Selasa, Juni 22, 2010

Masjid Istiqlal Menyambut Para Pecinta Kesucian

Manaqib Syekh Abdul Qadir Al-Jaylani qs kembali digelar untuk ketigakalinya di Masjid Istiqlal. Sabtu pagi itu, 19 Juni 2010, jamaah ikhwan-akhwat TQN Suryalaya telah banyak berdatangan. Lantunan sholawat Bany Hasyim sudah terdengar dari kejauhan, seakan suasana khidmat di Pondok Pesantren Suryalaya beralih ke tengah-tengah hiruk pikuk kesibukan kota metropolitan, Ibukota Indonesia. Kesyahduan menyeruak, membelah dinding-dinding tebal kekakuan nurani masyarakat hedonis metropolis.

Pukul 08.00 wib, dzikir khatam mulai berkumandang. Tampak di jajaran shaf terdepan, penggagas kegiatan manaqib, KH. Abdul Gaos Saefullah Al-Maslul khusyu. Dari kedua bibirnya terlihat gerakan-gerakan halus, tanda sedang melantunkan rangkaian dzikir khatam yang dipimpin Ust. Danial dari civitas academica Institut Agama Islam Lathifah Mubarakiyah (IAILM) Pondok Pesantren Suryalaya. Di sisi kirinya KH. Muhammad Soleh sama khusyu’nya. Kedua Wakil Talqin Pangersa Abah Anom ini hadir dan mengawal suksesnya kegiatan Manaqib di Masjid Istiqlal.

Di shaf-shaf berikutnya, duduk tafakur ribuan jamaah pria dan wanita. Bermakmum dzikir khatam. Tertunduk khusyu. Bibir bergetar melantunkan dzikir, kepala tertunduk menghadapkan wajah ke haribaan robbul izzati. Mengharap rahmat dan berkah dari Allah swt.

Satu jam berselang. Manaqib pun dimulai. Ust. Rosyidi penggerak dzikir di wilayah Jakarta Selatan memimpin acara. Silih berganti petugas-petugas manaqib lainnya maju ke mimbar kehormatan. Al-Qur’an dibacakan oleh KH. Abdul Aziz, yang pernah menjadi duta Indonesia dalam Musabaqah Tilawatil Qur’an tingkat Internasional. Tanbih Syekh Abdullah Mubarak bin Nur Muhammad dibacakan oleh Ust. Danial. Tawassul dipimpin oleh KH. Muhammad Soleh dan Manqobah dibacakan oleh Ust. Drs. Sholeh Masqub.

Sambutan dari Yayasan Serba Bakti Ponpes Suryalaya Korwil Prov. DKI Jakarta diwakili oleh Wakil Sekretaris, Ust. Handri Ramadian. Ketua Korwil DKI Jakarta berhalangan hadir karena masih dalam tugas memberikan pelatihan di luar kota. Dalam sambutannya, beliau mengucapkan terimakasih atas uluran tangan semua pihak dalam menyukseskan kegiatan manaqib. Terutama kepada para donatur yang menjadi soko utama kegiatan ini. Juga para panitia teknis yang berjibaku melayani para jamaah, memandu serta memelihara ketertiban. Terlebih kepada Himpunan Pemuda Suryalaya (HUDAYA) DKI Jakarta yang mengerahkan anggotanya untuk mengumpulkan dana dari Jamaah guna mendukung kegiatan HUT ke 105 Pondok Pesantren Suryalaya.

Korwil DKI Jakarta kembali menegaskan mottonya menjadikan ikhwan-akhwat TQN Jakarta yang Tangguh, Bermartabat dan Modern. Implementasinya dengan terus meningkatkan kualitas intelektual para ikhwan. Guna mendukung tujuan tersebut, maka di-create program-program seperti Pelatihan Manajemen Organisasi, Pelatihan Muballigh, Pelatihan Tasawuf, Pelatihan Internet dan Lomba Dzikir Khatam. Mengingat betapa urgent-nya peningkatan intelektualitas ummat ini, pengurus Korwil mengharapkan dukungan penuh seluruh ikhwan.

Bedah kitab Miftahush Shudur disampaikan oleh Ust. Didin Sholahudin dari Ciamis. Ustadz muda yang masih tercatat sebagai mahasiswa fakultas dakwah IAILM ini, menegaskan kembali agar seluruh ikhwan memiliki kitab Miftahush Shudur sebagai pedoman mengamalkan ajaran-ajaran Waly Mursyid. Di dalam kitab tersebut, Pangersa Abah mengutip hadits Rasulullah SAW mengenai anjuran untuk memperbaharui iman. Iman harus terus menerus diperbaharui dengan memperbanyak kalimat dzikir LAA ILAAHA ILLALLAAH.

Kalimat ini ditalqinkan oleh Rasulullah Muhammad SAW ke dalam diri para sahabat untuk membersihkan jiwa, membeningkan hati dan mengantarkan para sahabat menuju keharibaan Allah SWT. Dan proses talqin itu bersambung terus menerus turun menurun berdasarkan silsilah mu’tabarah dari para sahabat hingga Waly Mursyid zaman sekarang, Pangersa Abah Anom.

Ajengan Gaos kemudian tampil ke mimbar, namun sebelumnya beliau memberikan kesempatan kepada KH. Furqon untuk berkenan memberikan tausiyah kepada para jamaah. KH. Furqon masih terhitung tuan rumah, karena beliau adalah muballigh yang sering mengisi kegiatan ceramah ba’da Shalat Zhuhur di Masjid Istiqlal.

Dalam tausiyahnya, KH. Furqon mengingatkan jamaah keutamaan bulan Rajab. Di dalam bulan Rajab ada perintah shalat lima waktu. Ibadah badan yang paling utama adalah shalat, sedangkan hakikat shalat adalah dzikir kepada Allah. Diriwayatkan dalam sebuah hadits bahwa hadir dalam majlis dzikir lebih utama daripada ibadah shalat sunnat sebanyak seribu rakaat, lebih utama daripada merawat seribu jenazah dan lebih utama daripada menjenguk seribu orang yang sakit.

Setelah tausiyah KH. Furqon, Ajengan Gaos tampil ke atas mimbar. Beliau terlebih dulu mengumandangkan doa ulang tahun untuk Pondok Pesantren Suryalaya dan menegaskan bahwa kegiatan Manaqib di Istiqlal ini adalah hadiah untuk HUT ke 105 Pondok Pesantren Suryalaya.

15 abad yang lalu ada seorang laki-laki ingin berjamaah shalat shubuh bersama Rasulullah saw dari jarak 900 km, dia adalah Zayd al-Khayl, Zayd si ahli penunggang kuda. Betapa tidak dari jarak 900 km ia mampu mengejar shalat shubuh bersama Rasulullah saw. Lalu Rasulullah bertanya, “Siapa namamu?” Orang itu menjawab, “Nama saya Zayd Al Khayl”, Sabda Rasululllah saw kemudian, “Mulai hari ini aku ganti namamu dengan Zayd al -Khayr. Karena kamu telah bersusah payah mengejar kebaikan.” Maka berbahagialah umat yang berasal dari jarak yang jauh berusaha hadir di Masjid Istiqlal untuk mengejar kebaikan sebagaimana Zayd al-Khayr.

Ajengan Gaos mengutip hadits Rasulullah SAW, “Barang siapa mengucapkan kalimat LAA ILAAHA ILLALLAAH pada akhir ucapannya (akhir hayatnya), (orang itu) telah masuk sorga”. Karena tekstualnya kata “dakhola” merupakan kata kerja lampau (fiil madhi). Dulu, sebelum ke Suryalaya, Ajengan Gaos mengartikan kata “dakhola” dengan “dijamin akan masuk sorga”. Beliau mengakui saat itu masuk kategori berbohong, karena jika mengingat proses wafatnya Rasulullah SAW, pada akhir hayatnya Rasulullah saw tidak mengucapkan kalimat LAA ILAAHA ILLALLAAH, melainkan “UMMATII, UMMATII, UMMATII…”

Perhatikan ajaran Waly Mursyd. Dalam setiap pengucapan satu kalimat LAA ILAAHA ILLALLAAH, dianjurkan hanya dalam satu kali tarikan nafas, dan nafas dibuang saat akhir ucapan. Waly Mursyid menganjurkannya untuk dibaca minimal 165 kali setiap bada shalat fardhu. Artinya Waly Mursyid mengajarkan kepada kita untuk membiasakan diri mengakhiri ucapan dengan kalimat LAA ILAAHA ILLALLAAH. Inilah makna orang yang pasti masuk sorga.

Subhanallah, untaian kalimat-kalimat hikmah begitu deras keluar dari kedua bibir Ajengan Gaos. Betapa banyak mutiara-mutira terpendam yang jarang terungkap, kini tersibak. Bak sinar mentari yang pelan-pelan masuk ke dalam rumah saat pagi menjelang. Cahayanya perlahan menerangi seluruh ruangan, bahkan seluruh alam sekitar. Mudah-mudahan jamaah yang hadir beroleh berkah dan hidayah dari Allah SWT. (han)

Meruya, 21 Juni 2010.


2 komentar:

  1. ya allah
    semoga kau berikan kemudahan pada lisan ini
    untuk senantiasa mebgucapkan kaliat LAA ILAAHA ILLALLAAH

    BalasHapus
  2. semoga hati ini bisa terus istikomah dan terus meningkatkan zikirullah amin

    BalasHapus