Lalu ia membuat papan reklame di atas atap Masjid Istiqlal dengan harapan jamaah masjid Al Azhar mengetahui ada kantor Zakat di Masjid Azhar, dengan demikian mereka akan segera mendonasikan dananya. Tapi apa yang terjadi? Bukannya calon-calon donatur yang datang, melainkan calon-calon mustahiq. Mas Sani bingung, dana belum masuk tapi sudah banyak orang yang butuh dibantu. Akhirnya Mas Sani hanya bisa menyarankan bersabar dahulu dan menjanjikan akan memenuhi problem para mustahiq dalam waktu beberapa minggu ke depan.
Berdasarkan permohonan dari para calon mustahiq, Mas Sani membuat program-program kreatif. Kemudian ia sosialiasikan di hadapan jamaah masjid Al Azhar di setiap kajian rutin dan jamaah shalat Jum’at. Alhamdulillah seiring berjalannya waktu, dengan program yang kreatif dan sosialisasi yang intensif akhirnya terkumpullah dana dan para calon mustahiq pun terbantu masalahnya.
Menurut Mas Sani, fundraising memiliki tujuan antara lain:
1. menghimpun dana, donatur, simpatisan dan dukungan,
2. membangun citra baik lembaga dan
3. memuaskan donatur.
Karena itu ada beberapa tahapan dalam tahapan fundraising yakni
1. Berfikir dalam menciptakan inovasi program,
2. Menyajikannya dalam proposal,
3. Menyusun strategi promosi,
4. Proses penghimpunan,
5. Pelayanan donatur,
6. Publikasi donasi dan
7. Pertanggungjawaban
Untuk para fundraiser , Mas Sani memberikan beberapa tips, yakni :
1. Big thinking (Berfikir besar) dengan cara memperluas pengetahuan, memperluas hubungan/jejaring dan memperluas dunia;
2. Paradoc Thingking (berfikir terbalik), Hidup yang penuh dengan tekanan sesungguhnya adalah hidup yang penuh dengan kekuatan;
3. Focussed Thingking (Berfikir focus), bekerja dengan prioritas dan target serta focus pada tujuan;
4. Simplicity Thingking (Berfikir mudah), buat semuanya menjadi mudah, jika ada kesalahan, tanamkan bahwa kesalahan adalah ibunya penemuan.
Sejak awal berdirinya hingga akhir tahun 2009, Al Azhar Peduli umat dibawah kendali Mas Sani telah membukukan perolehan ZIS dari masyarakat hingga 11 milyar rupiah lebih. Sebuah prestasi yang luar biasa.
Tiba pada sesi kedua, saatnya mempresentasikan proposal kegiatan masing-masing tim kepada calon donatur. Panitia sengaja meng-create simulasi presentasi ini agar para peserta mengalami langsung bagaimana suasana mempresentasikan proposal di hadapan calon donatur dan targetnya adalah para calon donatur itu mau mengucurkan dananya.
Panitia telah menghadirkan beberapa narasumber yang akan menjadi calon donatur, yakni Ust. Wahfiudin, selain Ketua Korwil DKI Jakarta beliau juga adalah Direktur Radix Training & Consulting juga Anggota Dewan Pengawas Bazis DKI Jakarta. Lalu ada Pak Jhony Hadisuryo selain mantan Ketua Korwil DKI Jakarta beliau adalah Direktur sebuah Lembaga Accounting dan praktisi perbankan. Serta Pak H. Asri Rukun, Direktur Utama sebuah perusahaan Kargo Nasional yang kliennya sudah mendunia.
Di hadapan ketiga orang ini, kelima tim mempresentasikan proposalnya. Sebuah pengalaman yang berharga. Ada saja keunikan yang ditampilkan oleh masing-masing peserta. Perwakilan Jakarta Utara mendapat kesempatan pertamakali. Karena baru pertama kali tentu saja banyak kekurangan terjadi, diantaranya lupa memperkenalkan diri kepada calon donatur. Mungkin karena di alam realita menganggap sudah saling mengenal. Presenter tergagap dalam mempresentasikan proposalnya akhirnya konsep jadi tidak jelas.
Saat evaluasi, tim donatur memaklumi kekurangan tim pertama ini. Untuk itu porsi peniliaian yang diberikan kepada tim pertama standarnya dipermudah dibanding tim-tim berikutnya. Berturut-turut kemudian perwakilan dari Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan mempresentasikan proposalnya.
Akhirnya sesi presentasi ini dimenangkan oleh tim Perwakilan Jakarta Pusat. Salah satu penilaian terbesarnya adalah ketika mereka melakukan presentasi hampir tidak ada kesan meminta dana. Bahasanya sangat elegan. Mereka mengajak kerjasama kepada calon donatur untuk memberikan Pelatihan Membentuk Qalbu Ihsani kepada sebuah komunitas di tempat tinggalnya dan mempersilakan calon donatur untuk mensosialisasikan produk-produk calon donatur kepada para peserta pelatihan. Selebihnya karena panitia membantu calon donatur mensosialisasikan programnya maka imbalannya calon donatur diharapkan menyiapkan tempat dan konsumsi peserta. Rupanya tim Jakarta Pusat menerapkan ilmu yang didapatnya dari Mas Syahrul dan Mas Sani. Mereka lakukan penjualan program dengan cara yang kreatif.
Sesi simulasi ini mendapatkan atensi yang luar biasa dari para peserta juga narasumber yang hadir. Mereka menilai Korwil DKI Jakarta sangat serius menggarap kualitas pengurus YSB baik tingkat KORWIL maupun Perwakilan. Skill peserta benar-benar diasah dan mampu mempraktekkan teori-teori yang diterimanya. Mudah-mudahan ini menjadi bekal peningkatan kinerja organisasi.
Sesi terakhir adalah membangun kerjasama tim. Para peserta diberikan simulasi kerjasama menggunakan broken square. Panitia menyiapkan lima buah amplop yang masing-masing berisi tiga potongan kertas. Tiga buah potongan kertas itu tadinya menyatu dalam bentuk empat persegi panjang sama sisi. Lalu empat persegipanjang sama sisi itu dipotong-potong sedemikian rupa dalam tiga potongan dan ditaruh dalam amplop-amlop itu secara acak, sehingga potongan-potongan kertas yang tersimpan di dalam amplop tidak lagi membentuk empat persegipanjang sama sisi.
Tugas peserta adalah menggabungkan kembali potongan-potongan kertas itu di masing-masing amplop tersebut dengan persayaratan tidak boleh komunikasi (lisan, isyarat, sms dll), meminta potongan kertas rekan satu timnya dan tim lain, mengambil potongan kertas rekan satu tim atau tim lain, mengambil alih semua pekerjaan satu tim. Satu yang hanya diperbolehkan, yakni memberi potongan kertas kepada rekan satu tim dan harus jelas diberikan kepada siapa.
Dengan persyaratan-persyaratan tersebut kerja tim tidak lagi mudah. Mereka bekerja dalam kesunyian, tanpa komunikasi. Hanya tangan dan otak saja yang bekerja serta mengandalkan kemurahan masing-masing peserta. Disinilah peserta diajak untuk memunculkan sikap empati mereka kepada teman-teman satu tim. Jika ada diantara anggota tim yang egois, mau menang sendiri dan menganggap telah menyelesaikan tugas, justru kehancuran yang akan terjadi . Tim yang menang adalah tim yang mau berbagi, tidak sok jadi pemimpin, tidak egois dan memiliki jiwa sosial yang tinggi.
Akhirnya kegiatan pelatihan ditutup dengan overview keseluruhan acara oleh Ketua Korwil. Usai itu Ketua Korwil DKI Jakarta meminta kembali komitmen masing-masing peserta untuk bekerja aktif dan loyal terhadap organisasi dan Pangersa Abah. Komitmen-komitmen tersebut ditulis di selembar kertas dan diserahkan kepada Ketua Korwil oleh masing-masing peserta. Puncak acara ini sungguh dramatis. Betapa tidak masing-masing peserta melakukan ijab qabul untuk berbakti kepada Pangersa Abah dan organisasi, semacam deklarasi pribadi.
Pada awalnya prosesi ijab qabul komitmen berlangsung normal, satu persatu peserta menyerahkan komitmen tertulisnya kepada Ketua Korwil. Lama kelamaan suasana berubah syahdu dan haru manakala ada di antara peserta terbawa emosi dan berubah menjadi isak tangis tertahan. Sambil mengucapkan ijabnya di antara peserta mulai menitikkan bulir-bulir bening dari sudut mata. Teringat betapa suci tugas mulia menjadi wakil Pangersa Abah dalam organisasi. Apalagi saat sebelumnya Ust. Wahfiudin kembali menekankan doktrin loyalitas dan bertanya “Siapa Kamu?” Lalu peserta menjawab :”Saya Murid Abah, Saya Wakil Abah!!!”
“Hari ini, 3 Januari 2010 disaksikan oleh seluruh peserta, disaksikan oleh para malaikat, disaksikan oleh para wali mursyid, disaksikan oleh Allah SWT, saya serahkan komitmen saya kepada Ketua Korwil DKI Jakarta dan hakikatnya kepada Pangersa Abah. Saya akan bekerja berdasarkan kemampuan saya di bidang (… … …sesuai keunggulan peserta) demi kemajuan TQN Suyalaya. Semoga Allah Swt meridhoi dan memberikan berkahNya. Amiin.” Begitu kurang lebih yang dikatakan masing-masing peserta.
Tidak ketinggalan panitia yang turut meng-create program ini. Mereka pun menyerahkan komitmen tertulisnya kepada Ketua Korwil DKI Jakarta. Yang lebih mengharukan, setelah semua komitmen diterima oleh Ketua Korwil, Ketua Korwil pun ingin menyerahkan komitmennya kepada semua peserta dan panitia. Satu persatu peserta dihampiri, mengagetkan… Ust Wahfiudin sang Ketua Korwil yang terkenal ahli dakwah. Dan dakwahnya sudah mendunia. Ketinggian ilmunya pun tidak diragukan lagi. Dengan rendah hati beliau ciumi tangan masing-masing peserta dan merangkul mereka… Allah….Allah….Allah… teriakan bernada memuji Allah itu membahana di seluruh ruangan. Isak tangis tertahan itu kini tidak lagi bisa terbendung, keluar deras bagai air waduk yang ingin menjebol benteng-benteng bendungan.
Klimaks. Semua menjadi satu hati. Berusaha semaksimal mungkin untuk kemajuan TQN Suryalaya. Menjadi organisasi yang tangguh, bermartabat dan modern. Insya Allah. Bil barakah wal karamah Syekh Ahmad Shahibul Wafa Tajul ‘Arifin, Al Fatihah… (han)
Meruya , 6 Januari 2010
20 Muharram 1431 H
Menuju TQN Suryalaya yang Tangguh, Bermartabat dan Modern II
Hari kedua diawali dengan laporan tim wartawan. Tim wartawan yang dikomandani H. Agus Syarif dari Perwakilan Jakarta Timur mengemas laporannya dengan sangat menarik bak jurnalis professional dari televisi swasta. Dengan suara agak diberat-beratkan seperti SAMBAS, reporter TVRI era 80-an, H. Agus memandu timnya untuk melaporkan kegiatan pelatihan selama 24 jam. Ada tim yang berakting siaran langsung seperti di tempat kejadian perkara (TKP) dilengkapi dengan wawancara dengan peserta pelatihan. Gerrr di sana-sini terlontar dari peserta yang menonton dialog-dialog lucu berkaitan tingkah mereka saat mengikuti pelatihan di hari pertama.
Kemudian dilanjutkan dengan mendiskusikan kembali program-program yang telah mereka susun. Lebih spesifik lagi terhadap program yang paling diunggulkan. Mereka harus membuat proposal seefektif mungkin agar program-program unggulan mereka bisa terlaksana dan mudah mendapatkan kucuran dana apabila diajukan kepada calon-calon donator atau sponsor.
Jakarta Utara memilih program Pelatihan Muballigh Tasawuf, Jakarta Barat memilih program Pelatihan Tahsinul Qiro’ah untuk ikhwan-akhwat TQN Suryalaya di wilayahnya, Jakarta Selatan mengunggulkan program Khitanan Massal untuk anak-anak dari keluarga tidak mampu, Jakarta Timur menggelontorkan program up load digital asset contents via content provider dan Jakarta Pusat menggelar Program Pelatihan Membentuk Qalbu Ihsani untuk menarik calon-calon pengamal TQN Suryalaya.
Sesi selanjutnya giliran praktisi Hypnotherapy, Asep Haerul Gani, Psi yang memberikan materi. Peserta diajak melakukan self healing dengan dzikir yang telah mereka miliki. Perlahan-lahan, Kang Asep, begitu beliau akrab dipanggil, membimbing peserta untuk masuk pada posisi trans mereka dalam berdzikir Khofy. Aliran enerji dzikir pada masing-masing peserta diarahkan ke bagian-bagian tubuh yang dirasa ada keluhan-keluhan. Hal ini dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengobatan sendiri tanpa harus tergantung pada berkah dan karomah Mursyid. Berkah dan karomah Mursyid penting, tetapi sebenarnya Mursyid telah memberikannya satu paket dalam proses talqin. Tinggal para murid berinisiatif bagaimana mengelolanya.
Sesi Kang Asep dilakukan hingga Maghrib,peserta diajak untuk memahami state dalam setiap perilaku. Sebuah kata-kata kotor yang diungkapkan oleh seseorang seperti, (maaf) "Anjing lu!!!" tidak harus ditanggapi dengan perasaan mangkel lalu melakukan tindakan kasar terhadap lawan bicara. Kata-kata itu akan berbeda rasanya bila dilakukan dan didengarkan dengan state yang berbeda-beda.Dicontohkan oleh Kang Asep dengan melakukannya dalam posisi berdiri, duduk dan berbaring. Ada perbedaan rasa dalam setiap state. Contoh ini kemudian diaplikasikan untuk membangkitkan rasa percaya diri peserta dengan mengubah state.
Di akhir sesinya Kang Asep mengajak peserta untuk menumpahkan kekecewaan dan harapannya terhadap kepengurusan Korwil DKI Jakarta dalam bentuk tulisan di atas kertas metaplan yang berbeda warna. Usai itu mereka diharuskan menuliskan keunggulan masing-masing dan aksi yang akan dilakukan sesuai dengan keunggulannya itu, juga di atas kertas metaplan yang berbeda warna. Selanjutnya ditempelkan pada kain satin yang sudah dipasang di dinding sekeliling ruang pelatihan.
Kemudian Kang Asep memohon Ketua Korwil untuk melihat dan menanggapi ringkasan dari kekecewaan, harapan, keunggulan dan aksi dari masing-masing peserta. Ketua Korwil menanggapi serius sesi ini dan mengharapkan peserta untuk memberikan komitmennya guna tercapai cita-cita organisasi.
Mengawali sesi di malam kedua Ketua Korwil DKI Jakarta menanamkan dengan penuh kesadaran bahwa kami yang berlatih adalah murid-murid Pangersa Abah yang bertugas taat, belajar dan mengamalkan ajaran-ajaran Pangersa Abah. Selain itu kami juga adalah pengurus dan menjadi wakil Pangersa Abah dalam hal berbagi, melayani dan membimbing ikhwan-akhwat TQN Suryalaya.
Mengharukan...ketika gambar terbaru Pangersa Abah yang diambil saat Pangersa berulang tahun pada usia ke-95 ditampilkan pada layar peraga di hadapan peserta. Sambil menatap gambar Pangersa Abah, Ust Wahfiudin menanamkan keyakinan dan bertanya kepada peserta "Siapa Kamu?" dengan serta merta kami menjawab, "Kami Murid Abah, Kami Wakil Abah". Perlahan bulir-bulir bening menetes... membasahi pipi... Sesak di dada... Pertanyaan itu diulang berkali-kali, dan peserta menjawab sambil berteriak "Kami Murid Abah, Kami Wakil Abah!!!" Isak tangis pun perlahan memenuhi ruangan. Allahu Akbar...Allahu Akbar...Allahu Akbar...
Masih dalam suasana syahdu hasil doktrinasi Ust. Wahfiudin , Mas Syahrul Ramadhan narasumber berikutnya masuk mengisi materi. Untuk mencairkan suasana Mas Syahrul yang masih tergolong muda bertanya kepada peserta “Anda siap berubah?” Otomatis peserta menjawab: “Siap!!!”Lalu Mas Syahrul mengajak masing-masing peserta untuk menggambar di atas kertas putih seekor bebek dan pemandangan. Lalu hasil gambar itu diminta untuk diangkat dan diperlihatkan kepada sesama peserta. Sebagian besar menggambar bebek dengan kepala menghadap ke kiri dan ekor di sisi kanan serta menggambar pemandangan dua buah gunung dengan latar depan persawahan dan latar belakang matahari yang bersinar.
Dengan sedikit tersenyum Mas Syahrul berkomentar: “Ini artinya rata-rata Anda belum siap berubah, buktinya masih menggambar bebek dengan arah kepala ke kiri, ekor ke kanan dan pemandangan gunung, sawah dan matahari. Ini adalah paradigma lama. Bukankah arah kepala bebek bisa ke kanan, ke depan atau ke belakang? Bukankah gambar pemandangan bisa berbentuk gedung-gedung tinggi di tengah kota, jalan tol atau pemukiman kumuh di pinggiran kota dan sebagainya?”
Sebagian peserta mengangguk pertanda setuju. Lalu Mas Syahrul melanjutkan materinya. Materi yang sangat mencerahkan. Peserta diajak memahami teknik-teknik pembuatan proposal. Dari A sampai Z. Bagaimana caranya membuat proposal dari segi tampilan, isi dan cara mempresentasikannya.
Beberapa tips yang diberikan oleh Mas Syahrul berkaitan presentasi proposal:
1. Rational Persuasion; dalam mempresentasikan porposal haruslah rasional.
2. Inspiration Appeals Tactics; biarkan donatur memberi inspirasi.
3. Consultation; bangunkan kebutuhan aktualisasi diri, minta donatur mengisi acara.
4. Ingratiation tactics; selingi humor untuk merilis ketegangan.
5. Personal Appeals Tactics; bangun memory indah yang pribadi: seperti masa-masa awal. pertemuan dengan calon donator yang penuh canda dan tawa.
6. Exchange tactics; cari kesamaan hoby.
7. Coalition tactics; Sebut nama orang berpengaruh yang kita kenal dekat dalam menggolkan proposal.
8. Pressure tactics; daya tekan: eg. Bupati sudah meresmikan tapi kita kurang dana.
9. Legitimizing tactics; memanfaatkan jabatan untuk menggolkan proposal.
Bersambung...
Kemudian dilanjutkan dengan mendiskusikan kembali program-program yang telah mereka susun. Lebih spesifik lagi terhadap program yang paling diunggulkan. Mereka harus membuat proposal seefektif mungkin agar program-program unggulan mereka bisa terlaksana dan mudah mendapatkan kucuran dana apabila diajukan kepada calon-calon donator atau sponsor.
Jakarta Utara memilih program Pelatihan Muballigh Tasawuf, Jakarta Barat memilih program Pelatihan Tahsinul Qiro’ah untuk ikhwan-akhwat TQN Suryalaya di wilayahnya, Jakarta Selatan mengunggulkan program Khitanan Massal untuk anak-anak dari keluarga tidak mampu, Jakarta Timur menggelontorkan program up load digital asset contents via content provider dan Jakarta Pusat menggelar Program Pelatihan Membentuk Qalbu Ihsani untuk menarik calon-calon pengamal TQN Suryalaya.
Sesi selanjutnya giliran praktisi Hypnotherapy, Asep Haerul Gani, Psi yang memberikan materi. Peserta diajak melakukan self healing dengan dzikir yang telah mereka miliki. Perlahan-lahan, Kang Asep, begitu beliau akrab dipanggil, membimbing peserta untuk masuk pada posisi trans mereka dalam berdzikir Khofy. Aliran enerji dzikir pada masing-masing peserta diarahkan ke bagian-bagian tubuh yang dirasa ada keluhan-keluhan. Hal ini dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengobatan sendiri tanpa harus tergantung pada berkah dan karomah Mursyid. Berkah dan karomah Mursyid penting, tetapi sebenarnya Mursyid telah memberikannya satu paket dalam proses talqin. Tinggal para murid berinisiatif bagaimana mengelolanya.
Sesi Kang Asep dilakukan hingga Maghrib,peserta diajak untuk memahami state dalam setiap perilaku. Sebuah kata-kata kotor yang diungkapkan oleh seseorang seperti, (maaf) "Anjing lu!!!" tidak harus ditanggapi dengan perasaan mangkel lalu melakukan tindakan kasar terhadap lawan bicara. Kata-kata itu akan berbeda rasanya bila dilakukan dan didengarkan dengan state yang berbeda-beda.Dicontohkan oleh Kang Asep dengan melakukannya dalam posisi berdiri, duduk dan berbaring. Ada perbedaan rasa dalam setiap state. Contoh ini kemudian diaplikasikan untuk membangkitkan rasa percaya diri peserta dengan mengubah state.
Di akhir sesinya Kang Asep mengajak peserta untuk menumpahkan kekecewaan dan harapannya terhadap kepengurusan Korwil DKI Jakarta dalam bentuk tulisan di atas kertas metaplan yang berbeda warna. Usai itu mereka diharuskan menuliskan keunggulan masing-masing dan aksi yang akan dilakukan sesuai dengan keunggulannya itu, juga di atas kertas metaplan yang berbeda warna. Selanjutnya ditempelkan pada kain satin yang sudah dipasang di dinding sekeliling ruang pelatihan.
Kemudian Kang Asep memohon Ketua Korwil untuk melihat dan menanggapi ringkasan dari kekecewaan, harapan, keunggulan dan aksi dari masing-masing peserta. Ketua Korwil menanggapi serius sesi ini dan mengharapkan peserta untuk memberikan komitmennya guna tercapai cita-cita organisasi.
Mengawali sesi di malam kedua Ketua Korwil DKI Jakarta menanamkan dengan penuh kesadaran bahwa kami yang berlatih adalah murid-murid Pangersa Abah yang bertugas taat, belajar dan mengamalkan ajaran-ajaran Pangersa Abah. Selain itu kami juga adalah pengurus dan menjadi wakil Pangersa Abah dalam hal berbagi, melayani dan membimbing ikhwan-akhwat TQN Suryalaya.
Mengharukan...ketika gambar terbaru Pangersa Abah yang diambil saat Pangersa berulang tahun pada usia ke-95 ditampilkan pada layar peraga di hadapan peserta. Sambil menatap gambar Pangersa Abah, Ust Wahfiudin menanamkan keyakinan dan bertanya kepada peserta "Siapa Kamu?" dengan serta merta kami menjawab, "Kami Murid Abah, Kami Wakil Abah". Perlahan bulir-bulir bening menetes... membasahi pipi... Sesak di dada... Pertanyaan itu diulang berkali-kali, dan peserta menjawab sambil berteriak "Kami Murid Abah, Kami Wakil Abah!!!" Isak tangis pun perlahan memenuhi ruangan. Allahu Akbar...Allahu Akbar...Allahu Akbar...
Masih dalam suasana syahdu hasil doktrinasi Ust. Wahfiudin , Mas Syahrul Ramadhan narasumber berikutnya masuk mengisi materi. Untuk mencairkan suasana Mas Syahrul yang masih tergolong muda bertanya kepada peserta “Anda siap berubah?” Otomatis peserta menjawab: “Siap!!!”Lalu Mas Syahrul mengajak masing-masing peserta untuk menggambar di atas kertas putih seekor bebek dan pemandangan. Lalu hasil gambar itu diminta untuk diangkat dan diperlihatkan kepada sesama peserta. Sebagian besar menggambar bebek dengan kepala menghadap ke kiri dan ekor di sisi kanan serta menggambar pemandangan dua buah gunung dengan latar depan persawahan dan latar belakang matahari yang bersinar.
Dengan sedikit tersenyum Mas Syahrul berkomentar: “Ini artinya rata-rata Anda belum siap berubah, buktinya masih menggambar bebek dengan arah kepala ke kiri, ekor ke kanan dan pemandangan gunung, sawah dan matahari. Ini adalah paradigma lama. Bukankah arah kepala bebek bisa ke kanan, ke depan atau ke belakang? Bukankah gambar pemandangan bisa berbentuk gedung-gedung tinggi di tengah kota, jalan tol atau pemukiman kumuh di pinggiran kota dan sebagainya?”
Sebagian peserta mengangguk pertanda setuju. Lalu Mas Syahrul melanjutkan materinya. Materi yang sangat mencerahkan. Peserta diajak memahami teknik-teknik pembuatan proposal. Dari A sampai Z. Bagaimana caranya membuat proposal dari segi tampilan, isi dan cara mempresentasikannya.
Beberapa tips yang diberikan oleh Mas Syahrul berkaitan presentasi proposal:
1. Rational Persuasion; dalam mempresentasikan porposal haruslah rasional.
2. Inspiration Appeals Tactics; biarkan donatur memberi inspirasi.
3. Consultation; bangunkan kebutuhan aktualisasi diri, minta donatur mengisi acara.
4. Ingratiation tactics; selingi humor untuk merilis ketegangan.
5. Personal Appeals Tactics; bangun memory indah yang pribadi: seperti masa-masa awal. pertemuan dengan calon donator yang penuh canda dan tawa.
6. Exchange tactics; cari kesamaan hoby.
7. Coalition tactics; Sebut nama orang berpengaruh yang kita kenal dekat dalam menggolkan proposal.
8. Pressure tactics; daya tekan: eg. Bupati sudah meresmikan tapi kita kurang dana.
9. Legitimizing tactics; memanfaatkan jabatan untuk menggolkan proposal.
Bersambung...
Menuju TQN Suryalaya yang Tangguh, Bermartabat dan Modern
PELATIHAN MANAJEMEN ORGANISASI
KORWIL DKI JAKARTA, 1-3 JAN 2010
Hari itu adalah hari pertama Jakarta memasuki tahun 2010. Penduduk Jakarta masih terlena dalam nyenyak tidur setelah semalaman begadang menyambut pergantian tahun. Jalanan masih tampak lengang. Langit pun menampakkan cuaca cerah.
Suasana berbeda terlihat di Balai Diklat Departemen Pekerjaan Umum, Lebak Bulus Jakarta. Beberapa orang tampak berdatangan dengan membawa perlengkapan masing-masing. Di depan lobby utama terpasang sebuah spanduk bertuliskan Pelatihan Manajemen Organisasi (PMO) yang diselenggarakan oleh Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya Korwil DKI Jakarta. Pelatihan tersebut diselenggarakan selama tiga hari dua malam, tepatnya pada tanggal 1-3 Januari 2010. Hmm…. Luar biasa! Di saat orang-orang lain menikmati libur panjang, ikhwan-akhwat TQN Suryalaya yang akan berlatih malah mengisinya dengan belajar. Mudah-mudahan mereka diberikan kemudahan dalam memanfaatkan semua ilmunya seusai berlatih.
Menurut Ketua Korwil DKI Jakarta pelatihan ini dimaksudkan untuk memperkuat organisasi Tarekat Qadiriyah Naqsyabadiyah Suryalaya yang tangguh, bermartabat dan modern serta didedikasikan dalam rangka memperingati Milad Wali Mursyid Thariqah Qadiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya Syekh KH Ahmad Shahibul Wafa Tajul ‘Arifin yang dikenal dengan ABAH ANOM pada usia yang ke-95 tahun bertepatan pada tanggal 1 Januari 2010.
Memeriahkan milad Guru Agung adalah sebuah metode khidmah yang Insya Allah mengandung berkah dan melahirkan pancaran kasih sayang Guru Agung kepada murid-muridnya. Cara memeriahkannya pun beragam, bisa dengan datang langsung ke Suryalaya dan bersama-sama keluarga besar Guru Agung Pangersa Abah merayakannya di Madrasah atau dengan cara lain semisal kegiatan pelatihan yang diprakarsai oleh Korwil DKI Jakarta ini. Alhamdulillah cara seperti ini mendapat doa dan restu dari Pangersa Abah melalui surat yang ditandatangani oleh Sekretaris pribadi beliau, yakni Bapak H. Baban Ahmad Jihad S.B. Ar. Berikut ini adalah kutipan isi surat tersebut:
“Menjawab surat Saudara Ketua Yayasan Serba Bakti Suryalaya Korwil DKI Jakarta Nomor : 007/YSB/KORWIL/DKI/XII/09 perihal ucapan Selamat dan Mohon Restu. Pertama-tama Saya, Ummi dan Keluarga menghaturkan terimakasih atas ucapan Selamat atas Milad ke 95 Pangersa Abah.
Setelah surat tersebut dikonfirmasikan kepada Pangersa Abah, beliau merestui dan mendo’akan semoga Penyelenggaraan Pelatihan ini dapat berjalan lancar dan senantiasa dalam bimbingan serta ridho Allah SWT”
PMO diikuti oleh duapuluh tiga peserta utusan dari Korwil dan Perwakilan, tiga orang dari Korwil, enam orang dari Perwakilan Jakarta Utara, enam orang dari Perwakilan Jakarta Selatan, empat orang dari Perwakilan Jakarta Barat, dua orang dari Perwakilan Jakarta Timur dan dua orang dari Perwakilan Jakarta Pusat.
Pihak panitia mengadirkan beberapa narasumber yang sangat berkompeten, antara lain Ust. Wahfiudin (Ketua Korwil DKI Jakarta dan Wakil Talqin TQN Suryalaya), Asep Haerul Gani, Psi (praktisi Hypnotherapy), Syahrul Ramadhan (Praktisi Penyusun Proposal), Anwar Sani (Direktur Lembaga Zakat Al Azhar Peduli Umat), Jhoni Hadisuryo (Konsultan Akuntan Publik, Praktisi Perbankan dan Dewan Pengawas Korwil DKI Jakarta) serta Asri Rukun, SE (Direktur Utama sebuah perusahaan kargo nasional)
PMO adalah pelatihan yang menggunakan metode Pembelajaran Orang Dewasa, artinya pelatihan tidak melulu diisi dengan teori-teori. Peserta banyak dilibatkan dengan simulasi-simulasi yang memunculkan sikap berfikir kritis dan daya kreatif masing-masing. Panitia menyiapkan beberapa alat bantu, diantaranya kertas-kertas metaplan yang ditempelkan pada kain satin, tujuh buah flipchart, layar, LCD Projector dan lain-lain.
Panitia juga membentuk tiga tim yang beranggotakan para peserta untuk membantu kelancaran pelatihan yaitu Tim Hansip yang bertugas mengingatkan peserta untuk tepat waktu dan patuh tata tertib, Tim Enerrgizer yang bertugas memberikan penyegaran saat-saat terjadi kejenuhan dalam menerima materi di kelas dan Tim Wartawan yang melaporkan seluruh kegiatan pelatihan dalam 24 jam.
PMO dibuka dengan ritual Manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jaylani, disusul dengan sambutan Ketua Korwil DKI Jakarta sebagai penyelenggara kegiatan. Dalam sambutannya Ketua Korwil kembali mengingatkan bahwa kontrak dasar ikhwan-akhwat TQN Suryalaya terhadap Pangersa Abah Anom adalah Murid dan Mursyid. Dalam perjalanannya ada ikhwan yang dipercaya Abah untuk menjadi wakil talqin dan pengurus Yayasan Serba Bakti. Hakikatnya mereka yang mendapat kepercayaan ini adalah khodam Abah juga pelayan ikhwan. Maka para penerima kepercayaan ini adalah wakil-wakil Abah dalam menyebarkan ajaran, membimbing dan melayani para ikhwan.
Dalam tugas menjadi wakil-wakil Abah ini, khususnya untuk para pengurus YSB, dituntut memiliki 3 C, yakni Competency (kompetensi) yaitu kemampuan mengemas dan menjelaskan ajaran/pesan-pesan Abah, Contribution (kontribusi) yaitu kemampuan mengelola modal berupa ilmu atau harta dan digunakan untuk sebesar-besar keuntungan umat. Karena itu dituntut kreatifitas dalam kemampuan kontribusi ini, contoh: ketika pengurus mendapatkan sumbangan dana besar dari donator, jangan berfikir harus habis saat itu juga dengan cara dibagikan kepada mustahiq, tetapi fikirkan cara yang lebih kreatif untuk keuntungan di masa depan. Bisa dengan cara memberikan kursus computer, stir mobil, atau keahlian-keahlian lain yang mendukung para mustahiq untuk mandiri.
C yang ketiga adalah Credibility (kredibilitas) yaitu kepercayaan orang lain terutama para donator atas dana yang diamanahkan kepada pegurus berdasarkan program-program yang dilaksanakan. Ketika pengurus mampu menyelenggarakan program-program unik dan bermanfaat besar untuk umat, hal ini menjadi nilai tambah untuk meningkatkan kredibilitas. Semakin tinggi kredibilitas, maka semakin banyak pula orang tertarik dan akhirnya membantu program-program yang lain.
“Jakarta adalah pusat pemerintahan, bisnis, informasi, dan kebudayaan. Maka diperlukan organisasi yang berkarakter ‘MUDA’ agar CEKATAN dalam bertindak, KREATIF dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan yang produktif, memiliki AKSES LUAS dengan pemerintahan, dunia bisnis, dan ormas Islam lainnya dalam membangun jejaring sosial” merupakan salah satu visi Korwil DKI Jakarta. Ketua Korwil berharap visi ini selaras dengan personel pengurus perwakilan di lima wilayah kota, sehingga terwujud organisasi TQN Suryalaya yang tangguh, bermartabat dan modern.
Pada pelatihan ini peserta diajak mendesain program-program jangka pendek . Setelah pengarahan dari fasilitator para peserta dibagi kelompok berdasarkan utusan perwakilan, yakni Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Barat dan Jakarta Timur. Kemudian mereka berdiskusi. Mereka memunculkan ide-ide kreatif dan unik . Kemudian ide-ide program itu dituangkan pada flipchart lengkap dengan tujuan, sasaran peserta, waktu pelaksanaan dan anggaran biaya. Dari hasil evaluasi, fasilitator memberikan atensi yang besar terhadap tim perencana yang menampilkan item-item programnya keluar dari pengarahan standar dari fasilitator. Kreatifitas ini ditunjukkan oleh Perwakilan Jaksel dan Jaktim.
Jaksel menunjukkan kreatifitasnya dari sisi tampilan item program yang tidak harus mencontoh fasilitator, tetapi jenis programnya masih standar. Kreatifitas berbeda dimunculkan Perwakilan Jakarta Timur, meski hanya dihadiri oleh dua orang saja tetapi ragam program yang disusun sangat 'gaul', anak muda banget dan futuristik salah satu contohnya up load digital asset contents via content provider dan membentuk REM TEQaN, singkatan dari Remaja Thariqah Qadiriyah Naqsyabandiyah dalam rangka menjaring calon-calon Ikhwan-akhwat TQN Suryalaya yang berusia belasan (tingkat SMP dan SMA).
Bersambung...
Langganan:
Postingan (Atom)