Selasa, Oktober 28, 2008

Rindu...


Semua orang pasti mengalami rasa ini. Rasa yang tidak bisa dibendung jika tiba-tiba saja ia datang. Rasa yang membangkitkan sayang, haru, cinta, bahagia atau kadang-kadang sakit.

Sesuatu yang pernah kita 'miliki' sebelumnya, walau sesungguhnya kita sadar bahwa kepemilikian itu tidak sepenuhnya menjadi hak kita. Tapi, tetap saja itu menimbulkan sayang dan cinta sehingga tidak ada keinginan untuk kehilangan kepemilikan.

Ah... tidak mungkin kita mengharap lebih dari kadar yang telah diberikan oleh Sang Maha Pemberi, meski sah-sah saja kita meminta lebih. Dia, Maha Tahu apa yang kita butuhkan.

Namun, apakah salah jika kerinduan muncul lalu kita mengharap sesuatu yang hilang itu kembali?

Apakah salah jika kebahagiaan yang dulu sempat hadir lalu menghilang, kemudian kita mendambakan ia hadir kembali...?

Tiba-tiba kesadaran itu mengusik. Sebenarnya apa sih hakikat 'hilang'? Hilang itu kan ketidakhadiran sebuah materi atau non materi yang tadinya ada di dalam penglihatan kita, lalu terhapus begitu saja dari penglihatan dan dia tidak bisa dilihat lagi. Bisa saja materi atau non materi yang telah fana dari penglihatan berpindah ke ruang atau waktu lain, yang ruang dan waktu itu tidak bersamaan dengan ruang dan waktu tubuh fisik kita. Sehingga kita katakan hilang. Padahal, bisa saja ia hanya berpindah ruang dan waktu.

Ooh... andai sintesa ini benar, kehilangan itu sebenarnya tidak ada. Sesuatu yang kita rasa telah hilang itu sesungguhnya masih ada di antara kita.


Rindu ku pun tidak dapat lagi terbendung...
kuingat merekah senyum kecil penuh canda ...
kuingat kebawelan yang tak pernah berhenti dari dua bibir lucu...
kuingat tingkah ala 'power ranger' yang sering ditiru...
kuingat suara-suara kecil dan rintihan tak tertahan...
memanggil-manggil abi..., abi..., abi...
sementara aku tak kuasa menahan
takdir SANG PEMILIK untuk memeliharanya
di 'kedamaian abadi'....

Zaky Qalbu Auliya'...
Semoga engkau adalah wali kecil
di alam sana
yang melayani Rasulullah SAW
dan bersahabat dengan para sahabatnya

4 komentar:

  1. Memang berat ditinggalkan anak tercinta yang menghadap ke Allah SWT.

    Kalau saya sendiri nggak tahu apakah saya bisa sabar dan ikhlas. Berat banget sih.

    Mudah2an Sadeng tetap diberi kesabaran, keihklasan dan istiqomah dalam beribadah.

    Semakin dekat kepada Allah dan tetap terus berprasangka baik kepada Allah.

    BalasHapus
  2. Insya Allah Hudaya...

    Mudah-mudahan juga Hudaya dan juga Sadeng diberi rahmat yang tak terhingga oleh Allah SWT. Berupa Qurbah dengan-Nya

    BalasHapus
  3. sesak rasa di dada saat rindu mendera, buah hati yang didamba jauh dari plupuk mata, tapi apa mau dikata itu kehendak yang kuasa, yach semoga diberikan kesabaran,itu juga yang aku rasakan saat ini Kang .....

    BalasHapus
  4. Thx Wafa atas atensinya...

    Kewajiban kita adalah menjalankan takdir. Segala sesuatu yang ada dan sedang berjalan pada diri kita Sadeng meyakini sebagai yang terbaik yang diberikan Allah bagi diri Sadeng. Mudah-mudahan itu juga yang dirasakan oleh Wafa.

    Selamat menikmati anugerah sabar dari-Nya.

    BalasHapus