Kamis, Maret 11, 2010

Membangun Kompetensi Meningkatkan Kontribusi

PELATIHAN MANAJEMEN ORGANISASI II
26-28 Februari 2010

Mengulang kesuksesan penyelenggaraan Pelatihan Manajemen Organisasi Angkatan I pada 1-3 Januari 2010, YSB KORWIL DKI JAKARTA (baca: Korwil Jakarta) kembali menyelenggarakan pelatihan tersebut untuk angkatan kedua. Balai Diklat Departemen Pekerjaan Umum di Lebak Bulus Jakarta Selatan masih menjadi tempat favorit untuk digelarnya pelatihan ini. Korwil Jakarta memilih tanggal 26-28 Februari 2010 guna memanfaatkan waktu libur panjang bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.


PMO II dihadiri oleh sembilan belas peserta utusan dari lima perwakilan se-DKI Jakarta. Delapan orang dari Jakarta Timur, lima orang dari Jakarta Utara, dua orang dari Jakarta Pusat, satu orang dari Jakarta Selatan, satu orang dari Jakarta Barat dan dua orang dari Korwil Jakarta.

Para narasumber berkompeten hadir dalam rangka memberikan pencerahan kepada para peserta, yakni KH. Wahfiudin, SE, MBA (Wakil Talqin TQN Suryalaya sekaligus Ketua Korwil Jakarta), Arif Abdullah (Dompet Dhuafa Republika), Anwar Sani (Al-Alzhar Peduli Umat), Syahrul Ramadhan (Pakar dan Praktisi Penyusun Proposal) dan Syarifudin Salim (Pakar dan Praktisi Negosiasi).

Sesuai dengan motto Korwil Jakarta, pelatihan ini diharapkan akan membawa perubahan kepada para pengurus Yayasan Serba Bakti di wilayah DKI Jakarta menjadi individu yang Tangguh, Bermartabat dan Modern.

Acara dibuka oleh Ketua Korwil Jakarta, disusul ritual Manaqib Syekh Abdul Qadir Al-Jaylani qs. Unik, diantara pengurus perwakilan yang menjadi petugas manaqib, ternyata ada yang belum pernah sama sekali menjadi petugas manaqib, akibatnya terjadi kekakuan dalam pelaksanaan tugasnya. Meski demikian, hal tersebut tidak mengurangi kekhidmatan prosesi manaqib. Petugas tersebut pun, akhirnya menjadi termotivasi untuk mempelajari tatacara prosesi manaqib.

Tak kenal maka tak sayang, begitu kata pepatah. Dalam rangka mencairkan suasana, fasilitator menugaskan peserta memperkenalkan diri mereka dengan penggambaran simbol-simbol yang ada di alam sekitar. Selanjutnya mereka diharuskan mempresentasikan simbol pilihannya di depan peserta yang lain. Ada yang memilih simbol pohon kelapa, neraca, air, sepeda motor, gambar dirinya sendiri, bola, bumi, bintang dan lain-lain. Dari kegiatan ini, para peserta bisa saling mengenal karakter masing-masing.

Fasilitator menegaskan kepada para peserta, bahwa pelatihan selama tiga hari dua malam ini adalah metode pembelajaran orang dewasa. Karena itu dituntut kesadaran dari masing-masing peserta untuk disiplin waktu, patuh tata tertib, saling mengingatkan dan lain-lain.

Guna membantu kelancaran pelatihan, fasilitator membagi peserta dalam tiga kelompok, yakni tim wartawan yang bertugas melaporkan segala sesuatu yang terjadi pada proses pelatihan dalam bentuk live reporting setelah 24 jam pelatihan, tim energizer yang bertugas menghilangkan kejenuhan peserta tatkala menerima materi dan tim disiplin atau tim hansip yang bertugas memastikan peserta untuk siap menerima materi di dalam kelas atau tugas-tugas di luar kelas.

Pencerahan dalam berorganisasi di dalam lingkungan Yayasan Serba Bakti (YSB) Ponpes Suryalaya mereka dapatkan tatakala Ketua Korwil Jakarta memaparkan latar belakang dan sejarah pendirian YSB. Berkali-kali Ketua Korwil Jakarta menjelaskan, bahwa kontrak dasar para ikhwan-akhwat TQN Suryalaya dengan Pangersa Abah Anom adalah murid dan Mursyid. Dan hanya ada tiga klasifikasi amaliah yang menjadi kewajiban murid untuk dilaksanakan, yaitu, mandi, shalat dan dzikir.

Semakin hari pertumbuhan ikhwan semakin banyak. Tidak hanya di wilayah Tasikmalaya saja, bahkan terus menyebar. Lintas kampung, lintas kota, lintas provinsi, lintas pulau hingga lintas negara. Penganut ajaran Thariqah Qadiriyah Naqsyabandiyah Ponpes Suryalaya bertebaran di dunia internasional.

Menyadari perkembangan ikhwan yang sedemikian pesat, Pangersa Abah kemudian mendirikan Yayasan Serba Bakti dalam rangka pembinaan para ikhwan dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan ikhwan TQN Suryalaya yang berdomisili di berbagai daerah. Maka Pangersa Abah memilih dan menetapkan orang-orang yang pantas untuk duduk dalam kepengurusan YSB baik di Pusat, Korwil, Perwakilan maupun Sub Perwakilan. Kesemua pengurus itu, meski dalam realitas diajukan nama-namanya oleh daerah, tetapi tetap saja harus dengan persetujuan dan restu Pangersa Abah.

Dan pada akhirnya mereka (pengurus Korwil, Perwakilan dan Sub Perwakilan) akan dilantik oleh Pengurus Pusat berdasarkan Surat Keputusan yang dikeluarkan YSB Pusat dan pada acara pelantikan selalu dibacakan Amanah Sesepuh (Pangersa Abah Anom) oleh Pengemban Amanah. Hakikatnya mereka dilantik dan diangkat oleh Pangersa Abah Anom dan menjadi Wakil Abah dalam organisasi.

Diselenggarakannya pelatihan ini adalah dalam rangka memunculkan potensi wakil-wakil Abah agar kompetensi, kontribusi, dan kredibilitasnya semakin meningkat.


Sesi pengasahan kompetensi diawali dengan setting mindset para peserta. Mereka dilatih melakukan brainstorming dengan memunculkan ide-ide kreatif dan kongkit berkaitan dengan cita-cita organisasi TQN Suryalaya yang tangguh, bermartabat dan modern. Selanjutnya mereka harus memilih salah satu ide kreatif itu untuk diwujudkan dalam bentuk kegiatan.

Dalam rangka mendukung terwujudnya ide kongkret yang telah diskusikan, panitia menghadirkan para praktisi berpengalaman di hari kedua. Arif Abdullah dari Dompet Dhuafa Republika dan Anwar Sani dari Al-Azhar Peduli Umat hadir memberikan pembekalan kepada peserta mengenai fundraising. Kedua narasumber tersebut berbicara berdasarkan pengalamannya di institusi masing-masing.

Popularitas Dompet Dhuafa Republika di kalangan komunitas penggalang dana umat sudah tidak diragukan lagi. Sepak terjangnya dalam pemberdayaan dana masyarakat yang dikelolalanya menimbulkan harapan besar masyarakat tidak mampu. Beragam program telah digulirkan untuk membantu masyarakat miskin dan kurang beruntung. Dompet Dhuafa Republika ada di garda terdepan guna membantu para korban ketika bencana-bencana alam mendera.

Beragam program kreatif dimunculkan, karenanya banyak mendapatkan kepercayaan dari masyarakat yang berkelebihan harta untuk turut menitipkan hartanya tersebut guna membantu orang-orang yang tidak mampu.

Banyak diantara program tersebut yang kemudian menjadi lembaga tersendiri sebagai jejaring Dompet Dhuafa Repubika, sebut saja Program Tebar Hewan Kurban, Aksi Cepat Tanggap, Lembaga Pengembangan Insani yang khusus mengadakan pembinaan Sumber Daya Manusia Indonesia yang cerdas tapi hidup di lingkungan keluarga tidak mampu, Lembaga Pertanian Sehat yang bergerak di lingkungan para petani, dan lain-lain.

Begitu juga dengan Al-Azhar Peduli Umat. Lembaga ini bergerak dari kondisi serba tidak ada. Tapi ketidakadaan itu berangsur menjadi ada dan cenderung berkelimpahan dana karena kreatifitas para pengurusnya yang dipimpin oleh Anwar Sani dalam memunculkan program-program.

Dari kedua narasumber ini para peserta belajar bagaimana caranya mendapatkan kepercayaan orang untuk mengelola dana mereka guna disalurkan kepada para mustahiq. Intinya gulirkan terus ide-ide kreatif untuk menghadirkan program-program unik dan menarik.

Sebagaimana pada PMO I, Syahrul Ramadhan pun hadir pada PMO II dengan materi yang sama, yakni teknis penulisan proposal agar bisa ‘tembus’ dan mendapatkan kucuran dana. Dari pengalamannya selama ini, sebuah proposal yang disodorkan kepada calon donatur, akan menjadi perhatian apabila proposal tersebut:
1. Dikemas dengan unik dan kreatif,
2. Kontennya tidak bertele-tele, padat dan jelas,
3. Adanya point yang bisa menguntungkan calon donatur dalam program yang disodorkan.

Selanjutnya ada narasumber baru dalam PMO II, Syarifudin Salim seorang pakar negosiasi hadir pada hari ketiga dan memberikan kiat-kiatnya untuk cerdas dalam bernegosiasi. Diantaranya :
1. Waktu terbuang akibat menunggu seorang calon donatur dan kita tidak ditemui oleh calon donatur itu, padahal sudah ada perjanjian sebelumnya, anggap saja kita telah menghutanginya dengan waktu itu,
2. Jangan tampakkan wajah kesal, memelas, apalagi marah. Usahakan tetap tersenyum.
3. Biasanya mereka akan mencarikan waktu lagi, dan di perjanjian kedua biasanya mereka akan tepat waktu.
4. Jadi diri sendiri, jangan pernah berbohong dalam bernegoisasi.
5. Utamakan kepentingan calon donatur.
6. Pelajari latar belakang calon donatur .
7. Pelajari hobi positifnya, usahakan kita pun mampu melakukannya dan ajak calon donatur untuk melakukan hobi itu bersama-sama (misal : Golf, jogging, dan lain-lain).

Akhirnya peserta PMO II mulai praktek presentasi proposal di hadapan para panelis. Mereka dituntut untuk cerdas dalam mengolah sikap, ucapan dan mimik ketika berhadapan dengan para calon donatur. Ilmu-ilmu sudah didapat dari para narasumber yang kredibilitasnya sudah diakui oleh masyarakat luas. Tinggal para peserta mengolahnya.

PMO II akhirnya ditutup di hari ketiga oleh Ketua Korwil Jakarta. Sebelum ditutup Ketua Korwil memberikan indoktrinasi bahwa kita semua yang hadir di dalam pelatihan ini adalah murid Abah juga wakil Abah. Maka para peserta diminta untuk memberikan komitmen tertulisnya agar bersungguh-sungguh dalam berkhidmah kepada Waly Mursyid.

Satu persatu peserta menghampiri Ketua Korwil Jakarta dan memberikan komitmennya kepada Ketua Korwil :
“Saya Murid Abah, Saya Wakil Abah. Saya serahkan komitmen saya kepada wakil talqin Abah…”

Begitulah kalimat yang disampaikan masing-masing peserta ketika menyerahkan komitmennya sambil terus dalam kondisi robithoh kepada Waly Mursyid.

Mudah-mudahan, dengan pelatihan ini para pengurus YSB Perwakilan se-DKI Jakarta semakin bersemangat dan terus menerus bekerja untuk kemaslahatan umat. Amin. (han)

Rawamangun, 11 Maret 2010