Mengusung Warna Modernisasi
Sabtu pagi 15 Agustus 2009, jamaah ikhwan dan akhwat TQN Suryalaya sudah banyak berdatangan di Masjid Istiqlal, terutama rombongan dari Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya. Mereka sangat bersemangat untuk menghadiri kegiatan Manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani qaddasallahu sirrahu di masjid kebanggaan umat muslim Indonesia pada kali kedua di tahun ini.
Kesibukan tampak terasa di arena mimbar. Sekelompok panitia sedang berusaha keras memasang dua layar berukuran besar di sisi kanan dan kiri mimbar. Dua layar besar itu khusus dipasang untuk menampilkan materi-materi manaqib, sebuah terobosan baru yang belum pernah dilakukan di tempat-tempat lain. Rencananya materi manaqib berupa teks-teks dalam huruf arab dan latin akan ditampilkan ke kedua layar besar itu melalui dua buah LCD Projector. Dengan demikian, jamaah baru atau yang belum mampu menghafal urutan wirid khataman dan tawassul menjadi terbantu.
Manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani qs di Masjid Istiqlal diselenggarakan dalam rangka renungan atas nikmat kemerdekaan Republik Indonesia di tahun yang ke-64, karena dua hari setelah itu, tepatnya pada 17 Agustus 2009 seluruh Rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke merayakannya secara nasional. Selain itu, baru saja kita melewati proses panjang pemilihan kepemimpinan nasional dan bersyukur atas lancar dan suksesnya proses pemilihan tersebut sekaligus menyambut datangnya bulan suci Ramadhan 1430 H.
Kegiatan manaqib diawali dengan dzikir khatam TQN Suryalaya pada pukul 08.30 WIB lalu dilanjutkan dengan ritual manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani qs. Ustadz Danil, aktivis dakwah dan jebolan Institut Agama Islam Lathifah Mubarokiyah (IAILM) Ponpes Suryalaya mengawali acara dengan lantunan do’a berupa pembacaan Surah al Fatihah berjamaah untuk kejayaan agama dan negara serta tujuan-tujuan lainnya.
Berturut-turut petugas manaqib melaksanakan tugas membaca ayat suci Al Qur’an, Tanbih Syekh Abdullah Mubarak bin Nur Muhammad, Dzikir Tawassul TQN Suryalaya dan Manqobah Syekh Abdul Qadir Al Jailani. Setelah itu Ketua YSB Korwil DKI Jakarta berkenan memberikan sambutan dan ucapan terimakasih atas terselenggaranya kegiatan manaqib ini.
Tiba pada sesi khidmah ilmiah, Ustadz Dadang Mulyawan, salah seorang finalis dalam acara kontes Da’i di salah satu televisi swasta nasional, menyampaikan tabaruk kitab Miftahus Shudur. Kitab pegangan Ikhwan Akhwat TQN Suryalaya yang disusun oleh Mursyid TQN Suryalaya, Syekh Ahmad Shahibul Wafa Tajul ‘Arifin. Kemudian dilanjutkan paparan ilmiah oleh KH. Zezen Zaenal Abidin Bazul Asyhab dengan gayanya yang khas. Tidak ketinggalan KH. Abdul Gaos Saefullah Al Maslul menutup khidmah ilmiah dengan tausiyah-tausiyah singkatnya namun padat dan berisi.
Keseluruhan acara dari awal hingga akhir, kali ini disiarkan langsung melalui moda audio streaming ke dunia internet. Dengan demikian ikhwan-akhwat TQN Suryalaya yang tidak berkesempatan hadir di Masjid Istiqlal bisa menyimak online melalui website http://live.radiodakwah.or.id/listen.pls.
Kesan modernisasi tervisualisasi pada kegiatan Manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani di Masjid Nasional ini. Dua layar di sisi kanan dan kiri tidak henti-hentinya menampilkan materi-materi. Ketika Dzikir Tawassul dilantunkan, pada kedua layar tampil teks Arab dan terjemahannya. Begitu juga saat ayat al Qur’an dibacakan oleh Qori Nasional ust. H. Abdul Aziz.
Menariknya, pada saat Tanbih dari Syekh Abdullah Mubarak bin Nur Muhammad dibacakan oleh Ust. Syamrodzi—jebolan Pelatihan Muballigh Tasawuf Yayasan Aqabah Sejahtera Angkatan I—kedua layar menampilkan foto Abah Sepuh dan Abah Anom pada setiap slide. Terbayang dalam imajinasi suasana Abah Sepuh mengucapkan pesan-pesannya. Pada diri ikhwan-akhwat seketika tumbuh rasa mahabbah, tak terasa bulir-bulir bening membasahi pipi. Khidmat nian.
Pun, saat Dzikir Tawassul berkumandang, dikomando oleh KH. Muhammad Soleh,Wakil Talqin DKI Jakarta, layar menampilkan teks arab dan terjemahan dalam bahasa Indonesia. Menyusul manqobah mengenai kebiasaan Syekh Abdul Qodir Al Jailani setiap malam yang dibacakan oleh ustadz Drs. Soleh Masqub, teksnya turut ditampilkan.
Kesemua itu dilaksanakan dalam rangka membantu mempermudah dan mempercepat proses belajar ikhwan-akhwat terutama yang masih baru. Dukungan teknologi sangat perlu untuk mengangkat citra tarekat yang selama ini dikenal dengan gerakan puritan. Hal ini menandai tarekat tidak anti modernisasi, sebaliknya tarekat justru mewarnai modernisasi.
Indahnya, kegiatan manaqib di Masjid Istiqlal bisa disimak di belahan dunia lain. Beberapa ikhwan-akhwat yang tinggal di Inggris dan Amerika Serikat menyampaikan terimakasih kepada panitia multimedia karena mereka bisa langsung menyimak rangkaian acara tersebut dengan penuh khidmah meski jauh dari Indonesia.