Oleh : Handri Ramadian
TQN Suryalaya di DKI Jakarta semakin pesat perkembangannya. Di banyak tempat majlis manaqiban dan majlis khataman selalu saja ada ikhwan baru bergabung. Tidak hanya yang diselenggarakan di rumah-rumah ikhwan, bahkan di masjid-masjid besar.
Berdasarkan buku Jadwal Manaqib 2010 terbitan Yayasan Serba Bakti (YSB) Pondok Pesantren Suryalaya Koordinator Wilayah (Korwil) DKI Jakarta,
di Jakarta Selatan ada 35 Majlis Manaqiban, di Jakarta Timur ada 20 Majlis Manaqiban, di Jakarta Barat ada 14 Majlis Manaqiban, di Jakarta Utara ada 8 Majlis Manaqiban dan di Jakarta Pusat ada 11 Majlis Manaqiban. Total 88 Majlis Manaqiban. Belum lagi yang tidak terdaftar di dalam buku tersebut karena keinginan para pemangku manaqibnya. Jumlahnya kira-kira 50% dari total Majlis Manaqiban yang terdaftar, maka di DKI Jakarta ada kurang lebih 130-an Majlis Manaqiban.
Pesatnya pertumbuhan ikhwan ini tidak terlepas dari figur Waly Mursyd Thariqah Qadiriyah Naqsyabandiyah (TQN) Suryalaya, Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin ra (Abah Anom). Beliau banyak mengangkat para wakil talqinnya untuk membina para Ikhwan-akhwat TQN Suryalaya. Di Jakarta, bukan hanya KH. Wahfiudin dan KH. Muhammad Sholeh saja (keduanya Wakil Talqin asal Jakarta) yang melakukan pembinaan, Wakil Talqin dari luar kota pun turut membantu melakukan pembinaan. KH. Nur Anom Mubarok, KH. Abdul Gaos, KH. Zezen Zaenal Abidin, KH. Arif Ichwani, KH. Beben Muhammad Dabbas adalah Wakil-Wakil Talqin yang mempunyai jadwal rutin pembinaan di Jakarta.
Pembinaan biasanya berjalan dari rumah ke rumah yang menjadi pemangku manaqib. Sesekali, dalam tempo yang agak panjang pembinaan dilakukan di masjid-masjid besar, sekaligus sebagai sarana syiar dakwah. Antara lain, di Masjid Istiqlal setahun sekali, di Masjid Jakarta Islamic Center Jakarta Utara tiga bulan sekali, di Masjid Kubah Mas Meruyung Depok tiga bulan sekali, dan lain-lain.
Sayangnya, di masjid-masjid besar itu pembinaan tidak bisa leluasa. Karena beberapa hal :
1. Bukan milik sendiri, sehingga mempersulit dalam menentukan waktu pembinaan. Suatu waktu ketika sang pemilik memiliki kepentingan bertepatan dengan jadwal yang kita inginkan, kita harus mengalah. Sebab kita tidak memiliki kuasa atas aset tersebut.
2. Mengeluarkan biaya lebih dengan sistem sewa tempat. Meski di beberapa masjid sistem ini sifatnya sukarela (sekemampuan pihak penyelenggara) tapi ada diantara masjid tersebut yang mematok harga sewa tinggi.
3. Faktor jarak tempuh yang sangat jauh dari jangkauan ikhwan, sehingga menimbulkan keengganan para ikhwan untuk menghadiri program pembinaan tersebut.
4. Ruang terlalu luas. Akan terlihat bagus dan menggembirakan jika ruang tersebut disesaki oleh jumlah jamaah yang berlimpah, tetapi jika dari waktu ke waktu jumlah jamaah semakin menyusut, ini menjadi tidak efektif, bahkan akan menambah enerji negatif. Sebab banyaknya ruang kosong akan mempengaruhi psikologis para jamaah yang hadir, juga para pembinanya.
Faktor-faktor penghambat ini pernah terjadi saat akan menyelenggarakan Manaqib di Masjid Istiqlal, panitia penyelenggara harus mengalah memundur-mundurkan tanggal pelaksanaan demi kepentingan negara. Waktu itu rencana pelaksanaan manaqib bertepatan dengan jadwal kedatangan salah seorang tamu negara yang sangat penting, sehingga jadwal yang sudah direncanakan harus di re-schedule. Karena memang Masjid Istiqlal adalah milik negara.
Hal yang sama terjadi, saat Korwil Jakarta akan menyelenggarakan Manaqib tingkat Korwil di Masjid Jakarta Islamic Center (JIC) Koja Jakarta Utara. Jadwal yang direncanakan ternyata sudah terisi oleh komunitas lain. Karena kita tidak memiliki kuasa atas aset tersebut, akhirnya kita kembali mengalah.
Rupanya, Allah SWT memiliki skenario lain. Ketua Korwil Jakarta, saat mendengar jadwal di JIC sudah terisi oleh pihak lain, segera melangsungkan rapat jarak jauh dengan pengurus Korwil lainnya melalui fasilitas chatting BBM (Balckberry Messengger), padahal beliau sedang ada di pedalaman Sumatera Utara. Rapat jarak jauh itu memunculkan wacana memindahkan tempat acara ke TQN Center Masjid Al-Mubarok. Sekretariat Korwil diminta mengundang para pengurus perwakilan se-DKI Jakarta untuk membicarakan wacana ini.
Rapat dengan pengurus perwakilan kemudian digelar di kediaman Wakil Ketua Korwil, H. Muhammad Usman keesokan harinya. Peserta rapat akhirnya memutuskan untuk mewujudkan wacana relokasi ini dengan pertimbangan sebagaimana empat poin di atas. Kemudian bergulirlah rapat-rapat teknis setelah itu untuk memastikan suksesnya kegiatan manaqib.
TQN Center sebagaimana namanya adalah sebuah tempat dan bangunan yang dijadikan pusat kegiatan TQN di DKI Jakarta. Tempat dan bangunan yang dijadikan TQN Center ini adalah Masjid al Mubarok. Lokasi masjid tersebut berada dalam lingkungan perekonomian yang ramai. Di sisi-sisi jalan Balai Pustaka Baru dan Jl Waru yang merupakan akses masuk menuju TQN Center banyak berdiri toko-toko fotocopy dan warung-warung makan. Selain itu, di kawasan tersebut ada dua gereja yang ramai jemaatnya, terutama di hari minggu. Kondisi ini menjadi peluang dakwah yang sangat strategis.
KH. Nur Anom Mubarok sempat berpesan kepada KH. Wahfiudin saat baru saja beliau diangkat menjadi wakil talqin oleh Pangersa Abah Anom,“Jakarta memerlukan masjid yang akan menjadi basis tqn!”
KH. Wahfiudin berfikir sejenak dan berujar di dalam batin, “Akan membangun masjid dimana, ya? Dimana-mana harga tanah mahal”. Namun demikian, KH. Wahfiudin menjawab, “Akan saya upayakan!”. Hal ini bagi KH. Wahfiudin menjadi semacam janji.
Waktu pun berjalan, KH. Wahfiudin dan jamaah di lingkungannya sempat membuka majlis dzikir di Masjid Nurul Iman, kawasan Cipinang Bundar, Rawamangun. Namun karena bukan milik komunitas TQN ditambah ada konflik internal sesama pengurus masjid, akhirnya kegiatan dzikir dipindahkan ke Masjid al-Mubarok. Saat itu Masjid Al-Mubarok dalam proses renovasi. Kondisi renovasi masih 25%.
Masjid Al-Mubarok berdiri di atas tanah yang statusnya wakaf. Salahsatu penerima wakaf adalah Bapak H. Muhammad Ahsan, seorang aktifis dzikir TQN yang seluruh keluarganya pengamal aktif dzikir TQN Suryalaya. Renovasi terakhir ini terjadi perubahan kepengurusan Nadzir. Dari lima orang Nadzir, tiga diantaranya adalah ikhwan TQN Suryalaya, yakni H. Muhammad Ahsan, KH. Wahfiudin dan Ust. Abdul Latif, SE.,MA. Saat rapat Dewan Nadzir ini kemudian diputuskan fungsi Masjid Al-Mubarok sebagai Pusat Dakwah Tasawuf dan diberi nama TQN CENTER.
Waktu terus bergulir, pembangunan renovasi masjid terus berjalan. Perlahan-lahan. Panitia pembangunan renovasi masjid yang pembinanya KH. Wahfiudin bergerak bergerilya kesana-kemari untuk mendapatkan dana. Miliran rupiah dana telah dikucurkan untuk membangun masjid ini. Sebagian besar dari jejaring ketiga Nadzir diatas. Sambil kegiatan-kegiatan dakwah terus dilakukan di dalam masjid, seperti Dzikir Harian, Khataman dan Manaqiban setiap malam Jum’at, Kursus Tasawuf (hingga tulisan ini diterbitkan, Kursus Tasawuf sudah pada angkatan ke-30), Seminar Hilal, Dzikir Khataman Tamm dan lain-lain.
Seusai pelantikan pengurus perwakilan YSB se-DKI Jakarta pada 14 Februari 2010 di Masjid Jakarta Islamic Center, Pengurus Pusat YSB PP Suryalaya yakni, Bpk. H. Mahpudin Taka (Ketua Umum), Bpk. H. Edi Karman (Sekretaris Umum) dan alm.Bpk. H. Zaenal Asikin sempat dibawa menengok TQN Center yang masih dalam tahap renovasi. Kondisi saat itu, bangunan telah berdiri dua lantai. Kubah telah terpasang tepat diatas bangunan. Dinding bagunan baru diaci. Keramik di lantai dua baru 60% terpasang. Lantai satu sudah bisa difungsikan untuk berbagai kegiatan. Untuk Sholat Jamaah, Dzikir, Kursus Tasawuf, Seminar dan lain-lain. Lantainya baru dilapisi karpet saja, belum dipasangi keramik. Secara keseluruhan proses pembangunan baru mencapai kira-kira 70%.
Pengurus pusat YSB PP Suryalaya sempat terkaget-kaget melihat kondisi bangunan semegah ini. Apalagi ketika mendengar akan menjadi TQN Center. Mereka bertanya, “Koq, nggak bilang-bilang sebelumnya?”
Sambil tersenyum KH. Wahfiudin berujar, “Kami tidak mau bilang-bilang dulu, karena semuanya masih dalam proses. Mudah-mudahan, pada saatnya nanti kami akan informasikan kepada umum”.
Bulan Februari 2011 bertepatan dengan bulan Rabiul Awwal 1432 H adalah bulan yang sangat baik. Di saat kegiatan manaqib tingkat Korwil Jakarta yang biasa diselenggarakan setiap tiga bulan di Jakarta Islamic Center terhambat karena jadwal yang sudah terisi oleh komunitas lain, bagi KH. Wahfiudin justru ini merupakan ‘isyarat’ dari Waly Mursyid Pangersa Abah Anom untuk mendayagunakan TQN Center yang memang milik ikhwan TQN. Momen yang sangat tepat untuk meresmikan Masjid Al-Mubarok yang berfungsi sebagai TQN CENTER.
TQN Center juga bukti nyata pesan KH. Nur Anom Mubarok. Insya Allah DKI Jakarta kini memiliki masjid yang akan berperan menjadi pusat dakwah TQN Suryalaya. Kegiatan TQN dalam 24 jam bisa diselenggarakan di tempat tersebut. Saat proses renovasi baru tahap 80% pun TQN Center sudah menjalankan fungsinya. Ia menjadi tempat:
1. menerima kunjungan Ikhwan-akhwat dari Pekalongan sejumlah 60 orang,
2. bermalam dan berjalannya program studi perbandingan dakwah di Perkotaan kawan-kawan mahasiswa Fakultas Dakwah IAILM Suryalaya sejumlah 32 orang selama tiga hari tiga malam,
3. penyelenggaraan Kursus Tasawuf selama enam angkatan terakhir,
4. penyelenggaraan Seminar Ilmu Falaq Dasar,
5. penyelengaraan dzikir harian, khataman dan manaqiban
6. penyelengaraan I’tikaf sepuluh hari terakhir Ramadhan 1431 H,
7. dan lain-lain
Penyelenggaraan Manaqib tingkat Korwil DKI Jakarta pada bulan Februari 2011 ini adalah perdana di TQN Center, sekaligus momen peresmian Masjid Al-Mubarok menjadi TQN Center. Insya Allah, KH. Nur Anom Mubarok sebagai Pengemban Amanah Sesepuh PP Suryalaya akan hadir dalam Gand Opening ini dan meresmikannya.
Mudah-mudahan keberadaan TQN Center menjadi faktor penunjang peningkatan Sumber Daya Manusia Ikhwan-akhwat TQN Suryalaya di DKI Jakarta yang Tangguh, Bermartabat dan Modern.
Mohon informasinya alamat Masjid Al-Mubarok dan jadwal manakib
BalasHapusmohon alamat mesjid penyelenggara khotaman dan manaqib di daerah jakarta selatan. terima masih
BalasHapusAssalamualaikum kang klw ada cara manakib an tolong
BalasHapuskabri saya kang